Ads 468x60px

Kamis, 13 Desember 2018

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 13 Desember 2018
Peringatan Wajib Sta. Lusia, Perawan dan Martir
Yesaya (41:13-20)
(Mzm. 145: 9,10-11,12-13ab, R:
Matius (11:11-15)
"Cum amici sui - Dengan para sahabatnya
(Dkk/Dan kawan kawan)."
Inilah salah satu bahasa latin yang kerap di-indonesiakan dengan akronim "Cs".
Nah, sebagai "Cs"-nya Yesus, suatu ketika Yohanes Pembaptis ditanya oleh orang Farisi dan Saduki: "Yohanes untuk apa engkau hidup?!"
Dengan suara nyaring dia bersaksi:
"Aku hidup untuk mempersiapkan jalan bagiNya, dengan memberitakan kabar pengharapan pada orang yang berada dalam lembah kesusahan, meratakan gunung kesombongan dan bukit keangkuhan. Aku mau menyatakan terang Tuhan sehingga dapat membimbing orang pada jalan yang lurus dan meratakan setiap kompromi dosa. Dengan demikian setiap orang dapat melihat dengan jelas terang Tuhan!"
Hari inipun, Yesus juga hadir sebagai "Cs" nya Yohanes. Ia melihat Yohanes sebagai pribadi besar, yang pernah dilahirkan oleh seorang perempuan (Mat 11:11).
Kehadiran, yakni kata dan warta Yohanes sungguh menjadi "tanda". Ia menyiapkan jalan bagiNya dengan menyerukan "PKK": Pertobatan (Yun: metanoia), Kesederhanaan & Kerendahan hati.
Itulah juga sebabnya, Yesus terang terangan memuji dan menghormati "Cs"-nya ini, yang selalu penuh semangat. Itulah juga sebabnya Yesus berkenan antri dan minta dibaptis oleh Yohanes.
Pembaptisan Yesus sendiri bukan berarti Ia ingin bertobat dari dosa tapi menunjukkan kerendahan hatiNya sebagai Allah yang bersahabat, yang dekat-akrab & hangat, yang punya hati ilahi sekaligus insani.
Sikap Yesus inilah yang sharusnya juga menjadi pola hidup kita dalam ber-relasi, yakni keberanian untuk ber-"Cs", bersahabat dengan yang lain.
Jelasnya kebiasaan untuk saling memuji & menghormati karakter yang lain menjadi salah satu dimensi iman dalam persahabatan hidup seorang kristiani.
Sudahkah kita menyapa dan memuji orang lain hari ini?
"Dari Gunung Fuji ke kota Pati - Mari memuji dan saling menghormati."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
MADAH HARIAN.
Marilah kita berdoa meminta dikaruniakan pengetahuan dan kesabaran di dalam derita di dunia ini, supaya dengannya kita dapat memperoleh keselamatan
P: Ya Allah, bersegeralah menolong aku
U: Ya Tuhan, perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan...
Alleluya
MADAH IBADAT BACAAN.
Allah mahkota mulia
Bagi pahlawan yang jaya
Kami memuji martirMu
Sambil mohon doa restu.
Ia menumpahkan darah
Rela mati dengan tabah
Tetap teguh dalam iman
Tanpa dapat digoncangkan.
Berkat doa pahlawanMu
Ya Allah yang mahatahu
Ampunilah dosa kami
Meski yang besar sekali.
Dipuji dimulyakanlah
Allah Bapa mahamurah
Bersama Putra dan RohNya
Sepanjang segala masa. Amin.
MADAH IBADAT PAGI
Kristus sumber kemurnian
Dan tumpuan kemartiran
yang mengganjar keduanya
Dengarkanlah doa hamba.
Perawan tabah dan murni
Yang kami kenangkan ini
Merebut dua mahkota
Sebagai martir dan dara.
Semoga berkat doanya
Kaulebur semua dosa
yang pernah kami lakukan
Tergoda bujukan lawan.
Mulyalah Engkau ya Tuhan
Yang lahir dari perawan
Bersama Bapa dan RohNya
Sepanjang segala masa. Amin.
MADAH IBADAT SIANG
Marilah kita bernyanyi
Bagi penebus ilahi
Dengan iman dan harapan
Penuh cinta yang bertahan.
Sambil mohon dibebaskan
Dari tipu daya lawan
Agar selalu setia
Dalam mengabdi sesama.
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra tercinta
Yang memperoleh Roh suci
Pembaharu muka bumi. Amin.
DOA
Tuhan, kemuliaan para martir, dengarkanlah kami kiranya berkat bantuan santa Lusia, perawan dan martirMu.
Semoga kemuliaannya yang kami peringati di dunia, kelak kami saksikan di surga.
Demi Yesus Kristus, PuteraMu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh kudus, sepanjang segala masa. Amin
PENUTUP
P: (†) Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa dan menghantar kita ke hidup yang kekal.
U: Amin.
B.
"WALK WITH SAINTS"
Santa Lusia dilahirkan pada akhir abad ketiga di Syracuse, pulau Sicilia. Orangtuanya adalah bangsawan yang kaya raya serta terhormat dan juga adalah umat Kristen yang saleh. Ayahnya meninggal ketika Lusia masih kecil. Lusia secara diam-diam berjanji kepada Yesus bahwa ia tidak akan pernah menikah agar ia dapat menjadi milik-Nya saja.
Namun Ibunya, Eutychia, telah mengatur sebuah pernikahan untuknya. Selama tiga tahun Lucia berhasil menunda rencana pernikahan yang diatur ibunya itu.
Untuk mengubah pikiran ibunya, Lusia mengajak ibunya yang sedang sakit untuk berdoa memohon kesembuhan di makam Santa Agatha, dan secara ajaib penyakit hemoragik panjang ibunya disembuhkan. Sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kesembuhannya, ibunya mengijinkan Lusia memenuhi panggilan hidupnya.
Tetapi Paschasius, pemuda kepada siapa ibunya pernah menjanjikan Lusia; amat marah karena kehilangan Lusia. Dalam puncak kemarahannya, ia melaporkan Lusia sebagai seorang pengikut Kristus kepada Gubernur Sicilia.
Gubernur memerintahkan agar Lusia ditangkap dan dibuang ke tempat pelacuran. Tetapi ketika para penjaga pergi untuk menjemputnya, mereka tidak bisa membawa lucia pergi karena Tuhan menjadikan tubuh wanita suci ini menjadi demikian berat. Bahkan walau mereka sudah mengikat Lusia pada seekor lembu; namun lembu tersebut tetap tidak dapat menyeret Lucia.
Gubernur memerintahkan untuk menyiksa dan membunuhnya. Santa Lusia kemudian mengalami penyiksaan yang sangat hebat. Ia dianiaya dan kedua matanya dicongkel keluar. Bundel kayu diletakan dikelilingnya lalu dibakar agar Lusia tersiksa dalam api yang bernyala-nyala. Namun sungguh ajaib; Lusia sama sekali tidak merasa kepanasan dalam perapian itu. Karena itu, seorang algojo kemudian menghunus pedangnya lalu menusukkannya ke arah leher perawan suci ini sampai ia meninggal.
Lusia menjadi martir bagi Yesus pada tahun 304. Namanya tercantum dalam doa "Nobis quoque peccatoribus" dalam Kanon Misa.
C.
"WWF - WALK WITH FRANCIS"
Viginem Mariam imploremus, Dominam Nostram de Guadalupe, ut comitari et Continentis Americanae populos protegere pergat.
Let us beg the Virgin Mary, Our Lady of Guadalupe, to continue accompanying and protecting the peoples of the American continent.
Marilah kita mohon kepada Perawan Maria, Bunda Maria dari Guadalupe, untuk terus mendampingi dan melindungi rakyat di benua Amerika.
Paus Fransiskus :
"Pada Maria kita menemukan refleksi iman, bukan yang dangkal dan sesaat, tetapi iman yang kuat terutama di saat- saat sulit, pertentangan, dan konflik."
D.
HOMILI PAUS FRANSISKUS
DALAM MISA PESTA SANTA MARIA DARI GUADALUPE (MISA UNTUK AMERIKA LATIN) :
"BUNDA MARIA ADALAH POLA GEREJA"
Bacaan Ekaristi :
Za 2:14-17; Ydt 13:18bcde,19; Luk 1:26-38
Injil (Luk 1:26-38) yang baru saja dikumandangkan adalah kata pengantar dua kidung agung : kidung Maria yang dikenal sebagai "Magnificat" dan kidung Zakaria, "Benedictus", dan saya suka menyebutnya "kidung Elisabet atau kidung kesuburan".
Ribuan umat kristiani di seluruh dunia mengawali hari menyanyikan : "Terpujilah Tuhan", dan mereka mengakhiri hari "mengumandangkan keagungan-Nya karena Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya".
Jadi, hari demi hari, orang-orang percaya dari berbagai bangsa berusaha mengingat, mengingat bahwa dari generasi ke generasi kerahiman Allah meluas ke semua bangsa, seperti yang dijanjikan-Nya kepada para nenek moyang kita.
Dan dalam konteks kenangan penuh syukur ini, kidung Elisabet berkembang dalam bentuk sebuah pertanyaan : "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?". Kita mendapati Elisabet, perempuan yang ditandai dengan tanda kemandulan, berkidung di bawah tanda kesuburan dan keheranan.
Saya ingin menggarisbawahi dua aspek ini : Elisabet, perempuan yang berada di bawah tanda kemandulan dan di bawah tanda kesuburan.
1. Elisabet, sang perempuan mandul, dengan semua itu menyiratkan mentalitas keagamaan pada zamannya, yang menganggap kemandulan sebagai hukuman ilahi, buah dari dosanya atau dosa suaminya. Tanda perasaan malu ditanggungkan dalam tubuhnya sendiri atau karena dianggap patut dihukum atas sebuah dosa yang tidak ia lakukan atau karena merasa dirinya tidak berarti apa-apa karena tidak sesuai dengan ukuran apa yang diharapkan dari dirinya.
Marilah kita membayangkan, sejenak, pandangan kerabatnya, tetangganya, terhadap dirinya ... kemandulan, yang membuatnya terpuruk dan akhirnya melumpuhkan seluruh hidupnya. Kemandulan yang bisa memiliki banyak nama dan bentuk setiap kali sehingga seseorang merasakan di dalam tubuhnya perasaan malu melihat dirinya mengalami stigmatisasi atau merasakan dirinya tak berarti apa-apa.
Kita bisa merasakan hal tersebut dalam diri Juan Diego, seorang Indian yang sederhana, ketika ia berkata kepada Maria, "Sebenarnya aku tidak berarti apa-apa, aku Mecapal, aku Cacaxtle, aku adalah ekor, aku merasa bersayap, tunduk dan hingga tuntutan ke luar negeri, bukan darimana asalku atau bukan apakah aku pergi ke sana ke tempat engkau berkenan mengutusku".[1]
Jadi, perasaan ini juga bisa ada - seperti diperlihatkan oleh para uskup Amerika Latin kepada kita - dalam "komunitas-komunitas Indian dan Afro-Amerika kita yang, pada banyak kesempatan, tidak diperlakukan dengan martabat dan persamaan kondisi; atau dalam banyak perempuan, yang dikucilkan oleh karena jenis kelamin, ras atau keadaan sosial ekonomi mereka; kaum muda yang menerima pendidikan bermutu rendah dan tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan studi mereka atau memasuki pasar kerja untuk mengembangkan diri mereka dan membentuk sebuah keluarga; banyak orang miskin, pengangguran, migran, pengungsi, penggarap lahan, yang mencoba bertahan dalam ekonomi informal; anak laki-laki dan anak perempuan yang menjadi sasaran pelacuran anak yang seringkali terkait dengan pariwisata seksual".[2]
2. Dan, bersama dengan Elisabet, sang peremuan mandul, kita merenungkan Elisabet sang perempuan yang subur dan keheranan.
Dialah orang pertama yang mengenali dan memberkati Maria. Dia itulah yang sudah lanjut usia mengalami dalam hidupnya, dalam tubuhnya, penggenapan janji yang dibuat oleh Allah. Dia yang tidak memiliki anak mengandung dalam rahimnya sang perintis keselamatan.
Kita memahami dalam dirinya impian Allah itu tidak atau tidak akan menjadi mandul atau menstigmatisasi anak-anak-Nya atau memenuhi mereka dengan rasa malu, tetapi berkembang dalam diri mereka dan dari mereka sebuah kidung berkat.
Kita melihatnya dengan cara yang sama dalam diri Juan Diego. Sebenarnya dialah, dan tidak ada orang lain, yang memajang dalam tilma (semacam jubah khas Indian yang terbuat dari serat kaktus dan dipakai di bagian depan, seringkali digunakan untuk membawa benda-benda)-nya gambar Sang Perawan : Sang Perawan berkulit hitam dan berwajah Mestizo, yang ditopang oleh seorang malaikat bersayap burung quetzal, pelikan dan macaw; Sang Bunda dapat mengambil ciri-ciri anak-anaknya untuk membuat mereka merasakan bagian dari berkatnya.
Tampaknya berulang kali Allah bertekad untuk menunjukkan kepada kita batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru (bdk. Mzm 118:22).
Saudara-saudara terkasih, di tengah-tengah dialektika kemandulan-kesuburan ini marilah kita lihat kekayaan dan keragaman budaya bangsa-bangsa Amerika Latin dan Karibia, inilah tanda kekayaan yang besar di mana kita diundang tidak hanya melestarikannya tetapi, terutama di zaman kita, menjaganya dengan keberanian dari semua upaya penyeragaman, yang diakhiri dengan pemaksaan - di bawah slogan-slogan yang menarik - hanya satu cara pikir, cara keberadaan, cara merasakan, cara hidup, yang akhirnya membuat tidak sah atau mandul semua yang telah kita warisi dari leluhur kita; yang akhirnya membuat kita merasakan, terutama kaum muda kita, sedikit hal yang menjadi milik budaya ini atau itu.
Singkatnya, kesuburan kita memanggil kita untuk menjaga bangsa-bangsa kita dari sebuah penjajahan ideologis yang menghapuskan <bagian> yang terkaya, entah mereka orang-orang Indian, Afro-Amerika, Mestizo, para petani atau orang-orang pinggiran kota.
Bunda Allah adalah pola Gereja (Lumen Gentium, 63) dan dari dirinya kita ingin belajar menjadi Gereja dengan wajah Mestizo, dengan wajah petani Indian, Afro-Amerika, atau seorang anak laki-laki atau seorang anak perempuan, orang tua atau orang muda, sehingga tak seorang pun yang merasa mandul atau tidak berbuah, sehingga tak seorang pun yang merasa malu atau tak berguna.
Tetapi, sebaliknya, sehingga masing-masing orang, seperti Elisabet dan Juan Diego, merasakan dirinya memiliki sebuah janji, sebuah harapan, dan mampu mengatakan dari keberadaannya yang terdalam : "ya Abba, ya Bapa!" (Gal 4:6) dari misteri hubungan darah itu yang, tanpa menghapuskan sifat masing-masing orang, kesemestaan kita membentuk kita sebagai sebuah umat.
Saudara-saudara, dalam atmosfir kenangan penuh syukur akan keberadaan kita sebagai orang-orang Amerika Latin ini, marilah kita mengidungkan di dalam hati kita, kidung Elisabet, kidung kesuburan, dan marilah kita mengatakannya bersama-sama kepada bangsa-bangsa kita agar tidak bosan mengulanginya : Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.
[1] Nican Mopohua, 55.
[2] bdk. Aparecida, 65.
===
Pope Francis' Homily at Mass for Latin America
■ “Blessed is she who has believed”: with these words, Elizabeth anoints the presence of Mary in her house. Words born of her womb, that come from within; words that manage to echo all that she experienced with the visit of her cousin.
■ When God visits us, He leaves us restless, with the healthy restlessness of those who feel they have been invited to proclaim what He lives, and is in the midst of His people.
■ This is what we see in Mary, the first disciple and missionary, the new Ark of the Covenant who, far from remaining in the reserved space of our temples, goes out to visit and accompany with her presence the gestation of John.
■ The society we are building for our children is increasingly marked by the signs of division and fragmentation, leaving many people out of play, especially those who find it difficult to obtain the minimum necessary to lead a dignified life.
■ A society that likes to vaunt its scientific and technological advances, but that has become blind and insensitive to the thousands of faces that are there along the way, excluded by the blind pride of the few.
■ A society that ends up establishing a culture of disillusionment, disenchantment and frustration in many of our brothers, and even anguish in many others due as they experience the difficulties they need to face so as not to lose their way.
■ It would seem that, without realising, we have become used to living in a society of distrust, with all that this presupposes for our present and especially for our future; distrust that gradually engenders states of apathy and dispersal.
■ Celebrating Mary is, first and foremost, making memory of the mother, remembering that we are not and never will be an orphaned people. We have a Mother! And where there is the mother, there is always the presence and flavour of home.
■ To look at the Guadalupana is to recall that the visit of the Lord always passes through those who manage to “make flesh” His Word, who seek to embody the life of God within themselves, becoming living signs of His mercy.
■ To celebrate the memory of Mary is to assert against all odds that “in the heart and life of our peoples there is a strong sense of hope, notwithstanding conditions of life that seem to overshadow all hope”.
E.
Kutipan Teks Misa
Di dalam Kristus ada lubuk-lubuk dalam yang masih harus didugai, yang selamanya tidak akan habis-habisnya. (St. Yohanes dari Salib)
Aku rela kehilangan kedua mataku, daripada tidak menjadi pengantin Kristus --- Sta. Lusia
Antifon Pembuka
Inilah martir sejati yang bersedia menumpahkan darah untuk membela nama Kristus. Ia tidak takut terhadap ancaman di pengadilan. Kerajaan Surga kini menjadi miliknya.
Doa Pembuka
Allah Bapa sumber cahaya abadi, dengarkanlah kiranya kami berkat bantuan Santa Lusia, perawan dan martir-Mu. Semoga kemuliaannya yang kami peringati di dunia, kelak kami saksikan pula di surga. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Ketakutan adalah lawan utama iman. Tak mungkin seseorang bisa mengembangkan kehidupan imannya dengan maksimal, jika dilanda ketakutan. Juga, ketakutan bahwa Tuhan tidak memedulikan. Bagi Yesaya, semua itu merupakan penyakit. Santa Lusia, martir yang lahir pada abad ke IV, adalah contoh orang beriman yang mampu mengatasi ketakutan, bahkan pada saat menghadapi algojo yang menuntut nyawanya. Puluhan abad sebelumnya, Yesus telah menyerukan, "Jangan takut!".
Bacaan dari Kitab Yesaya (41:13-20)
"Yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel."
Aku ini Tuhan, Allahmu. Aku memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu, "Janganlah takut. Akulah yang menolong engkau." Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, demikianlah sabda Tuhan; dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Israel. sesungguhnya, Aku membuat engkau menjadi papan pengirik yang tajam dan baru dengan gigi dua jajar. Engkau akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya; bukit-bukit pun akan kau buat seperti sekam. Engkau akan menampi mereka, lalu angin akan menerbangkan mereka, dan badai akan menyerakkan mereka. Tetapi engkau akan bersorak-sorak dalam Tuhan dan bermegah dalam Yang Mahakudus, Allah Israel. Orang-orang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan. Tetapi Aku, Tuhan, akan menjawab mereka, dan sebagai Allah orang Israel, Aku tidak akan meninggalkan mereka. Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata air membual di tengah dataran. Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga, dan memancarkan air dari tanah kering. Aku akan menanam pohon ara di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak. Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta cemara di sampingnya, supaya semua orang melihat dan mengetahui, memperhatikan dan memahami, bahwa tangan Tuhanlah yang membuat semuanya itu, dan Yang Mahakudus, Allah Israel, yang menciptakannya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.
Ayat. (Mzm. 145: 9,10-11,12-13ab, R:
1. Aku hendak mengagungkan Dikau, ya Allah, ya Rajaku, aku hendak memuji nama-Mu untuk selama-lamanya. Tuhan itu baik kepada semua orang, penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.
2. Segala yang Kaujadikan akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan Kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.
3. Untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan memaklumkan Kerajaan-Mu yang semarak mulia. Kerajaan-Mu ialah kerajaan abadi, pemerintahan-Mu lestari melalui segala keturunan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yes 45:8)
Hai langit, turunkanlah embunmu, hai awan, hujankanlah keadilan. Hai bumi, bukalah dirimu, dan tumbuhkanlah keselamatan.
Yesus memuji Yohanes Pembaptis, karena dialah pribadi yang mampu menghadirkan kembali roh yang menyala-nyala dari Nabi Elia. Nubuat tentang Yohanes Pembaptis mendapatkan porsi yang cukup banyak dalam Perjanjian Lama. Namun, tidak semua yang memiliki telinga mampu mendengarkannya. Iman datang dari pendengaran, terutama pendengaran "batin" yang dikondisikan oleh hati yang terbuka. Menutup pendengaran "hati" sama saja dengan merongrong Kerajaan Surga.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (11:11-15)
"Tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis."
Pada suatu hari Yesus berkata kepada orang banyak, "Aku berkata kepadamu, Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripadanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Surga dirongrong, dan orang yang merongrongnya mencoba menguasainya. Sebab semua kitab para nabi dan kitab Taurat, bernubuat hingga tampilnya Yohanes. Dan jika kalian mau menerimanya, Yohanes itulah Elia yang akan datang itu. Barangsiapa bertelinga hendaklah ia mendengar!"
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Ketika dilahirkan ke dunia kita membawa dosa asal dari Adam dan Hawa. Melalui Sakramen Baptis, kita dilahirkan kembali dalam air dan roh. Dosa asal dan dosa-dosa yang lain dihapuskan. Kita mengalami rahmat khusus sebagai manusia baru, anak-anak Allah yang terberkati. Semua berkat pewartaan Yohanes Pembaptis dan teladan baptisan Yesus di Sungai Yordan. Mari kita penuhi janji baptis kita, walau banyak tantangan yang menghadang di jalan!
SANTA LUSIA
Lusia lahir pada tahun 283. Orang tuanya adalah bangsawan, kaya raya dan terhormat. Lusia secara diam-diam berjanji kepada Yesus bahwa ia tidak akan pernah menikah agar dapat menjadi milik-Nya saja.
Sebagai seorang gadis jelita dengan sepasang mata yang indah, banyak pemuda bangsawan jatuh hati kepadanya. Namun, Lusia tidak tertarik. Ia lebih memilih menjadi pengantin Kristus daripada menjadi isteri dari salah satu pemuda bangsawan.
Tetapi pemuda kepada siapa ibunya telah menjanjikan Lusia, amat marah atas keputusan Lusia. Sebagai puncak kemarahannya, pemuda itu mengancam hendak membutakan kedua mata Lusia. Lusia tak gentar. Ia rela kehilangan kedua matanya daripada tidak menjadi pengantin Kristus. Itulah yang terjadi. Lusia ditikam dan menjadi martir bagi Yesus pada tahun 304 dalam usia 21 tahun.
Doa Malam
Tuhan, ajarilah aku untuk mempunyai semangat seperti Yohanes Pembaptis. Ia berani mewartakan Engkau lewat kata-kata dan tindakan. Aku pun ingin melakukan hal yang sama, sebagai bentuk nyata dari ambil bagian dalam karya-Mu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar