HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SENSUS CATHOLICUS: SERI EKSORSISME (2)
In Memoriam:
Padre Gabriele Amorth, Eksorsis Vatikan.
Hidup manusia itu seperti rumput,
pagi hari tumbuh,
siang hari berkembang,
sore hari menjadi kering,
layu dan mati. (Mazmur 90: 6).
Padre Gabriele Amorth, Eksorsis Vatikan telah meninggal dunia pada usia 91 tahun di RS Fondazione Santa Lucia di Roma akibat komplikasi paru-paru dua setahun lalu (16 Sept 2018)
Ia lahir di Modena tgl 1 Mei 1925. Ditahbiskan menjadi Imam dari Kongregasi Santo Paulus di Roma tgl 24 Januri 1951 oleh Mgr. Ilario Roatta.
Tahun 1985 ia diangkat menjadi Eksorsis dari keuskupan Roma oleh kardinal Ugo Poletti, tugas yang membuat dirinya amat terkenal di seluruh dunia.
Jelasnya, Padre Gabriele Amorth adalah seorang eksorsis senior dan eksorsis kepala (Chief Exorcist) dari Roma. Namanya terkenal di kalangan eksorsis dan para peminat bidang demonologi dan eksorsisme. Saat menginjak bulan Mei 2013, ia memperkirakan dirinya telah mengeksorsis 160.000 orang, atau mencapai 8 orang dalam sehari.
Rm. Amorth juga pernah mengakui bahwa film The Exorcist akurat dalam substansi dan sungguh berdasarkan kisah nyata, walaupun special effect-nya sedikit dilebihkan.
Indahnya, berkat Padre Amorth, dua tahun yang lalu, semua Eksorsis di dunia (250 orang tersebar di 30 negara) secara resmi diakui di dalam sebuah Yayasan Eksorsis oleh Tahta Suci Vatikan.
RIP Padre Amorth, engkau yang terus memerangi iblis, doakanlah kami dari Surga. ..
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
DOA MELAWAN KEJAHATAN.
(Pastor Gabriele Amorth)
Roh Kudus Allah, Bapa, Putra, dan Roh Kudus, Tritunggal Mahakudus,
Santa Maria tak bernoda,
Para malaikat dan Malaikat Agung,
Para Kudus Surgawi,
turunlah atasku.
Sucikanlah aku, Tuhan,
bungkuslah aku, isilah aku dengan Engkau,
pergunakanlah diriku.
Halaulah dari aku segala kekuatan jahat,
hancurkan, lenyapkan,
supaya aku dapat menjadi sehat,
dan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Halaulah dari aku segala mantra, sihir,
kuasa gelap, kecelakaan, ikatan-ikatan,
kutukan, dan dari mata setan;
dari kejahatan iblis,
dari tindakan dan kepemilikan
segala yang jahat dan berdosa,
dari iri hati, dengki, durhaka;
dalam bentuk fisik dan moral spiritual,
dan dari kekejaman.
Bakarlah semua setan di neraka,
supaya tak akan lagi mereka menyentuhku
atau makhluk hidup mana pun di seluruh dunia.
Aku perintahkan kepada seluruh pengaruh jahat yang menyelimutiku,
-dengan kuasa dari Tuhan Mahakuasa,
dalam nama Yesus Kristus penyelamat kami,
dengan perantaraan Perawan Maria-,
untuk meninggalkanku selamanya,
dan untuk terbuang ke dalam neraka abadi,
di mana mereka akan diikat oleh Malaikat Agung Santo Mikael, Gabriel, dan Rafael, para malaikat pelindung kami,
dan di mana mereka akan dihancurkan
di bawah kaki Perawan Maria.
Amin.
------------------------------
“Merayakan Halloween adalah bagai merayakan setan.”
-Pastor Amorth
Pastor Amorth, yang meninggal pada usia 91 tahun pada tahun 2016 lalu, boleh dikatakan adalah seorang exorcist/pengusir setan yang paling terkenal di dunia.
Ia telah mengadakan ratusan ribu kali pengusiran setan, dan sering mengingatkan bahwa pertempuran seseorang melawan roh jahat biasanya bermula dari kehidupan di dalam keluarga.
Menurutnya, alasan mengapa banyak pribadi beresiko menjadi jahat atau dikuasai kejahatan, adalah karena banyak orang muda terutama di jaman sekarang, yang “hidup tanpa mengenal kesucian seorang anak”, dan karena nya, tumbuh tanpa mengetahui bagaimana caranya menjadi orang tua yang baik.
Salah satu contoh yang dikatakan Pastor Amorth, adalah seperti budaya perayaan Halloween yang marak terutama di negara-negara barat, yang juga banyak diikuti keluarga Katolik yang merasa itu “hanyalah” semacam permainan (kostum) bagi anak-anak, tanpa mengetahui bahwa mereka telah “mengundang” kepada diri sendiri, bahaya spiritual.
Pastor Amorth dengan tegas mengatakan mengutuk perayaan Halloween dan memperingatkan bahaya ini kepada generasi muda, karena pada perayaan/ pesta-pesta Halloween meningkatkan aktifitas gaib yang memicu insomnia, gangguan mental, depresi, ketakutan, dan kecenderungan bunuh diri pada anak-anak dan remaja: “Studi psikologi menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja, setelah ikut pada perayaan Halloween menunjukkan gangguan kejiwaan, dari yang ringan sampai berat, seperti tidak bisa tidur, gelisah, tertekan, depresi, gila, kecenderungan bunuh diri.”
Kata Pastor Amorth lagi, “Halloween adalah sungguh pertemuan roh-roh yang terlihat/disajikan dalam bentuk permainan, dan itu adalah sama seperti pemujaan terhadap setan.”
Sejarah mencatat, Paus Gregorius IV, pada abad 8, memindahkan Hari Semua Orang Kudus atau All Saints Day yang semula dirayakan pada tgl 13 Mei, ke tanggal 1 November. Ini dilakukan Paus untuk menghentikan tradisi buruk perayaan Halloween ini, yang awalnya berasal dari Irlandia, yaitu budaya pagan yang dilakukan sebagai pemujaan terhadap dunia orang mati.
=====
Pustakaloka.
Bedah salah satu buku Padre Amorth
Siapa yang gak penasaran dengan topik eksorsisme? Maraknya (dan populernya) film horor bertema kerasukan setan—film terakhir yang cukup dibicarakan adalah The Conjuring—ditambah dengan kenyataan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam praktek-praktek animisme, perdukunan, dan aliran kepercayaan tradisional, menjadikan topik demonologi sebagai sumber obrolan yang asyik di kala ga ada kerjaan.
Yah meskipun, jujur aja, seringkali kita lebih banyak ngomongin pocong, tuyul, kuntilanak, hantu jeruk bali purut, dan nenek gayung alih-alih tentang ajaran Gereja yang sebenarnya.
Yang pasti, buku Padre Amort ini BUKAN:
Kumpulan cerita horor. Kalaupun ada cerita, maka fungsinya adalah sebagai ilustrasi kasus. Jadi jangan mengharapkan detil menyeramkan atau menjijikkan ya. Silahkan ke bioskop terdekat saja (jangan lupa ajak saya);
Gambaran kehidupan sehari-hari seorang eksorsis;
Penjelasan mendetil mengenai topik demonologi atau angelologi;
Buku bercita rasa urban legend yang menebarkan benih-benih ketakutan yang tidak perlu, atau sebaliknya, rasa sombong akan kekuatan manusia atas alam gaib.
Namun buku ini ADALAH:
Buku dengan pendekatan Kristosentris (berpusat pada Kristus) yang sungguh Katolik;
Kumpulan gambaran dan penjelasan yang jujur (tidak dikurangi atau dilebihkan) mengenai Iblis, roh-roh jahat, dan aktivitas mereka;
Sebuah “Eksorsisme 101”
Yang saya maksud dengan “Eksorsisme 101” adalah bahwa buku ini tidak memiliki satu fokus khusus, melainkan menyentuh hampir semua aspek demonologi, mulai dari kodrat Allah, malaikat, dan setan; bentuk dan ciri-ciri aktivitas setani; teori-teori eksorsisme mendasar—apa itu, siapa yang dapat melakukannya, kapan harus dilakukan, dan bagaimana harus dilakukan; sakramentali untuk melawan setan; kesaksian-kesaksian; dan masih banyak lagi.
Jujur ya, saat saya buka beberapa halaman pertama, ada sedikit kekecewaan karena masalah font, typo, dan pilihan terjemahan. Maklum saya agak perfeksionis.
Keluhan pertama, font.
Saya tidak tahu nama font yang dipilih, yang jelas jenisnya sans-serif. Ada sebuah norma tak tertulis dalam tipografi, terutama untuk printed text, bahwa bodi teks sebaiknya menggunakan font jenis serif, yaitu font yang ada semacam “ekor”-nya. “Ekor” ini akan memudahkan mata kita untuk bergerak dari kata ke kata sehingga tidak terlalu lelah.
Tapi ya pada akhirnya saya mengesampingkan kekecewaan itu dan akhirnya saya berharap bisa menggantungkan diri pada konten bukunya (saya pikir, kalau font-nya kurang cakep, mudah-mudahan kontennya cukup ngganteng jadi bisa menebus kesalahan).
Keluhan yang kedua, typo.
Sekali lagi, ini gatelnya si perfeksionis, tapi di halaman 27 sudah muncul typo yaitu “dimana”, yang mestinya “di mana”. Haha gimana yah, sedikit ilfil sih saya jadinya. Ya mungkin ini terdengar arogan, tapi typo itu sedikit mengurangi kualitas bahan bacaan. Apalagi ini baru halaman ke-27 dari 259 halaman! Kyaaaaaaaaaa….. saya langsung deh curiga jangan-jangan makin ke belakang makin hancuuuuurr….
Eh tapi ternyata tidak. Typonya bisa dihitung dengan jari, kalau gak salah gak sampai sepuluh. Alhamdulillah. Untung saya tetap keukeuh (=bersikeras, bahasa Sunda) untuk lanjut membaca, soalnya saya udah keburu kepincut sama penulisnya yang beken, dan karena saya memang suka dengan topik eksorsisme (iya, saya cewek horor. Terimalah daku apa adanya).
Keluhan yang ketiga, pemilihan kata-kata terjemahan.
Nah, yang ini mungkin sedikiiitt mengganggu. Contohnya ada di halaman 22: (garis bawah dari saya)
“Saya ingin memperjelas bahwa saya tidak akan berusaha untuk mendemonstrasikan kebenaran yang telah didiskusikan secara menyeluruh di terbitan-terbitan lainnya, seperti keberadaan para setan, realitas dari kerasukan setan, dan kemampuan untuk mengusir setan yang Kristus berikan kepada mereka yang percaya akan pesan-pesan dari Injil. Ini semua adalah penyingkapan dari kebenaran; hal-hal ini dapat diketemukan di Alkitab dan telah dibahas secara rinci dalam teologi, dan hal-hal ini secara terus-menerus diajarkan oleh Magisterium Gereja.”
Tebakan saya, dalam teks bahasa Inggris (terjemahan Indonesia didasarkan pada teks Inggris, dan teks Inggris dari teks Italia), frase “penyingkapan dari kebenaran” itu adalah “revealed truth” atau mungkin juga “revelation of truth“.
Istilah teologis yang tepat semestinya “kebenaran yang diwahyukan” atau “pewahyuan kebenaran”. Kebenaran yang diwahyukan adalah kebenaran-kebenaran ilahi yang hanya dapat kita ketahui karena Allah sendiri yang mewahyukan / mengungkapkan / memberitahukannya kepada kita, yaitu melalui Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium.
Contoh kesalahan terjemahan lain adalah menerjemahkan nama-nama geografis asing ke dalam ejaan berbahasa Indonesia secara fonetik (bunyi). Misalnya, Lyons menjadi “Lions”, dan Florence menjadi “Florens”.
Setahu saya ya, nama-nama tempat asing tidak perlu diubah seperti itu, kecuali sudah ada konsensus, seperti EspaƱa menjadi “Spanyol” dan Britain jadi “Britania”. Namun pengubahan seperti itupun tetap bukan berdasarkan fonetik. Kalau Lyons jadi “Lions” (maksudnya agar dibaca li-yons), nanti malah terbaca sebagai “lions” (la-yens) yang artinya singa-singa.
Jadi saran saya buat Mbak (atau Mas) Vega Guinadi sebagai penerjemah, biarkan nama-nama geografis asing sesuai aslinya, kecuali ya itu tadi, sudah ada konsensus. Bukan apa-apa, soalnya beberapa bahasa, seperti bahasa Prancis, fonetiknya jauh berbeda dari penulisannya. Kalau Quebec diubah sesuai fonetik menjadi “Kebek” dan Toulouse jadi “Tuluz” kan lucu, hehehe.
Tapi saya tetap perlu mengacungi jempol karena istilah-istilah yang berpotensi rancu jika diterjemahkan, tetap diterjemahkan namun dengan menyertakan istilah aslinya di dalam kurung. Misalnya di halaman 43 tertulis “penindasan setan (diabolical oppression)”.
Ini adalah cara alih bahasa yang efektif, mengingat bahwa kadang dalam bahasa tujuan—dalam hal ini bahasa Indonesia—tidak memiliki padanan kata atau nuansa bahasa yang sama persis dengan bahasa asalnya. Dengan penggunaan tanda kurung yang tepat, para pembaca yang budiman dan budiwati diharapkan gak bingung.
Tunggu, saya kayaknya dari tadi masih ngomongin hal-hal teknis ya? Sori, soalnya bagi saya penting sih, makanya dibahas duluan daripada lupa.
Nah yuk, sekarang beneran ngomongin isi deh.
Isi buku dibagi ke dalam 18 bab, tidak termasuk 3 kata pengantar dan 4 catatan tambahan. Hmm sebenarnya saya juga bingung mau memulai dari mana, soalnya buku ini cukup komprehensif, ada banyak pengetahuan dan informasi wow yang bisa kita dapatkan.
Cuma, saran saya, sebaiknya buku ini dibaca dengan kepala dingin dan rasional, rasional dalam arti intelek kita harus dalam mode pendekatan teologis, bukan pendekatan emosional. Kalau emosional, takutnya kita melihat orang “aneh” sedikit, sudah kita takut-takuti dengan rosario (iya, rosario adalah salah satu benda devosi yang sangat menyakitkan bagi setan).
Omong-omong, saya pribadi senang sekali karena sebuah buku eksorsisme dibuka dengan teologi Kristosentris yang indah. Bab pertama (“Keterpusatan Kristus”) mau mengingatkan kita akan sebuah poin teologis yang penting, yaitu bahwa “segala sesuatu diciptakan bagi-Nya dan dalam pengharapan akan Dia” (hlm. 28).
Ajaran fundamental ini membuat semuanya menjadi jelas: karena kita manusia pun diciptakan bagi Kristus dan dalam pengharapan akan Kristus, maka tidak heran mengapa Si Jahat dan balatentaranya begitu giat menggoda manusia, yaitu supaya ciptaan terpisah dari Pencipta untuk selamanya.
Yang saya suka lagi, Rm. Amorth ini tulisannya kuat tapi tidak heboh, jujur tapi tidak sok menakut-nakuti; dengan kata lain, sangat apa adanya. Dia memperingatkan kita bahwa Iblis sungguh ada dan nyata sebagai makhluk dengan segala kekuatannya; Iblis bukan hanya sebuah ide abstrak bernama “kejahatan”, dan bahwa kita tidak perlu malu atau takut untuk mengakui keberadaannya.
“Suatu Kristologi yang mengabaikan Iblis adalah cacat dan tidak akan pernah memahami kebesaran dari penebusan…” [sebab] “…siapapun yang tidak mengakui adanya Iblis juga tidak mengakui adanya dosa dan tidak lagi memahami tindakan-tindakan Kristus” (hlm. 33, 36).
Saya yakin bahwa gak cuma kita orang awam, kaum religius pun pada masa modern ini banyak yang—kalau boleh saya bilang—meremehkan kekuatan roh jahat, bahkan menganggap mereka tidak ada.
Menurut Rm. Amorth, ini sangat-sangat berbahaya: bisa-bisa orang yang dapat disembuhkan dengan eksorsisme, malah harus menanggung obat-obatan dan perawatan yang mahal tapi tidak manjur (PS. salah satu ciri kesakitan fisik yang disebabkan oleh setan adalah tidak kunjung membaik dengan diobati, dioperasi, konseling, atau prosedur medis lainnya).
Selain itu, Iblis selalu berusaha membuat dirinya tidak ketahuan. Maka, kalau kita menganggap Iblis atau neraka itu tidak ada, yah beliau-beliau pasti akan kegirangan sekali. So, please be careful. Selalu imani apa yang diajarkan oleh Gereja.
Melalui buku ini, Rm. Amorth juga mengajarkan bahwa prinsip umum yang kita pahami mengenai Allah dan malaikat, juga dapat kita terapkan untuk setan, karena pada dasarnya setan adalah fallen angels dan unclean spirits.
Contohnya, sama seperti pengikut-pengikut Allah diberikan karunia-karunia Roh, pengikut-pengikut setan juga diberikan karunia-karunia setani, seperti meramal, astral projection (roh “keluar” dari tubuh untuk pergi ke tempat lain), dan sebagainya.
Jelas, karena Iblis adalah pembohong sejati, maka karunia-karunianya pun dimirip-miripkan dengan karunia ilahi. Kita tahu bahwa para kudus juga ada yang diberikan karunia membaca hati, bernubuat, melayang (levitasi), dan bilokasi. Rm. Amorth mengakui bahwa seringkali sulit membedakan keduanya, meski beberapa karunia setani jelas ditujukan untuk membahayakan orang lain.
Contoh lain, sama seperti kita dapat membuka diri kepada Allah dan berdoa kepada malaikat-malaikat, kita juga bisa membuka diri kepada Iblis dan konco-konconya.
Rm. Amorth menyebutkan dosa-dosa berat yang tidak disesali sebagai salah satu ajang “membuka diri” terhadap kekuasaan gelap, di samping praktek-praktek ilmu sihir, perdukunan (termasuk berkonsultasi ke dukun atau cenayang), yoga, dan meditasi ala Timur. Rm. Amorth mengatakan bahwa memeriksakan orang yang dicurigai diganggu setan ke dukun malah akan memperburuk aktivitas setani yang ada.
Satu lagi yang noteworthy dari buku ini adalah, membacanya hampir seperti membaca buku teks kedokteran. Memang topiknya berkenaan dengan dunia roh, namun Rm. Amorth memperlakukan topik ini dengan rasa hormat yang sesuai dan dengan pendekatan teologis. Tidak ada kesan menggampangkan, tidak ada juga kesan depressing.
Rm Amorth berkali-kali mengingatkan bahwa sarana rahmat dan perlindungan Allah itu sudah banyak sekali, tinggal kita saja memanfaatkan dengan baik. Selain sakramen-sakramen, kita juga punya sakramentali, benda devosi, dan doa-doa pelepasan. Orang yang sedang dikerjai setan, biasanya gelisah, marah, atau terang-terangan membenci semua hal itu.
Terakhir, Rm. Amorth menekankan pentingnya eksorsis selalu bekerja sama dengan dokter, terutama psikiater, dan sebaliknya, psikiater tidak perlu ragu untuk meminta tolong eksorsis.
Salah satu tujuan eksorsisme adalah juga untuk mendiagnosis, sebab reaksi-reaksi khas kerasukan setan sering baru muncul saat diciprati air suci atau dibacakan doa-doa eksorsisme berbahasa Latin. Intinya, pasien yang dianggap gangguan jiwa, bila sembuh dengan eksorsisme, maka ia bukan gangguan jiwa, melainkan kerasukan setan. Bila tidak sembuh, maka gangguan jiwa sungguhan.
Yah, enak kalau bisa begitu. Saya bercita-cita jadi psikiater jugak, tapi kelihatannya tidak ada keuskupan di Indonesia yang memiliki eksorsis resmi yang bisa saya ajak kerja sama. Paling banter, saya tempelin rosario aja ke jidat pasien saya satu-satu, hehe. Tapi nanti malah dikira krestenisasi. Repot.
=====
Doa Memohon Kematian yang Membahagiakan.
Tuhan Yesus, Penyelamatku, Engkau memilih untuk mati di kayu salib untuk menghapus dosa umat manusia. Aku menerima dengan tenang dari tangan Tuhan, apapun cara kematian yang diizinkan Allah agar terjadi padaku, termasuk segala kesakitannya, kesedihan dan penderitaan yang menghantarku ke sana. Semoga aku, melalui rahmat-Mu, dapat kembali kepada-Mu dengan pertobatan yang sempurna, sekarang ini, dan di saat ajalku.
Bunda Maria yang terberkati. Aku memohon agar engkau mendoakan aku sekarang dan pada saat aku mati. Semoga oleh doamu, Tuhan berkenan memberikan rahmat-Nya kepadaku agar aku dapat mempersiapkan kematianku setiap hari.
St. Yusuf, Santo pelindung dalam hal kematian yang membahagiakan, Engkau diberkati dengan kematian yang membahagiakan di dalam pelukan Yesus dan Bunda Maria.
Doakanlah aku agar akupun dapat memperoleh rahmat Tuhan, supaya akupun dapat mati dalam pelukan Yesus dan Bunda Maria.Ya Tuhan, kumohon agar Engkau mendukungku dan semua orang beriman, sepanjang hari sampai pada akhirnya, ketika senja datang, dan kesibukan dunia terhenti dan kehidupan yang hiruk pikuk ini berlalu, dan pekerjaan kami telah selesai. Dan dalam belas kasihanMu, kumohon Engkau memberikan tempat kediaman yang aman dan istirahat yang kekal dan kudus dan kedamaian abadi pada akhirnya. Amin
Doa Memohon Kepasrahan akan Kematian
O Tuhanku, yang berkuasa atas hidup dan maut, oleh kehendak-Mu dan keadilan-Mu, Engkau menentukan bahwa semua manusia yang berdosa harus wafat dan beralih dari dunia ini. Lihatlah kepadaku yang berlutut di hadapan-Mu, berserah diri atas kehendak dan hukum keadilan-Mu.
Dengan segenap hatiku, Aku menolak segala dosa- dosaku di masa yang lalu. Untuk alasan ini, aku menerima kematian sebagai silih atas segala dosaku, dan di dalam ketaatanku akan apa yang menjadi kehendak-Mu.Sementara menunggu saat ajalku, bantulah aku untuk menggunakan kesempatan yang telah Engkau berikan kepadaku dengan sebaik- baiknya, untuk melepaskan diriku dari keterikatan terhadap dunia ini, untuk memutuskan belenggu apapun yang mengikatku dengan dunia ini, dan untuk mempersiapkan diriku untuk berdiri dengan pengharapan dan keyakinan yang teguh di hadapan tahta pengadilan-Mu.
Karena itu, aku menyerahkan diriku tanpa syarat ke dalam tangan-Mu. Terjadilah kehendak-Mu, sekarang dan selama- lamanya. Amin.
Bila kita enggan memasuki malam
bagaimana mungkin kita bangun menatap menyingsingnya fajar.
Bila kita enggan terpejam dalam tidur dan terlena dalam mimpi
bagaimana mungkin kita menikmati suka cita mentari pagi.
Tidur adalah semacam
kematian mini
yang berakhir di nafas pagi.
Mati adalah semacam tidur yang panjang dan lama
dalam dekap hangat pelukan Allah.
Dan fajar menyeruak cakrawala
setiap jiwa
sebab janji Allah adalah kehidupan bukan kematian
sebab cuma melalui mati orang
mencicipi hidup abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar