Ads 468x60px

Minggu, 03 Februari 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.         

Minggu, 03 Februari 2019
Hari Minggu Biasa IV
Yeremia (1:4-5.17-19) 
(Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17)
1 Korintus 12:31 – 13:13 (Singkat: 13:4-13)
Lukas (4:21-30)

“O Rex gentium - O Raja para bangsa.”

Dalam kacamata kristiani, Yesus hadir sebagai Raja bagi semua bangsa dengan semangat kenabiannya.

Bicara soal nabi, ada banyak macamnya. Dalam dunia sosial: ada nabi modern, misalnya, Romero, Uskup El Salvador yang ditembak karena menyuarakan keadilan. Ada juga nabi palsu, yang cuma memberikan nasehat dusta untuk menyenangkan raja ( 1 Raj 18). Dalam dunia seni, Kahlil Gibran menulis buku Sang Nabi, dll.

Yang pasti, akar kata nabi adalah, “naba” (kabar/ berita/sabda). Nabi adalah orang yang mendapat kabar/berita/sabda, agennya Allah (Ibrani : Nabiy, messenger/utusan dan prophet/pembawa berita).

Secara umum, seperti yang saya tulis dalam buku “BBM” (RJK, Kanisius), seorang nabi mempunyai 4 sifat, antara lain:
S    iddiq/konsisten-bukan pembohong;
A    manah/terpercaya-bukan pengkhianat;
F    athonah/rajin-bukan pemalas;
T    abligh/suka berbagi-bukan orang pelit.

Secara khusus, kita juga dipanggil menjadi nabi untuk semua orang dengan 3 fungsi pokok, antara lain :

1. "Meneguhkan: Fungsi mistik".
Jika kita melihat segalanya berjalan baik, maka tugas kita adalah meneguhkan supaya semua yang baik terus bertahan dan bisa berkembang secara nyata, bukan malahan menjadi batu sandungan dengan segala intrik taktik dan gosip-gosipan yang sarat sentimen pribadi.

2. "Mengkritik: Fungsi prophetik".
Jika kita melihat ada yang melenceng, maka tugas kita adalah menyampaikan kritik demi kebaikan, juga sekaligus tak malu membuat otokritik untuk diri kita sendiri pastinya.

3. "Menghibur: Fungsi parakletik":
Jika kita melihat ada penderitaan dan masalah, bencana-kesedihan dll, kita harus tampil dan terlibat untuk memberikan penghiburan. Adapun dasarnya adalah kasih. Inilah core values nabi. Kasih akan membuat kita selalu maju, walau kadang ditolak dan disakiti, dijatuhkan dan disingkirkan.

“Makan bakut buatan Bibi - Jangan takut menjadi seorang nabi!”

=====
"Deus est liberator - Allah adl Pembebas."

Inilah inti pesan ketika Yesus datang ke Nazareth dan mengatakan: "Roh Tuhan ada padaKu sebab Aku diurapiNya untuk menyampaikan kabar baik". Dkl: Ia menjadi "kabar baik" (Yun: euaggelion, injil) bagi smua orang.

Adapun ciri orang yang menjadi "kabar baik", al:

1. KAsih:
Hdpnya penuh kasih. Ia kasih pembebasan bwt org tertindas+tertawan. Ia juga kasih penglihatan bwt org buta. Ia kasih kbebasan di tengah keterbelengguan. Inilah sebuah nada dsr spy kita tdk sibuk menghakimi tp mau mengasihi, tdk gandrung berpikir buruk tp sll berpikir positif krn de facto kt kerap sibuk berprasangka dan menaruh rasa curiga, yg “semper accusat”-sll menuduh yg lain.

2. saBAR:
Ketika byk org Nazaret yg notabene adl warga sekampungnya malahan sinis "menolak"Nya krn mrk mudah berburuk sangka+irihati mlihat+mendengar "kepopuleran Yesus, Yesus tetap sabar. Ia tdk byk bicara apalagi membalas. Ia tdk melawan+meladeni tp memilih pergi meninggalkan+tetap mewartakan kabar baik di tempat lain.

Waktu+hdpNya tdk mau dihabiskan u/menanggapi org yg irihati krn iri hati memang membuat org bisa jahat+sok shg mudah ngrasani/memperguncingkan yg buruk/menghakimi org lain dan lupa meng-instrospeksi dirinya sndiri. Disinilah, kt diajak u/bersabar dg tdk mudah mencap buruk org lain tp sll terbuka+tulus melihat kehadiran Tuhan lwt setiap org di sekitar kita.

3. BAhagia Ikut Kristus:
Yesus diberikan kurnia RohKudus: diurapi+diutus. Bukankah kt jg dberikan kurnia RK sejak dibaptis? Penyertaan Roh Tuhan sdh sharusnya membuat kt lbh bahagia+brsyukur shg tdk mudah berkeluh kesah+asyik memperguncingkan org lain seolah kita jauh lbh baik/lbh suci darinya.

"Makan kari di kompleks Kopasus - Org iri dibenci Tuhan Yesus."

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)           

NB:
A.
"Prophet - Sang Nabi!"

Inilah salah satu judul buku Kahlil Gibran. Inilah juga yang ditampilkan Yesus ketika pulang ke Nazaret, kampung halamannya setelah dibaptis di Yordan (Luk 3:21-22) dan berpuasa di padang gurun (Luk 4:1-13).

Ia hadir sebagai "Sang Nabi", jurkam-nya Allah yang dalam bahas Arab, kerap disebut mempunyai 4 sikap dasar, "SAFT – Siddiq, Amanah, Fathonah dan Tabliq".

Lewat diri Yesus ini, tampak juga 4 sikap dasar sang Nabi yang bisa kita teladani, antara lain:

1."Daya pikat":
Banyak orang yang terpikat dengan kharismaNya ketika Yesus masuk ke Bait Allah-membaca nats kitab suci dan mengajar orang banyak.

2."Daya tahan":
Selain ada yang terpikat, juga ada banyak orang yang sinis, meragukan dan meremehkanNya (Luk 4:22). Mereka mengusir dan hendak melemparkanNya dari tebing (Luk 4:29). Menghadapi ini semua, Yesus tidak patah arang, tidak gusar dan berlaku kasar. Ia menghadapinya dengan hati dan sikap yang tenang bahkan menjadikannya sebagai bahan pengajaran yang real dan aktual.

3. "Daya cinta":
CintaNya jelas yakni membebaskan belenggu/keterikatan, terlebih bagi "korban - silent victim", orang kecil yang "buta-miskin-tertindas dan tertawan". Ia menjadi "kabar baik", injil yang hidup bagi sesama yang kecil dan tersingkir.

4."Daya mistik":
Di tengah banyak orang yang mengepungNya, Ia bisa pergi dengan tenang lewat dari tengah mereka. Tidak ada yang bisa menahan dan menangkapNya karena semangat "prophetik"-nya sungguh berasal dari pengalaman "mistik"-nya akan Allah sendiri. Ia mempunyai "inner power", kekuatan ilahi yang didapatnya dari relasi personal dengan Allah Bapa sendiri. Bagaimana dengan kita?

"Sate babi sate kambing -Jadilah nabi yang harus siap diombang ambing."

B.
Kutipan Teks Misa.

Kebangkitan Kristus adalah masalah iman: campur tangan transenden dari Tuhan sendiri dalam ciptaan dan sejarah. Di situ ketiga Pribadi ilahi bekerja bersama-sama dan serentak juga menyatakan sifat-Nya yang khas. Peristiwa itu terjadi oleh kekuasaan Bapa, yang "membangkitkan" Kristus, Anak-Nya Bdk. Kis 2:24. dan menerima sepenuhnya kodrat manusia-Nya - bersama dengan tubuh-Nya - dalam Tritunggal. Yesus dinyatakan secara definitif "sebagai Putra Allah menurut Roh kekudusan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa" (Rm 1:3-4). Santo Paulus menekankan wahyu kekuatan Allah Bdk. Rm 6:4; 2Kor13:4; Flp 3:10; Ef 1:19-22; Ibr 7:16. oleh karya Roh yang menghidupkan kodrat manusia Yesus yang sudah mati dan mengangkatnya ke dalam keadaan mulia, ke dalam keadaan sebagai Tuhan. -- Katekismus Gereja Katolik, 648

"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1Timotius 4:12)

Antifon Pembuka (Mzm 105:47)
Selamatkanlah kami, ya Tuhan Allah kami, dan kumpulkanlah kami dari antara bangsa-bangsa supaya kami bersyukur kepada nama-Mu yang kudus dan bermegah-megah dalam puji-pujian kepada-Mu.

Save us, O Lord our God! And gather us from the nations, to give thanks to your holy name, and make it our glory to praise you.

atau

Lætetur cor quærentium Dominum: quærite Dominum, et confirmamini: quærite faciem eius semper.

Doa Pembuka
Tuhan, Allah kami, perkenankanlah kami menghormati Engkau dengan segenap akal budi dan mencintai semua manusia dengan kasih sejati. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

Bacaan dari Kitab Yeremia (1:4-5.17-19) 
"Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."
 
Pada masa Raja Yosia turunlah firman Tuhan kepadaku, Yeremia, sebagai berikut, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau. Dan sebelum engkau dilahirkan, Aku telah menguduskan engkau; Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Maka, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka, segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka! Mengenai Aku, sungguh, pada hari ini Aku membuat engkau menjadi kota yang berkubu menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga melawan seluruh negeri ini, menentang raja-raja Yehuda dan pemuka-pemukanya, menentang para imamnya dan rakyat negeri ini. Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau. Sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau.”

Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 829
Ref. Aku hendak memuji nama-Mu, ya Tuhan, selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17)
1. Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskanlah dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku.
2. Jadilah bagiku gunung batu tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan diri; sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku, ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeram orang-orang lalim dan kejam.
3. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, Engkaulah kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkaulah yang telah mengeluarkan aku dari perut ibuku.
4. Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan yang datang dari pada-Mu, ya Allah Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang akan memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus 12:31 – 13:13 (Singkat: 13:4-13)
"Sekarang tinggal iman, harapan dan kasih; namun yang paling besar di antaranya ialah kasih."
   
Saudara-saudara, berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi. Sekalipun aku dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan malaikat, tetapi jika tidak mempunyai kasih, aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia serta memiliki seluruh pengetahuan; sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. (Kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu. Kasih itu tidak memegahkan diri, tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan. Kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan. Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, dan pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap, dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, hilanglah yang tidak sempurna itu. Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, merasa seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula. Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Sekarang kita melihat gambaran samara-samar seperti dalam cermin, tetapi nanti dari muka ke muka. Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, sebagaimana aku sendiri dikenal. Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan, dan kasih; dan yang paling besar di antaranya ialah kasih).

Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Luk 4:18-19)
Tuhan mengutus Aku memaklumkan Injil kepada orang yang hina dina, dan mewartakan pembebasan kepada orang tawanan.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (4:21-30)
"Seperti halnya Elia dan Elisa, Yesus diutus bukan hanya kepada orang-orang Yahudi."
 
Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak di rumah ibadat di kota asalnya, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah nas Kitab Suci pada waktu kamu mendengarnya.” Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya.Lalu mereka berkata, “Bukankah Dia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Yesus kepada mereka, “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai Tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri! Perbuatlah di sini, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!” Yesus berkata lagi, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak wanita janda di Israel, ketika langit tertutup selama tiga tahun enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang di rumah ibadat itu. Mereka bangkit, lalu menghalau Yesus ke luar kota, dan membawa Dia ke tebing gunung tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.

Renungan
POLA PIKIR MENJADI PENGHALANG
SUATU ketika diadakan beberapa lomba antar stasi di paroki kami. Lomba tersebut meliputi paduan suara, lomba Mazmur dan juga lomba Kuis Kitab Suci. Ketika tiba pengumuman hasil lomba, ada yang mulai tidak terima dengan hasil yang diumumkan. ”Masa dari stasi itu bisa menang? Mereka saja jarang ikut lomba! Pelatihnya aja masih di bawah kami kemampuannya.” Masih banyak kalimat keluar untuk menunjukkan bahwa mereka tidak terima bahwa stasi itu muncul sebagai juara.

Pengalaman itu merupakan contoh yang umum kita jumpai. Banyak dari kita menilai sesuatu atau seseorang dari latar beiakangnya, bukan dari hasil atau bukti yang ada di hadapan kita. Demikian juga ketika Yesus muncul di hadapan umum dan mengajar dengan baik, orang banyak tidak fokus pada apa yang diajarkan-Nya tetapi justru mempersoalkan Iatar belakang keluarga dan asal-usulnya. Mereka malah bertanya, "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" (Luk 4:22).

Orang banyak menolak Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah, karena melihat latar belakangnya sebagai orang Nazaret dan sebagai anak tukang kayu. Mereka menolak Yesus karena tidak sesuai dengan pola pikir mereka, dengan konsep-konsep yang ada dalam pikiran mereka mengenai datangnya Mesias. Mereka tidak meiihat apa yang dilakukan Yesus, tapi justru memvonis hanya berdasarkan latar belakang keluarganya.

Mendengar hal itu berkatalah Yesus kepada mereka, "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai Tabib, sembuhkanlah DiriMu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asaI-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" Dan kata-Nya lagi, "Aku berkata kepadamu: Sungguh, tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya” (ay. 23-24). Penolakan mereka mendatangkan konsekuensi besar. Yesus menunjukkan bahwa pola pikir mereka yang demikianlah yang membuat Allah enggan untuk berkarya di kota Nazareth bahkan sejak zaman para nabi. Yesus tidak bermaksud untuk membuat diskriminasi kepada orang sekampung-Nya, melainkan karena pola pikir mereka kerap menghalangi Allah menunjukkan haI-hal besar bagi mereka.

Bagaimana dengan kita? Penolakan orang Israel jangan-jangan menjadi penolakan kita juga. Kita bisa saja menerima Yesus hanya kalau apa yang dilakukan-Nya dalam hidup kita sesuai dengan yang kita harapkan dan cocok dengan pikiran kita. Kalau suatu saat ternyata pikiran kita berbeda dengan cara kehadiran Yesus, apakah kita tetap menerima dan percaya kepada-Nya?

Latar belakang memang berpengaruh dalam kualitas seseorang, namun bukanlah penentu utama. Sebab Allah turut bekerja di dalam sejarah hidup manusia, sebagaimana tampak dalam kisah Nabi Yeremia, "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan” (Yer 1:4-5). Hanya saja, pola pikir yang salah bisa menjadi penghaiang karya Allah dalam kehidupan kita, bahkan menolak kehadiran-Nya. 

Antifon Komuni (Mzm 31:17-18)
Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-Mu. Selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu. Tuhan, janganlah membiarkan aku mendapat malu, sebab aku berseru kepada-Mu.

Let your face shine on your servant. Save me in your meciful love. O Lord, let me never be put to shame, for I call to you.

Illumina faciem tuam super servum tuum, et salvum me fac in tua misericordia: Domine, non confundar, quoniam invocavi te.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar