HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 10 April 2019
Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Daniel (3:14-20.24-25.28)
(Dan 3:52.53.54.55.56)
Yohanes (8:31-42)
Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Daniel (3:14-20.24-25.28)
(Dan 3:52.53.54.55.56)
Yohanes (8:31-42)
"Fides et fidelitas – Iman dan kesetiaan.”
Inilah “via unitiva - jalan persatuan” tapi juga bisa menjadi “via dolorosa - jalan dukacita” karena bisa mendatangkan nestapa dan derita.
Tapi, seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY”, “Deus providebit", biarkan Tuhan yang menyelenggarakan karena Tuhan selalu setia menunjukan kasihNya kepada kita yang setia beriman padaNya.
Adapun, kata ‘setia’ mempunyai 3 arti dasar, al:
1.Dalam kamus umum:
Setia = “taat, patuh; bagaimanapun berat dan susah - selalu melakukan tugas dan berpegang pada janji.”
Setia = “taat, patuh; bagaimanapun berat dan susah - selalu melakukan tugas dan berpegang pada janji.”
Dengan kata lain:
Kita diajak punya “kasih - caritas” entah waktu "hujan/panas, suram-buram/temaram, juga ketika ada pelangi dan bersinar mentari", karena bukankah mendapatkan mawar berarti juga mau menerima durinya?
Kita diajak punya “kasih - caritas” entah waktu "hujan/panas, suram-buram/temaram, juga ketika ada pelangi dan bersinar mentari", karena bukankah mendapatkan mawar berarti juga mau menerima durinya?
2. Dalam kosakata Inggris:
Setia = “faithful“, terbentuk dari kata dasar “faith/ iman”. Kesetiaan terkait dengan iman.
Setia = “faithful“, terbentuk dari kata dasar “faith/ iman”. Kesetiaan terkait dengan iman.
Dalam kacamata iman, kita=hamba. Martabat hamba diukur dari kesetiaannya: Jika setia, dia dpercaya, jika tidak setia, akan dicampakkan oleh tuannya.
Dengan kata lain:
Kita diajak mempunyai “iman-fides”, karena Tuhan yang kita imani adalah Tuhan yang pengasih - yang sabar dan berlimpah kasih setia.
Kita diajak mempunyai “iman-fides”, karena Tuhan yang kita imani adalah Tuhan yang pengasih - yang sabar dan berlimpah kasih setia.
3. Dalam kosakata “otak atik gathuk”:
Setia = “SElalu Taat & Ingat Allah.”
Setia = “SElalu Taat & Ingat Allah.”
Kata “selalu” mengandaikan konsistensi: sama di setiap tempat dan saat: “kita tidak dipanggil untuk sukses, tapi untuk setia! Kata “taat” berarti ketika sukar, selalu patuh& mendekat pd Tuhan:"Bukan kehendakku tp kehendakMu yg terjadi”. Dan, kata “ingat Allah” adalah keutamaan iman untuk selalu ingat pada janji Tuhan bahkan bila keadaan dan semuanya tidak menguntungkan.
Dengan kata lain:
Kita diajak mempunyai “harapan-spes”: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga-anggur tidak berbuah-hasil pohon zaitun mengecewakan-sekalipun ladang tidak menghasilkan bahan makanan-kambing domba terhalau dari kurungan dan tidak ada lembu sapi dalam kandang tapi aku akan bersorak-sorak dalam Tuhan.”
Kita diajak mempunyai “harapan-spes”: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga-anggur tidak berbuah-hasil pohon zaitun mengecewakan-sekalipun ladang tidak menghasilkan bahan makanan-kambing domba terhalau dari kurungan dan tidak ada lembu sapi dalam kandang tapi aku akan bersorak-sorak dalam Tuhan.”
Yang pasti, tujuan hidup adalah melakoni hidup dengan tujuan, dan bukankah itu semua bisa lebih mudah sekaligus lebih indah dengan selalu setia beriman kepadaNya?
“Mas Hari pelihara burung - Mari kita buang hati yang murung.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
Luka: “LUpa akan Kasih Allah”
1.
Luka: “LUpa akan Kasih Allah”
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yoh. 3:16).
Kadang kita memiliki luka dan hidup dengan luka tersebut bukan? Kedirian kita sendiri memang dibentuk oleh pengalaman cinta tapi juga luka, yang kadang tak kunjung terolah dan terselesaikan. Apa yang kerap membuat kita mudah terluka: mudah marah, gampang kecewa, kerap sinis-skeptis dan pesimis, sulit memuji orang dan mudah menjelekkan orang lain?
Satu hal yang saya lihat, kita mudah terluka karena mungkin kita lupa akan kasih Allah. Allah yang begitu sungguh mencintai kita, secara pribadi sekaligus mendalam. Bicara soal lupa, kadang kita lupa bukan? Wajar, jika kita diminta untuk biasa mengingat bukan?
Mengingat sendiri adalah sebuah action. Mengingat juga adalah dialog yang khusyuk antara saya dan diri saya sendiri. Aktivitas mengingat dengan demikian merupakan refleksi atas pengalaman dengan dunia di luar diri saya,terlebih mengingat pengalaman kapan Tuhan sungguh mencintai dan menyapa saya secara pribadi.
Idealnya, aktualisasi dialog reflektif ini menghasilkan suara hati. Tapi realnya, kadang kita lupa, sehingga hidup menjadi dangkal, gagal untuk memikirkan apa yang sedang dilakukan. Kita hidup dalam suatu ungkapan kesadaran praktis menurut seorang sosiolog Inggris, Giddens. Kita mudah lupa, dan tidak biasa berpikir mendalam, gagal mengambil jarak atau memberi makna pada setiap tindakan.
Jelasnya lagi, apa yang perlu kita ingat? Sekali lagi, ingatlah yang baik, yang telah banyak Tuhan perbuat. Inilah penggalan dari Erich Kastner, dalam, In Memoriam Memoriae, “Siapa lupa akan apa yang indah, dia akan jadi jahat.”
Disinilah menjadi jelas, kita harus belajar melibatkan kesadaran reflektif: mengambil jarak, bersikap kritis, mempertanyakan dan memberi makna pada tindakan, sehingga luka kita bisa perlahan berubah kembali menjadi cinta.
Dalam hal ini, pharmakos (“racun” karena dilukai) mesti diubah menjadi pharmakon (“obat” karena dicintai). Karena kasih Allah yang begitu besar pada dunia ini sehingga ia memberikan anaknya yang supaya yang percaya tidak binasa tetapi beroleh hidup kekal (Bdk. Yoh 3:16) tetapi semua manusia berdosa sehingga hak untuk hidup kekal disurga menjadi hilang (Bdk, Roma 3:23 & Roma 6:23) sehingga Allah melalui Putranya Yesus Kristus mendamaikan hubungan Allah dengan kita dan Yesus yang adalah “jalan kebenaran dan hidup” (Bdk Yoh 14:6) merintis jalan itu dengan wafat, kematian-Nya serta dengan kebangkitan-Nya yang melambangkan kekalahan maut atau dosa yang mendamaikan kita dengan Allah (Bdk Rom 5:10).
Satu kalimat klasik yang membuat saya tidak mudah lupa, yakni jalan sederhana ala Bunda Teresa, “Berikanlah pada dunia hal terbaik yang kamu miliki dan kamu akan mendapatkan kekecewaan. Bagaimanapun juga berikanlah pada dunia hal terbaik yang dapat kamu berikan.” Sekarang anda masih lupa betapa baiknya Allah?
2.
"Libertas - Kemerdekaan!"
"Libertas - Kemerdekaan!"
Inilah yang menjadi salah satu pesan inti hari ini bahwa: "setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa dan tidak tetap tinggal di rumah; yang tetap tinggal dalam rumah adalah anak. Bila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Secara praktis, Gereja juga mengajak kita untuk selalu mengisi kemerdekaan dengan keterlibatan dan keberpihakan. Itu sebabnya Johann Baptist Metz, seorang teolog politik pernah memberikan definisi tersingkat dari agama yaitu interupsi/unterbrechung/keterlibatan. Agama itu berangkat dari interupsi Allahke tengah dunia yg carut marut. Agama mengkhianati panggilannya bila berhenti membuat interupsi, bukan? Jelasnya, kita sbg anak-anak Allah yang merdeka juga perlu terus melakukan interupsi, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap dunia yg ada di sekitar.
Dalam intensi seperti ini, kita sebagai warga gereja yang merdeka hendaknya tidak meninggalkan sesama di pinggir jalan sendirian, tapi mestinya menjadi gereja yang merdeka, yang hadir dan mengalir di tengah pasar, tidak melulu di altar dan mimbar.
Memang, dalam bahasa Rm Mangun, kita kerap seperti ‘Putri Duyung Yang Mendamba’, di satu sisi mau mencapai bintang di langit dengan lengan-lengan manusianya, tapi kakinya masih tertangkap dalam air dan terbungkus sirip ikan.
Disinilah kita tidak usah menanti sempurna tapi harus terus menyuarakan hati nurani, wahyu Ilahi dan nilai kemanusiaan, sehingga kita sungguh menghorisontalkan kerajaanNya: “Gaudere cum gaudentibus, et fiere cum fientibus - Bersukacita dengan yang bersukacita dan menangis dengan yang menangis".
Jelasnya, Tuhan ingin kita terlibat di tengah gulat geliat kehidupan dan mau menghidup-kembangkan iman sebagai sebuah interupsi untuk selalu menghadirkan kemerdekaan sebagai anak anak Allah: Ecclesia semper reformanda - Gereja harus selalu diperbarui."
"Ada penculik cari cuka - Jadilah orang Katolik yang merdeka!"
3.
Kutipan Teks Misa:
Kutipan Teks Misa:
Tuhan kita Yesus Kristus, Putra Allah, berdoa untuk kita, berdoa dalam diri kita, dan kepada-Nya kita berdoa. (St. Agustinus)
“Hanya percaya bahwa Allah itu ada, tidak akan saya sebut sebagai komitmen. Bahkan iblis pun percaya bahwa Allah itu ada! Percaya [kepada Allah] berarti [kita] harus mengubah cara hidup kita” – Mother Angelica
Antifon Pembuka (bdk. Mzm 18:48-49)
Tuhan, Engkau membebaskan daku dari musuh. Engkau memberi aku kemenangan atas segala lawan dan merebut aku dari tangan orang jahat.
Tuhan, Engkau membebaskan daku dari musuh. Engkau memberi aku kemenangan atas segala lawan dan merebut aku dari tangan orang jahat.
My deliverer from angry nations, you set me above my assailants; you saved me from the violent man, O Lord.
Doa Pembuka
Ya Allah, Engkau telah mengutus Putra-Mu kepada kami. Kami mohon, semoga pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam rangka menanggapi kedatangan Putra-Mu itu, tidak menghancurkan kami tetapi justru semakin menguji kemurnian dan kesungguhan iman kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Ya Allah, Engkau telah mengutus Putra-Mu kepada kami. Kami mohon, semoga pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam rangka menanggapi kedatangan Putra-Mu itu, tidak menghancurkan kami tetapi justru semakin menguji kemurnian dan kesungguhan iman kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Daniel (3:14-20.24-25.28)
"Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya."
"Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya."
Sekali peristiwa berkatalah Nebukadnezar, raja Babel, kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego, “Apakah benar, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah kamu menyembah patung yang kubuat ini! Tetapi jika kamu tidak menyembah, seketika itu juga kamu akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab, “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada Tuanku dalam hal ini. Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya Raja. Tetapi seandainya tidak, hendaklah Tuanku mengetahui, bahwa kami tidak akan memuja dewa Tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang Tuanku dirikan itu.” Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar. Air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lipat lebih panas dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat di antara tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego, dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Tetapi terkejutlah Raja Nebukadnezar, lalu bangun dengan segera. Berkatalah ia kepada para menterinya, “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” Jawab mereka kepada raja, “Benar, ya Raja!” Kata raja, “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu. Mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” Maka berkatalah Nebukadnezar, “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya tetapi melanggar titah raja, yang menyerahkan tubuh mereka karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
U. Syukur kepada Allah.
Kidung Tanggapan
Ayat. (Dan 3:52.53.54.55.56)
P. Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau dalam bait-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
I. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau di bentangan langit.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
Ayat. (Dan 3:52.53.54.55.56)
P. Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah leluhur kami.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau dalam bait-Mu yang mulia dan kudus.
U Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
I. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
P. Terpujilah Engkau di bentangan langit.
U. Kepada-Mulah pujian selama segala abad.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:31-42)
"Apabila Anak memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, maka kamu benar-benar murid-Ku, dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka, “Kami adalah keturunan Abraham, dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa, dan hamba tidak tetap tinggal di rumah; yang tetap tinggal dalam rumah adalah anak. Tetapi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka. Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku, karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, seperti halnya kamu melakukan apa yang kamu dengar dari bapamu.” Jawab mereka kepada-Nya, “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka, “Sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah! Pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka, “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka, “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah heroik ketiga pemuda saleh, yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Dan 3:14-20.24-25.28). mereka sangat beriman kepada Allah yang benar. Tetapi, karena iman mereka, mereka dihadapkan pada dua pilihan: menyembah raja dengan jaminan tetap hidup atau bertahan pada iman mereka dengan konsekuensi, mereka dibakar hidup-hidup. Tanpa ragu-ragu mereka memilih tetap bertahan dan setia dalam iman kaepada Allah, apa pun risikonya. Sikap mereka telah menjadi teladan bagi teman-teman sebangsanya untuk tetap setia dan bertahan dalam iman, meskipun mereka harus berhadapan dengan hukuman dan kematian.
Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah heroik ketiga pemuda saleh, yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Dan 3:14-20.24-25.28). mereka sangat beriman kepada Allah yang benar. Tetapi, karena iman mereka, mereka dihadapkan pada dua pilihan: menyembah raja dengan jaminan tetap hidup atau bertahan pada iman mereka dengan konsekuensi, mereka dibakar hidup-hidup. Tanpa ragu-ragu mereka memilih tetap bertahan dan setia dalam iman kaepada Allah, apa pun risikonya. Sikap mereka telah menjadi teladan bagi teman-teman sebangsanya untuk tetap setia dan bertahan dalam iman, meskipun mereka harus berhadapan dengan hukuman dan kematian.
Injil hari ini menampilkan pembicaraan seru antara Yesus dengan orang-orang Yahudi. Pembicaraan mengarah kepada perdebatan tentang siapa sesungguhnya yang hidup dalam kebenaran Firman Allah, orang Yahudi yang merupakan keturunan Abraham atau Yesus yang setia melaksanakan kehendak Bapa yang mengutus-Nya. Menurut Yesus, orang Yahudi yang tidak percaya akan Sabda Yesus, bukanlah keturunan Abraham yang sesungguhnya. Abraham adalah bapa kaum beriman, kalau dia percaya akan Firman Tuhan dan melaksanakannya. Sementara orang Yahudi tidak mau menerima Yesus dalam perkataan dan perbuatan memperlihatkan kehendak Bapa surgawi. Mereka terbelenggu dalam kekerasan hati mereka, mereka bukan orang merdeka. Karena itu, siapa pun yang mengaku sebagai keturunan Abraham hendaknya setia kepada Tuhan, kehendak, panggilan dan tugas perutusan-Nya.
Orang yang merdeka adalah mereka yang melakukan segala sesuatu seturut hati nuraninya tanpa ada paksaan karena mereka yakin bahwa hal itu baik, benar, dan dikehendaki Tuhan. Yesus ingin para murid-Nya menjadi orang yang merdeka, bebas dari belenggu dosa dan sungguh-sungguh berpasrah diri kepada-Nya. Buah Sakramen Baptis adalah dosa-dosa asal dan dosa yang kita lakukan dihapuskan. Kita diangkat menjadi anak Allah yang Mahatinggi. Kita mendapat anugerah istimewa berupa hak dan warisan kehidupan kekal di surga. Anugerah istimewa ini memerdekakan dan membebaskan kita dari belenggu dosa. Ada banyak kesempatan di dalam hidup kita, di mana Tuhan menawarkan keselamatan. Tinggal dari pihak kita: mau atau tidak.
Antifon Komuni (Kol 1:13-14)
Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.
Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.
God has brought us to the kingdom of his beloved Son, in whom we have redemption through his Blood, the forgiveness of sins.
4.
INTERMEZZO.
INTERMEZZO.
Va’ dove ti porta il cuore
Pergilah ke mana hati membawamu..
Pergilah ke mana hati membawamu..
Deus bonus est
Allah itu baik
Ah qu'I'll est bon, le bon Dieu
Ah btapa baiknya Allah yg baik
God is Good..
Allah itu baik
Ah qu'I'll est bon, le bon Dieu
Ah btapa baiknya Allah yg baik
God is Good..
Dan, di saat begitu banyak jalan terbentang di hadapanmu dan kau tak tahu jalan mana yang harus diambil, janganlah memilihnya dengan asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat.
Tariklah nafas dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan, seperti saat kau bernafas di hari pertamamu di dunia ini.
Jangan biarkan apapun mengalihkan perhatianmu, tunggulah dan tunggu lebih lama lagi.
Berdiam dirilah, tetap hening, dan dengarkanlah hatimu.
Lalu ketika hati itu berbicara, beranjaklah, dan pergilah ke mana hati membawamu, va’ dove ti porta il cuore...
===
CARPE DIEM – SEIZE THE DAY -
Reguklah hari ini !
CARPE DIEM – SEIZE THE DAY -
Reguklah hari ini !
Adjutorium nostrum in nomine Domini, qui fecit caelum et terram - Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi."
Sering kali kita terlalu sibuk menambah masalah-masalah baru sehingga kita lupa menghitung berkat- berkat yang kita peroleh, padahal satu-satunya persiapan terbaik untuk hari esok adalah menggunakan hari ini sebaik-baiknya. Karena hari ini, niscaya endapan hari kemarin sekaligus proyeksi esok hari, bukan?
Janganlah melihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar hidup kita dengan penuh syukur dan kesadaran.
Jika kita terlalu sibuk melihat masa lalu atau bahkan cemas terhadap kehidupan masa mendatang, kita tidak akan mudah untuk melihat Tuhan.
Jangan biarkan hidup kita terpuruk di masa lampau atau dalam mimpi di masa depan karena satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu hidupmu.
Tak ada orang yang akan tenggelam oleh beban satu hari. Tetapi bila beban esok ditambah ke beban hari ini, tak ada orang yang sanggup menanggungnya. Mari mengayuh dan mari melaju bersama Tuhan!
"Orang yang menantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama Rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya,
mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
Salam Rajawali, punya jiwa punya nyali!
"Vaya con Dios – Pergilah bersama Tuhan."
"Vaya con Dios – Pergilah bersama Tuhan."
===
Kita bisa mengeluh bahwa ada duri di antara bunga mawar, atau kita bisa bersyukur bahwa ada bunga mawar di antara duri.
Kita bisa mengeluh bahwa ada duri di antara bunga mawar, atau kita bisa bersyukur bahwa ada bunga mawar di antara duri.
Kita tidak dapat mengatur arah angin bertiup tapi kita dapat menyesuaikan layar perahu kita.
Mengubah pola pikir =
Mengubah sudut pandang =
Mengubah diri =
Mengubah negatif jadi positif =
Membuka saluran berkat.
Mengubah sudut pandang =
Mengubah diri =
Mengubah negatif jadi positif =
Membuka saluran berkat.
5.
GIFT
GENU-INE FROM TRAPPIST
@ Gedono
GIFT
GENU-INE FROM TRAPPIST
@ Gedono
Pada sebuah lembah hijau, berdiri tegak sebuah bangunan dengan tembok yang tebal. Di balik tembok itu, seribu kisah bisa didedah mengenai para perempuan yang mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi pada Tuhan.
Nama tempat itu Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono di Bukit Gedono, Dukuh Weru, Dusun Jetak, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, 15 kilometer arah barat daya kota Salatiga.
Tempat itu merupakan pertapaan pertama rubiah (sebutan untuk pertapa wanita) Ordo Cisterciensis Observansi Ketat (OCSO) atau di Indonesia lebih dikenal dengan Trappist, yang didirikan pada tahun 1987.
Diwarnai hawa dingin berkabut dan kadang disertai rerintik hujan yang menyelimut, membuat wilayah pertapaan ini makin erat dengan semestanya.
Adapun luas areal yang diarsiteki oleh Romo Mangunwidjaya Pr dan dibantu Romo Abas beserta para rahib dari Pertapaan Santa Maria Rawaseneng ini mencapai delapan hektare: satu hektare untuk bangunan khas Mangunan dengan aksentuasi pada batu kayu dan bahan bahan yang ramah dengan alam, selebihnya area pepohonan, perkebunan, dan pemakaman. Di depan pintu utama, terpatri jadwal doa yang dipajang, seolah-olah mengatakan kepada para pengunjung bahwa para rubiah menghabiskan banyak sekali waktu untuk berdoa, yang disebut sebagai OPUS DEI.
Diwarnai suasana hening, "silentium", kita tak perlu dan tak diperkenankan untuk 'banbir' alias banyak bicara. Kalau kita merasa perlu, kita bisa memencet bel tamu di pintu masuk untuk bertemu seorang suster (petugas ruang tamu) yang akan membimbing dan memberikan pelbagai informasi yang kita rasa perlu. Kita juga bisa meminta waktu konsultasi atau bertemu dengan suster di dalam Ruang Bicara. Jelasnya, biara tanpa banyak bicara ini mengisyaratkan kepada semua tamu bahwa pintu pertapaan terbuka untuk siapa pun yang sedang mencari Tuhan.
Mengacu pada historiografi Gedono, pendirian pertapaan calon rubiah pertama di Indonesia ini diprakarsai oleh komunitas para rahib di Rawaseneng dan diberkati oleh Almarhum Justinus Kardinal Darmoyuwono Pr pada tanggal 31 Mei 1988.
Perlu diketahui, kehidupan para Rubiah Cisterciensis memberi corak khas bahwa mereka mengarahkan hidup untuk kontemplasi. Mereka membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan semata dalam kesunyian, keheningan, doa, dan pertobatan terus-menerus.
Dua tahunan terakhir ini, ada 40an suster di sana, 20an di antaranya sudah mendapat kaul kekal dengan menggunakan jubah hitam putih plus kovel khas Trappist, dan sisanya ada belasan suster yang masih berkaul sementara/profes/monastikat, dan yang masih menjalani masa novisiat.
Namun demikian, mereka tetap harus bekerja untuk mendapatkan nafkah dan untuk mengungkapkan solidaritas, terutama untuk kaum pekerja kecil. Bagi rubiah Cisterciensis, kerja merupakan kesempatan yang menunjang perkembangan pribadi untuk memberi diri masing-masing kepada sesama.
Contohnya, ada seorang suster yang tengah memberikan pelayanan kepada para penduduk sekitar biara berupa pemberian semacam beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu, serta setiap satu bulan sekali memberikan pelayanan pengobatan gratis. Mereka juga bekerja membuat hosti, kefir (susu fermentasi semacam yogurt), selai, dan sirup. Ada juga aneka cetakan kartu bergambar dengan teks rohani dan doa, beberapa buku terjemahan, pembuatan rosario, dan ikon juga dikerjakan mereka.
Pengelolaan kebun pertapaan yang akhirnya akan menghasilkan buah dan sayur juga merupakan bagian dari kerja tangan mereka untuk menafkahi mereka sendiri.
”Ada banyak mulut untuk diberi makan di dalam biara. Tak hanya para rubiah, tetapi juga tamu-tamu yang begitu banyak,” ujar salah satu suster di Gedono, ”Ya, dengan keringatmu sendiri, engkau akan menghasilkan makananmu. Itulah sesuatu yang penting dari kerja dan tidak boleh dilupakan oleh siapa pun juga.”
Dalam biara itu, mereka mengelola rumah tangganya sendiri dengan dipimpin oleh seorang ibu abdis bernama Sr. Martha Driscoll OCSO, didampingi dua wakil abdis, pemimpin novisiat, dan bagian keuangan yang disebut ekonom.
Sebagai biara kontemplatif yang "terbuka", maksudnya bisa dikunjungi orang luar, Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono memang kerap didatangi orang dari berbagai tempat. Mereka datang untuk visitasi (kunjungan singkat) atau bermalam mengasingkan diri untuk berdoa (retret).
Adapun rumah retret adalah salah satu kawasan yang steril dari kebisingan. Bagi seseorang atau keluarga yang ingin berdoa dan meresapi keheningan pertapaan, disediakan kamar penginapan dengan tarif Rp 50 ribu per orang per malam termasuk makan tiga kali sehari. Biasanya, mereka ini disebut ”retretan”. Para retretan datang ke pertapaan untuk mengikuti ibadat harian/offisi dan perayaan ekaristi bersama dengan komunitas rubiah di kapel pertapaan.
Indahnya, semua bangunan yang ada di sana memiliki dinding dari batu alam dan bernilai seni tinggi. Maklum, pertapaan tersebut didesain oleh almarhum Yusuf Bilyarta Mangunwijaya (Romo Mangun) yang dikenal sebagai pastor, pendidik, arsitek, sastrawan, serta budayawan. Sebagai seorang arsitek, karyanya cukup banyak. Salah satu karyanya pernah memperoleh Aga Khan Award tahun 1992, semacam penghargaan Nobel untuk karya arsitektur yaitu desain pemukiman Kali Code di Yogyakarta.
Desain Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono ini juga mendapat penghargaan utama dari Ikatan Arsitek Indonesia untuk kategori Desain Arsitektur. Polanya berupa arsitektur monastik Cisterciensis yang melambangkan keserasian dan keindahan ilahiah. Bangunan-bangunan dalam biara monastik dibangun dengan sederhana dan bersahaja.
Di luar itu, yang jelas, suasana teduh, hening, dan sunyi di pertapaan ini sungguh menjadi daya tarik utama dipadukan dengan keagungan pesona alam lereng Gunung Merbabu. Semua itu tentunya akan membantu kekhusukan dalam melambungkan hati ke hadirat Tuhan.
Masing-masing bagian bangunan dibuat terpisah satu sama lain. Misalnya, ruang ibadah dalam satu bangunan, rumah tamu dalam satu bangunan, ruang cuci satu bangunan, ruang dapur dan makan satu bangunan, serta ruang tidur dari empat bangunan berbentuk rumah panggung serta Pondok Baca Maria yang terletak di tengah-tengah alam terbuka. Khusus mengenai rumah tamu, bangunannya cukup besar menghadap ke utara dalam bentuk memanjang dan berkoridor. Temboknya terbuat dari batu alam yang tersusun rapi.
Bangunan itu berdiri di atas gundukan tanah dengan dua undakan tangga di depannya. Tangga pertama langsung menghubungkan area parkir dengan tempat pendaftaran tamu. Tangga kedua berfungsi menghubungkan rumah tamu dengan rumah retret. Tangganya berbentuk tiga sengkedan dengan atap di atasnya. Begitu harmonis. Ornamennya juga unik, dengan dua pintu yang saling berseberangan, empat jendela berbentuk kubah, serta banyak kisi jendela berbentuk persegi dan bulat. Selain itu, ada juga rumah toko yang menyediakan beragam hasil kerja tangan para rubiah.
Boleh dibilang, tak sesaat pun waktu dalam biara yang tak dilewatkan untuk berdoa. Melalui Lectio Divina (cara monastik untuk berdoa dengan menggunakan kitab suci), komunitas rubiah Cisterciensis berkumpul untuk merayakan liturgi Ekaristi dan ibadat harian tujuh kali sehari, yaitu ibadat Laudes, Prima, Terzia, Sexta, Nona, Vesper, dan Completorium.
Acara harian monastik merupakan keseimbangan antara doa pribadi, doa liturgi, lectio divina, dan kerja tangan.
Selama mengikuti retret, kita diajak membiasakan diri bangun pukul 02.55. Lima menit sebelum jadwal ibadat dimulai, lonceng kapel sudah berdentang memecah kelam dan kejekutan hari yang menggigilkan tubuh. Para rubiah di Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono segera menyudahi tidurnya. Usai berbenah diri, dengan mengenakan kovel (mantel putih) bak mutiara yang teruntai rapi mereka bergegas dalam keheningan memasuki kapel.
Tepat pukul 03.15, mazmur dan kidung mulai berkumandang. Ibadat Malam dimulai. Selepas itu, mereka membaktikan diri dalam doa hening, disusul dengan Bacaan Ilahi (Lectio Divina). Bergulir ke pukul 05.45 WIB, kumandang mazmur dan kidung kembali terdengar. Ibadat Pagi itu pun mengalir dalam iringan lembut musik. Kadang orgen, kadang juga gending atau sejenis kecapi yang sangat syahdu dan menyentuh hati. Puncak dari seluruhnya adalah perayaan Ekaristi pada pukul 07.30.
Selepas itu, acara harian ditentukan oleh jam-jam Ibadat Harian (Ofisi Ilahi) sebagai sarana untuk memperpanjang Ekaristi sepanjang hari dan menguduskan waktu dan dunia. Ibadat-ibadat yang dilakukan dalam rangkaian madah, mazmur dan kidung, bacaan, serta saat-saat hening itu bergulir dari waktu ke waktu. Ada Ibadat Jam Ketiga (usai perayaan Ekaristi), Ibadat Jam Keenam (11.15), Ibadat Jam Kesembilan (13.30), dan Ibadat Sore (16.45). Sebelum istirahat malam (19.30), pada pukul 18.55, para Rubiah Cisterciensis itu menutup hari dengan Ibadat Penutup yang diakhiri dengan nyanyian ”Salam, Ya Ratu” (Salve Regina) sesuai tradisi monastik untuk menyerahkan diri ke dalam perlindungan Bunda Maria.
Kegembiraan di suatu senja yang tenang dan penuh rasa kekeluargaan itu ditutup dengan sebuah ibadat yang disebut Completorium. Itulah waktu untuk merenungkan hari yang sebentar lagi akan berlalu dan mengungkapkan beberapa kata taubat serta menerima pengampunan sehingga kita boleh mengaso dalam damai. Di sela-sela jam-jam rutinitas harian itu, para rubiah melakukan kegiatan di dalam kompleks klausura atau slot (ruangan pertapaan yang tertutup untuk umum dan hanya terbuka bagi para rubiah saja). Mereka mencari nafkah dengan kerja tangan (membuat hosti, selai, sirup, rosario, dan kartu rohani). Melalui persetujuan tata tertib rumah tangga yang menetapkan hari-hari sebagai waktu hening tanpa bunyi radio atau televisi, membuat mereka selalu mendambakan kedamaian batin sebagai tempat persemaian yang hikmat. Namun, kadang-kadang para rubiah berkumpul di ruang Kapitel untuk mendengarkan sebagian dari Peraturan St Benediktus, pembacaan, pengumuman akan berita dunia, diskusi, dan dialog atau pengajaran Ibu Abdis, Sr Martha E Driscoll OSCO.
Begitulah, dalam sehari, waktu seolah-olah tak boleh dibiarkan berlalu untuk kesia-siaan. Waktu harus dikuduskan dengan doa dan bekerja. (BC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar