Penggalan Homili Paus Fransiskus
@ Misa Malam Natal 2018
@ Misa Malam Natal 2018
Dua kata kuncinya :
Betlehem sebagai rumah roti dan sebagai kota Daud.
Betlehem sebagai rumah roti dan sebagai kota Daud.
1. "Betlehem: nama itu berarti rumah roti. Dalam 'rumah' ini, Tuhan hari ini ingin berjumpa seluruh umat manusia. Ia tahu bahwa kita membutuhkan santapan untuk hidup. Namun Ia juga tahu bahwa makanan dunia ini tidak memuaskan hati.
Betlehem adalah titik balik yang mengubah perjalanan sejarah. Di sana Allah, di rumah roti, dilahirkan dalam sebuah palungan. Seolah-olah Ia ingin mengatakan : "Inilah Aku, sebagai santapanmu". Ia tidak mengambil, tetapi memberi kita makan; Ia tidak memberi kita benda semata, tetapi diri-Nya sendiri.
Di Betlehem, kita menemukan bahwa Allah tidak mengambil kehidupan, tetapi memberikannya. Bagi kita, yang sejak lahir terbiasa mengambil dan makan, Yesus mulai berkata, “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku" (Mat 26:26). Tubuh mungil Sang Anak Betlehem berbicara kepada kita tentang cara baru untuk menjalani hidup kita : bukan dengan melahap dan menimbun, tetapi dengan berbagi dan memberi.
Allah menjadikan diri-Nya kecil sehingga Ia bisa menjadi santapan kita. Dengan menyantap Dia, Sang Roti Hidup, kita dapat terlahir kembali dalam kasih, dan memutus jalinan ketamakan dan keserakahan. Dari "rumah roti", Yesus membawa kita pulang ke rumah, sehingga kita dapat menjadi keluarga Allah, saudara dan saudari bagi sesama kita. Berdiri di depan palungan, kita memahami bahwa santapan kehidupan bukanlah kekayaan jasmaniah tetapi kasih, bukan kerakusan tetapi cinta kasih, bukan kesombongan tetapi kesederhanaan.
2. "...marilah kita merenungkan Betlehem sebagai kota Daud. Di sana, Daud yang masih muda adalah seorang gembala, dan pada hakekatnya dipilih oleh Allah untuk menjadi gembala dan pemimpin umat-Nya. Saat Natal, di kota Daud, para gembalalah yang menyambut Yesus ke dunia. Pada malam itu, Injil memberitahu kita, “mereka sangat ketakutan” (Luk 2:9), tetapi malaikat berkata kepada mereka, “Jangan takut” (ayat 10).
Berapa kali kita mendengar kata-kata “jangan takut” ini dalam Injil? Tampaknya Allah terus-menerus mengulanginya ketika Ia mencari-cari kita. Karena kita, sejak awal, oleh karena dosa kita, telah takut akan Allah; setelah berdosa, Adam berkata: "Aku menjadi takut, sebab itu aku bersembunyi" (Kej 3:10).
Betlehem adalah obat untuk rasa takut ini, karena meskipun manusia berulang kali mengatakan "tidak", Allah terus-menerus mengatakan "ya". Ia akan selalu menjadi Allah beserta kita. Dan jangan sampai kehadirannya mengilhami rasa takut, Ia menjadikan diri-Nya seorang Anak yang lembut.
Jangan takut : kata-kata ini tidak diucapkan kepada orang-orang kudus, tetapi kepada para gembala, orang-orang sederhana yang pada masa itu tentu saja tidak dikenal karena perangai dan kesalehan mereka. Putra Daud dilahirkan di antara para gembala untuk memberitahu kita bahwa tidak akan pernah lagi ada orang yang sendirian dan terlantar; kita memiliki seorang Gembala yang mengatasi segala ketakutan kita dan mengasihi kita semua, tanpa kecuali" (PS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar