Ads 468x60px

Selasa, 01 Januari 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Selasa, 01 Januari 2019
Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah (Hari Kedelapan dalam Oktaf Natal)
Bilangan (6:22-27)
(Mzm 67:2-3.5.6.8; 2/4)
Galatia (4:4-7)
Lukas (2:16-21)
"O sancta simplicitas - O kesederhanaan yang kudus!"
Itulah kata-kata yang kerap saya tulis dalam buku buku saya yang bertema "Bunda Maria dan Kerahiman", dari “BBM” (2008) sampai TTM” (2016) dan "MEMOAR FATIMA" (2017).
Itulah juga yang kembali terkenang di hari pertama tahun baru 2019 ini bersamaan dengan “Hari Raya Maria Bunda Allah” dan “Hari Perdamaian Sedunia”.
Adapun tiga hal mendasar yang bisa kita maknai untuk semakin beriman bersama Maria, sebuah kesederhanaan yang kudus, al:
1."Bersaudara".
Ini adalah jalan menuju kedamaian.
Maria terbuka dan bersaudara dengan semuanya: Di kandang Betlehem, ia bersaudara dengan tiga raja dan para gembala yang bersahaja. Di Yerusalem, dia bersaudara dengan pengalaman dukacita dan Golgota.
Sudahkah kita juga "bersaudara" (terbuka) dengan banyak orang dan aneka pengalaman lainnya, entah baik/buruk?
2."Berdamai".
Ini adalah jalan menuju keberimanan.
Maria disebut sebagai "Regina Pacis - Ratu Damai" karena hidupnya selalu membawa kedamaian dan bukan pergunjingan, ketulusan dan bukan kepalsuan, pujian dan bukan gosipan. Ia tidak mudah menjadi orang yang hiruk pikuk seperti pepesan kosong tapi ia menjadi pribadi yang kontemplatif, yang menyimpan segala perkara dalam hati dan merenungkannya. Hatinya peka dan sikapnya yang introspektif membuat hidup dan hadirnya selalu mendamaikan bagi semua orang.
Sudahkah kita juga selalu mengusahakannya?
3."Beriman."
Ini adalah jalan menuju kebahagiaan.
Inilah hari pertama di Tahun 2019 sekaligus Hari Raya Maria Bunda Allah dan Hari Perdamaian yang penuh sukacita.
Dalam iman kita, Maria diberi gelar Bunda Allah (Theotokos) karena ia dipilih untuk menjadi Bunda Yesus. Dan karena Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia, maka Maria juga pantas disebut sebagai Bunda Allah sekaligus "Ratu Damai".
Bersama Maria, sudahkah kita juga semakin mengimani Tuhan yang tampak hadir lewat sesama setiap harinya? Iman yang mengajak kita menjadi "peacemaker" dan bukan "troublemaker", sebuah iman yang harus dihorisontalkan secara real dan aktual setiap harinya.
"Ada salju di Pulau Buru - Mari maju di tahun yang baru."
Felix sit annus novus:
“Tuhan memberkati dan melindungimu. Ia menyinarimu dengan wajahNya dan memberimu kasih karunia. Ia menghadapkan wajahNya dan memberimu damai sejahtera" (Bil 6:24-26)
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

NB:
A.
Kutipan Teks Misa:
“Bunda Maria, Bunda Allah…, bait Allah yang kudus yang di dalamnya Tuhan sendiri dikandung… Sebab jika Tuhan Yesus adalah Allah, bagaimanakah mungkin Bunda Maria yang mengandung-Nya tidak disebut sebagai Bunda Allah?” (St. Sirilus dari Alexandria)
Antifon Pembuka (bdk. Yes 9:2.6; Luk 1:33)
Hari ini kita diliputi terang karena Tuhan telah lahir bagi kita. Nama-Nya: Penasihat Ajaib, Allah Perkasa, Raja Damai, Bapa Kekal. Pemerintahan-Nya takkan berkesudahan.
Today a light will shine upon us, for the Lord is born for us; and he will be called Wondrous God, Prince of peace, Father of future ages: and his reign will be without end.
Lux fulgebit hodie super nos: quia natus est nobis Dominus: et vocabitur Admirabilis, Deus, Principes pacis, Pater futuri sæculi: cuius regni non erit finis.
atau
Salam Bunda yang suci, Bunda mulia Penguasa abadi, yang memerintah surga dan bumi.
Hail, Holy Mother, who gave birth to the King, who rules heaven and earth for ever.
Salve sancta Parens, enixa puerpera Regem, qui cælum terramque regit in sæcula sæculorum.
Pada Misa ini ada Madah Kemuliaan dan Syahadat
Doa Pembuka
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, Engkau telah menganugerahi umat manusia keselamatan kekal dengan perantaraan Santa Maria, Perawan dan Bunda. Kami mohon, semoga kami pun Kauperkenankan menikmati doa dan perlindungannya, sebab ia telah melahirkan bagi kami Putra-Mu, pemberi hidup, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Bilangan (6:22-27)
"Mereka harus meletakkan nama-Ku atas orang Israel: maka Aku akan memberkati mereka."
Sekali peristiwa Tuhan berfirman kepada Musa, "Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka: Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2 PS 809
Ref. Berbelaskasihlah Tuhan dan adil Allah kami adalah rahim.
Ayat. (Mzm 67:2-3.5.6.8; 2/4)
1. Kiranya Allah mengasihani dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya. Kiranya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.
2. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku di atas bumi.
3. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takwa kepada-Nya!
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia (4:4-7)
"Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari seorang perempuan."
Saudara-saudara, setelah genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli waris-ahli waris, oleh karena Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, kanon, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Ibr 1:1-2)
Dahulu Allah berkata kepada leluhur kita dengan perantaraan para nabi; kini Ia bersabda kepada kita dengan perantaraan Putra-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:16-21)
"Mereka mendapati Maria, Yusuf, dan si Bayi. Pada hari kedelapan Ia diberi nama Yesus."
Setelah mendengar berita kelahiran penyelamat dunia, para gembala cepat-cepat berangkat ke Betlehem, dan mendampati Maria dan Yusuf serta Bayi yang terbaring di dalam palungan. Ketika melihat Bayi itu, para gembala memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu dalam hati dan merenungkannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka. Ketika genap delapan hari umurnya, Anak itu disunatkan, dan Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. Sebab Bunda Maria bukan semata-mata saluran, melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi (karena tanpa campur tangan manusia) namun juga manusiawi (karena mengikuti hukum alam manusia). --- St. Gregorius dari Nazianze
Renungan
SELAMAT TAHUN BARU!
Selamat memasuki tahun 2018! Semoga sukacita dan harapan baru menjadi semangat kita pada awal tahun baru ini. Barangkali di antara kita masih ada yang galau dengan pengalaman kurang baik di tahun lalu, tetapi setiap orang beriman tentu tidak pernah kehabisan harapan baru. Betapa pentingnya memulai dengan baik segala sesuatunya, seperti pepatah Inggris yang berbunyi: "Sebuah awal yang baik membuat suatu akhir yang baik."
Awal baik manakah yang kita miliki hari ini? Inilah awal baik kita hari ini: marilah merayakan Ekaristi pada Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah. Setiap tanggal 1 Januari sejak tahun 1931, pas Tahun Baru begini, Gereja merayakan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Allah. Perayaan ini ditetapkan oleh Paus Pius XI untuk memperingati 1500 tahun Gereja mengajarkan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Allah saat Konsili Efesus tahun 431.
Pemilihan tanggal ini juga tidak kebetulan, karena Gereja bermaksud untuk menjalani seluruh tahun baru ini bersama Bunda Maria agar dapat menemukan dan mengalami Tuhan Yesus Kristus.
Itulah sebabnya, dalam Doa Pembuka Misa hari ini disebutkan: "Kami mohon semoga kami merasakan pertolongan Bunda Maria karena melalui dia kami diperkenankan menerima Putra-Mu, sumber kehidupan kami." Amat jelas dalam Injil hari ini, bagaimana para gembala dan semua orang bergembira, memuji dan memuliakan Allah karena dapat melihat dan menjumpai Kanak-kanak Yesus yang terbaring di atas palungan, dan semua itu hanya mungkin karena Santa Perawan Maria rela menjadi Bunda Tuhan Yesus, yakni mengandung dan melahirkan Dia.
Dua hal dapat dicatat:
Pertama, seluruh pusat cerita dalam Injil adalah Yesus yang terbaring di atas palungan. Tidak terlalu penting bagi penginjil, itu gua atau di kandang, tetapi palungan menjadi yang lebih penting karena adalah lambang altar. Itulah simbolik Ekaristi, sebagaimana Kanak-kanak Yesus ditemukan di atas palungan oleh para gembala dan orang-orang, begitu pula Tuhan Yesus yang sama kita temukan di atas altar, itulah Perayaan Ekaristi.
Kedua, mata para gembala dapat melihat Tuhan, mulut dapat memuji dan memuliakan Allah, kaki dapat bersujud dan menyembah Tuhan karena orang-orang ini bebas kepentingan, bebas dari ambisi, bebas dari keinginan hedonis dan konsumeris.
Inilah kesederhanaan hati yang juga mestinya mengisi awal tahun baru kita kali ini. Sukacita dan harapan sejati memang dimiliki orang-orang yang sederhana dan rendah hati; dan merekalah yang akan bersukacita pada akhir karena dapat melihat dan mengalami Tuhan.
Antifon Komuni (Ibr 13:8)
Yesus Kristus tetap sama: dahulu, sekarang dan selama-lamanya.
Jesus Christ is the same yesterday, today, and for ever.
B.
ULASAN EKSEGETIS BACAAN MISA HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH/HARI PERDAMAIAN SEDUNIA
(Luk 2:16-21 & Bil 6:22-27)
Rekan-rekan yang budiman, Selamat Tahun Baru!
Hari pertama di tahun baru 2019 ini bertepatan dengan perayaan Maria Bunda Allah. Di kalangan umat pada abad-abad awal, Maria mulai mendapat gelar “Theotokos”, artinya “yang membuat keilahian lahir” – alih bahasa ini lebih menunjukkan makna ungkapan itu daripada “Bunda Allah”, yang dalam bahasa biasa dapat menimbulkan kesan maksudnya ialah “ibunya si Anu” dengan kelanjutan pada debat salah arah mengenai apa benar Allah kok diperanakkan dan sebagainya.
Penghargaan terhadap Maria sebagai yang membuat keilahian lahir dan menjadi nyata kemudian resmi diterima dalam Konsili Ekumenis di Efesus th. 431.
Dengan demikian resmi diakui Gereja bahwa Maria memungkinkan umat manusia mengalami keilahian sebagai berkat. Inilah sumber kekuatan bagi usaha orang-orang yang berkehendak baik untuk mewujudkan kedamaian. Awal tahun ini juga bertepatan dengan Hari Perdamaian Sedunia.
Bacaan pertama pada perayaan ini (Bil 6:22-27) mengantar kita masuk untuk mengalami wajah Tuhan yang bersinar memandangi kita sehingga tahun ini dapat menjadi tahun damai, tahun ber-berkat”! Injilnya ialah Luk 2:16-21 yang sudah sebagian besar diulas bagi Injil Misa Fajar Hari Natal yang lalu, yakni Luk 2:15-20.
1.
MARIA DAN KITA.
Dia yang lahir dan baru saja dirayakan Natal ini disebut sang Imanuel, artinya, “Tuhan beserta kita”. Yang Ilahi tidak membiarkan umat manusia sendirian. Dan Maria sang Theotokos “yang membuat keilahian lahir” itu menjadi saksi bahwa memang benar demikian.
Kepada seorang perempuan muda di Nazaret dulu disampaikan ajakan untuk ikut serta membuat kebesaran ilahi jadi nyata. Dulu Maria serta-merta menyahut “terjadilah perkataan-Mu” kepada Gabriel. Untung tawaran bukannya datang kepada kita dibawakan oleh malaikat yang menuntut jawaban saat itu juga.
Namun ajakan yang sama kini masih ditawarkan bagi semua orang yang berkemauan baik. Ada dua belas bulan ke depan untuk mengemasnya. Waktu yang biasanya di pihak lawan kita kini bisa menjadi berkat.
Dalam Luk 2:21 yang termasuk petikan hari ini disebutkan bahwa setelah genap 8 hari, bayi itu akan disunatkan dan demikian ditandai secara resmi sebagai anggota umat Tuhan. Juga hari itu hari menyatakan secara resmi namanya, yakni Yesus. Nama ini menandaskan bahwa Tuhan itu pemberi keselamatan. Nama itu sebelumnya sudah disampaikan malaikat ketika mengunjungi Maria (Luk 1:31) sebelum ia mengandung. Demikianlah Tuhan Penyelamat membiarkan diri dibesarkan oleh manusia agar makin dikenali.
Merayakan keibuan Maria dalam pengertian itu sebenarnya bukan hanya menghormati pribadinya belaka, melainkan merayakan keberanian Tuhan membiarkan diri dikenal oleh manusia, semampu kita. Itulah berkat yang tersedia bagi kemanusiaan.
2.
TIGA PASANG BERKAT.
Dari bacaan Kitab Bilangan kita dapati tiga rumusan berkat yang difirmankan Tuhannya Umat Perjanjian Lama kepada Musa agar disampaikan kepada para imam keturunan Harun.
Menurut Kel 28:1-43; terutama ay. 41, Harun dan keturunannya diresmikan sebagai pemegang jabatan imam. Kata-kata berkat itu sendiri termaktub dalam Bil 6:24-26. Seperti dijanjikan Tuhan, bila kata-kata itu diucapkan, Dia sendirilah yang akan memberkati. Masing-masing ayat 22-26 itu terdiri dari dua bagian yang saling menjelaskan (ay. 24: memberkati – menjagai; ay. 25: menyinarkan wajah – menyayangi; ay. 26: memandangi – menaruh kedamaian).
Selain itu, seluruh rumus berkat diungkapkan dalam tiga ucapan berkat. Pengulangan tiga kali, entah dari segi bunyi (“kudus, kudus, kuduslah Tuhan” [Yes 6:3]), entah dari segi makna (seperti di sini) mengundang sikap hormat dan khidmat akan kehadiran Yang Ilahi dalam keagungannya (Bandingkan dengan ulasan mengenai silsilah Yesus [Mat 1:1-17] yang terdiri dari 3 kali 2 kali 7 keturunan dalam uraian bagi Injil Misa Vespertina Natal).
a.
“SEMOGA TUHAN MEMBERKATIMU DAN MENJAGAIMU”
“Memberkati” dan “menjagai”. Ungkapan kedua menegaskan yang pertama. Jadi memberkati berarti menjagai, melindungi dari kekuatan-kekuatan jahat. Lawan memberkati ialah mengutuk dan kutukan terbesar ialah membiarkan orang menjadi mangsa daya-daya maut. Dalam kesadaran orang dulu, kekuatan-kekuatan jahat tak perlu didatangkan atau diguna-gunakan. Daya-daya hitam itu sudah ada di sekeliling dan selalu mengancam. Namun demikian, mereka tak bisa menembus garis lingkaran berkat yang ditoreh oleh Tuhan dengan sabda-Nya.
Dalam arti ini, kawasan berkat ialah ruang hidup bagi ciptaan, bagi kita. Tak mungkin ada yang bisa hidup di luar ruang itu. Ada cerita menarik. Seorang ahli tenung digdaya dari Aram, Balaam namanya, didatangkan oleh Balak, raja Moab, untuk menyihir kalang-kabut orang-orang Israel yang berjalan lewat di situ (lihat Bil 22-24). Namun demikian, Balaam menyadari bahwa ilmu tenungnya tak berguna karena Tuhan tidak membiarkan orang Israel berjalan di luar ber­kat-Nya (Bil 23:8-9). Tuhan memberkati mereka dan Balaam mengakui tidak mampu membalikkannya (Bil 23:20). Malahan Balaam akhirnya ikut memberkati (Bil 24:1-9) dan bahkan sampai tiga kali (Bil 24:10)!
Kita merayakan Tahun Baru dan mengharapkan berkat Tuhan. Apa yang boleh diharapkan? Kita mohon agar Ia melindungi kita dari kekuatan-kekuatan jahat yang akan menghalang kita dalam perjalanan 12 bulan mendatang ini. Kita minta ruang hidup yang leluasa. Yang biasa menjalankan kekuatan-kekuatan jahat akan menjadi seperti dukun tenung Balaam: tidak lagi berbahaya. Malah kekuatannya akan beralih menjadi berkat. Ini kehebatan Tuhan yang menjagai orang-orang-Nya. Ia tak perlu memusnahkan lawan-lawan. Akan ada rekonsiliasi – rujuk kembali – dan mereka malah akan mengiringi perjalanan dalam waktu.
b.
“SEMOGA TUHAN MENYINARKAN WAJAHNYA KEPADAMU DAN MENYAYANGIMU”
Dalam ayat 25 ini, “menyinarkan wajah” dijelaskan sebagai “menyayangi”. Orang Perjanjian Lama yang memikirkan wajah Tuhan yang bersinar kepadanya juga ingat lawan katanya, yakni wajah yang garang. Namun demikian, wajah garang tidak dipakai untuk menggambarkan Tuhan, sekalipun Ia sedang marah. Ungkapan ber-“wajah garang” biasa dikenakan kepada penguasa yang lalim, kepada para musuh, kepada sisi gelap kemanusiaan. Wajah garang membuat orang jeri tapi sebenarnya tidak bersimaharajalela terus-menerus. Waktunya sudah bisa dihitung. Ini jelas misalnya dalam penglihatan yang diperoleh Daniel, lihat Dan 8:23 dst.
Satu hal lagi dapat dicamkan. Manusia bisa juga bersinar wajahnya, mirip Tuhan, namun ia juga bisa berwajah garang. Hidup manusia itu kancah perbenturan antara terangnya wajah Tuhan dengan garangnya daya-daya jahat. Ini perkara teologis yang siang malam mengusik benak orang-orang pandai dalam Perjanjian Lama.
Kohelet, sang Pengkhotbah, memecahkannya dengan pertolongan hikmat. Dalam Pengkotbah 8:1, dikatakannya bahwa hikmat kebijaksanaan membuat wajah orang menjadi bersinar dan mengubah kegarangan wajahnya.
Teologi kebijaksanaan ini menjelaskan berkat dalam Bil 6:25 tadi. Dengan hikmat kebijaksanaan, orang dapat mencerminkan Tuhan, menghadirkan Dia yang sayang akan orang-orang-Nya. Juga dalam merayakan Tahun Baru kita boleh minta agar Tuhan menyinarkan wajah-Nya kepada kita semua. Saat ini juga kita dapat memohon hikmat kebijaksanaan yang membuat kita dapat menghadirkan terang wajahnya di muka bumi, di dalam kurun waktu, di dalam kehidupan kita, agar yang garang-garang itu berubah menjadi terang. Dunia ini telah menerima terang kehadiran Tuhan, jangan kita pikir kegarangan bisa mengelabukannya.
c.
“SEMOGA TUHAN MEMANDANGIMU DAN MENARUH KEDAMAIAN PADAMU”
Dalam ayat 26, “mengangkat wajah bagimu” yang artinya memperlakukan secara istimewa karena berharga ditegaskan lebih lanjut dalam bagian kedua sebagai “menaruh kedamaian”.
Dalam alam pikiran Perjanjian Lama, tiadanya syalom, kedamaian, dialami sebagai kegelisahan yang menyesakkan dan yang akhirnya bisa mematikan. Memang tak bisa begitu saja kedamaian diiming-imingkan (Menurut Nabi Yeremia, orang yang latah bernubuat tentang damai tanpa isi sebetulnya nabi palsu; Yer 6:14; 8:11; 28:9).
Perjanjian Lama melihat kedamaian sebagai buah dari tse­daqah, yakni kesetimpalan antara kenyataan dan yang disabdakan Tuhan. Wujudnya ada macam-macam, yang terutama ialah “adil” (tsadiq), “benar/lurus” (yasyar), “tak bercela” (tam), “bijaksana” (khakam).
Tiap wujud itu tak terbatas pada urusan orang-perorangan, tetapi menyangkut hidup bersama juga. Keadaan yang paling mencekik kehidupan bukanlah peperangan atau paceklik, melainkan tiadanya “kesetimpalan” dalam pelbagai wujudnya tadi. Keselamatan terjadi bukan dengan meneriakkan syalom-syalom seperti nabi palsu, melainkan dengan menjadikan tsedaqah sebuah kenyataan sehingga manusia dan jagat semakin setimpal kembali dengan yang dikehendaki Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru, terutama Paulus, gagasan tsedaqah (Yunaninya “dikaiosyne”) muncul kembali untuk menerangkan keselamatan sebagai karya penebusan Kristus yang “meluruskan kembali” (Yunaninya “dikaioun”, Latinnya “iusti­ficare”) manusia dan jagat sehingga rujuk kembali dengan Tuhan. Maksudnya, dalam Kristus manusia dan jagat memperoleh kembali keadaannya semula yang tidak perot, yang tidak mengerikan, yang tidak menggelar kekerasan. Bila ini terlaksana, barulah orang bisa berbicara mengenai syalom, kedamaian.
Ucapan berkat dalam Bil 6:26 “menaruh kedamaian” mengandaikan manusia bisa apik kembali, bisa lurus dan tak bercela, setimpal dengan yang dimaksud Tuhan. Bagaimana? Bila manusia dan jagat dipandangi terus-menerus oleh Tuhan seperti terungkap dalam bagian pertama ayat itu. Inilah yang bisa kita minta untuk tahun mendatang ini.
Wajah kemanusiaan dan jagat ini akhir-akhir ini penyok sana sini, perot, timpang. Kita minta agar Tuhan memandangi itu semua. Kita tanya Dia, tahankah Kau memandang ini semua? Katanya sayang manusia. Sekarang pandangilah! Angkat wajah-Mu, jangan sembunyikan! Luruskan kembali keapikan ciptaanmu! Tak usah sungkan bilang begitu kepada-Nya. Semoga sukses di tahun ini. (AG).
C.
Felix sit annus novus - Selamat Tahun Baru".
Itulah ucapan klise yang kerap dikirimkan lewat sms/bbm/wa/fb/twitter/instagram dll, pada hari pertama di tahun baru.
Adapun di awal tahun 2019 ini kita merayakan 3 hal, antara lain:
1."Hari Perdamaian Dunia":
Pax et bonum – Damai dan kebaikan. Itulah yg selalu diharapkan. Lihat saja: setiap awal misa: "Peace be with u", lalu pad akhir misa: "Go in peace" bahkan pada setiap nisan di makam: "Rest in peace".
Jelas bahwa Tuhan mengajak kita untuk pergi beristirahat dan selalu hidup dalam damai. Kita diajak menjadi "peacemaker" dan bukan "troublemaker". Lewat kata warta, kita diajak “BERSAHABAT” dengan semua orang yang berkehendak baik bukan?
2."Tahun Baru":
Tahun 2019 adalah "Tahun Baru". Salah satu ciri positif tahun baru adalah, al: CAKAP dan HANGAT, kualitas dan hidup yang penuh spirit, semangat yang berkobar-kobar?
Dkl: Kualitas dan semangat hidup yang baik akan menjadi kunci di tahun 2019. Semoga pada tahun yang baru, kita juga bisa selalu "CAKAP" - punyai kualitas dan semangat hidup menghadapi "HTAG” – “Hambatan, Tantangan, Ancaman dan Gangguan" dengan tetap menjadi orang yang cakap dan hangat, rajin dan terfokus.
3."Hari Raya Santa Maria Bunda Allah":
Hari ini, Tuhan yang sudi menjadi bayi diberi nama "Yesus" oleh Maria, ibuNya Dkl: Maria adalah Bunda Tuhan/(Yun;Theothokos, Lat:Mater Dei). Esensi "ibu/bunda/nyak/mama/nyokap/simbok/emak" yang kita rayakan hari ini ada pada "rahim"nya yang “HANGAT”.
Bersama Maria, Gereja mengajak kita juga belajar mempunyai "rahim" yang hangat bagi orang lain, terlebih orang yang kecil, miskin dan tersingkir/disingkirkan. Jadi di awal hari di tahun baru 2019, kita diajak punyai "BCH"- "Bersahabat-Cakap-Hangat." Sudahkah? "
Si Ndaru dapet HP baru - Mari kita selalu lahir baru di tahun yang baru"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar