1 Yoh 4:19-5:4; Luk
4:4-22a
"Roh Tuhan ada padaKu"
“Fides et Actio – Iman dan Tindakan”. Itulah pesan pokok yang tercandra hari ini. Seperti yang saya tulis dalam buku "XXI-Interupsi" (Kanisius), iman adalah tindakan yang membuat manusia menjadi lebih manusiawi, menjadi lebih punya hati nurani. Adapun 3 hal yang menjadi dasar bahwa iman sebagai tindakan, al:
"Roh Tuhan ada padaKu"
“Fides et Actio – Iman dan Tindakan”. Itulah pesan pokok yang tercandra hari ini. Seperti yang saya tulis dalam buku "XXI-Interupsi" (Kanisius), iman adalah tindakan yang membuat manusia menjadi lebih manusiawi, menjadi lebih punya hati nurani. Adapun 3 hal yang menjadi dasar bahwa iman sebagai tindakan, al:
1.
"Pengalaman mistik": Sebelum "go
public", Ia menyepi ke gurun, "intimitas cum Deo", berdoa dan berpuasa
40 hari supaya Roh Tuhan ada dan benar-benar mengurapi-Nya. Lewat
"pengalaman gurun", bagiNya salib bukan salib, kalau tidak ada
palang horizontalnya. Tanpa palang horizontal, salib cuma sebuah tiang yang menunjuk ke langit dan belum tentu
menunjuk ke sorga, karena sorga cuma dapat diraih
lewat
pengamalan kasih yang nyata,
yang
berakar pada hidup doa dan matiraga.
2. "Pengalaman otentik": Setelah menyepi, Ia membumi: Ia "turun" ke tempat yang otentik, yakni Galilea. Ia keluar masuk desa dan sinagoga. Lewat "pengalaman Galilea", Ia mewartakan nats bahwa iman harus mengandung tindakan keterlibatan dan keberpihakan nyata yang otentik pada orang kecil-tersingkir/disingkirkan yang kerap tidak dihargai. Sebagai antitesis dari hukum rimba: "siapa kuat, dia menang", ada 4 jenis masyarakat yang dibela dan diperhatikanNya al: Orang miskin, tawanan, orang buta dan tertindas.
3. "Pengalaman prophetik": Yesus tidak cuma menjadi "pembaca firman"/lector, tapi Ia menjadi "pelaku firman"/actor. Ia menjadi Injil yang hidup. Lewat "pengalaman kenabian": Orang buta dibuat melihat, orang lumpuh dibuat berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli jadi mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (Luk 7:22). Disinilah imanNya tak lepas dari tindakan, yang selalu hidup dalam sejarah masyarakat dunia, bukan dalam sebuah ruang hampa. Iman yang bergulat dan berjalan di atas realita, bukan berjalan di atas awan. Meski resikonya berat: terluka karena dicap buruk, dipinggirkan dan dikambinghitamkan, Ia tetap tangguh menjadi Injil yang hidup karena iman tak lepas dari tindakan kasih dan sebaliknya, tindakan kasih tak lepas dari iman, bukan? Bagaimana dengan kita sendiri?
"Kuman harus dilenyapkan - Iman harus diwujudnyatakan".
2. "Pengalaman otentik": Setelah menyepi, Ia membumi: Ia "turun" ke tempat yang otentik, yakni Galilea. Ia keluar masuk desa dan sinagoga. Lewat "pengalaman Galilea", Ia mewartakan nats bahwa iman harus mengandung tindakan keterlibatan dan keberpihakan nyata yang otentik pada orang kecil-tersingkir/disingkirkan yang kerap tidak dihargai. Sebagai antitesis dari hukum rimba: "siapa kuat, dia menang", ada 4 jenis masyarakat yang dibela dan diperhatikanNya al: Orang miskin, tawanan, orang buta dan tertindas.
3. "Pengalaman prophetik": Yesus tidak cuma menjadi "pembaca firman"/lector, tapi Ia menjadi "pelaku firman"/actor. Ia menjadi Injil yang hidup. Lewat "pengalaman kenabian": Orang buta dibuat melihat, orang lumpuh dibuat berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli jadi mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (Luk 7:22). Disinilah imanNya tak lepas dari tindakan, yang selalu hidup dalam sejarah masyarakat dunia, bukan dalam sebuah ruang hampa. Iman yang bergulat dan berjalan di atas realita, bukan berjalan di atas awan. Meski resikonya berat: terluka karena dicap buruk, dipinggirkan dan dikambinghitamkan, Ia tetap tangguh menjadi Injil yang hidup karena iman tak lepas dari tindakan kasih dan sebaliknya, tindakan kasih tak lepas dari iman, bukan? Bagaimana dengan kita sendiri?
"Kuman harus dilenyapkan - Iman harus diwujudnyatakan".
Tuhan memberkati+Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar