Ibr
10:1-10; Mrk 3:31-35
"Fraternitas in caritas - Persaudaraan dalam kasih". Itulah semangat iman hari ini. Kita menjadi "saudara" ("sa": satu, "udara": rahim; "seudara"), bukan melulu karena hubungan darah tapi karena kita ada dalam satu "rahim" yang sama yakni Gereja, berdasar kasih: "Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudaraKu!” Mengacu pada Ardas KAJ yang juga saya tulis dalam buku "HERSTORY" (Kanisius), ada 3 hal supaya kita "fit et proper", layak menjadi saudara/i NYA, al:
"Fraternitas in caritas - Persaudaraan dalam kasih". Itulah semangat iman hari ini. Kita menjadi "saudara" ("sa": satu, "udara": rahim; "seudara"), bukan melulu karena hubungan darah tapi karena kita ada dalam satu "rahim" yang sama yakni Gereja, berdasar kasih: "Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudaraKu!” Mengacu pada Ardas KAJ yang juga saya tulis dalam buku "HERSTORY" (Kanisius), ada 3 hal supaya kita "fit et proper", layak menjadi saudara/i NYA, al:
1.Beriman/"fidelitas":
Ketika pada zaman sekarang, tv dan internet menjadi "tabernakel", hp
dan bb menjadi "rosario", mal dan plaza menjadi "gereja dan katedral",
iman kita tetap adala dasar segalanya, iman yang tidak cuma diungkapkan dengan
kata-kata, yang tidak cuma dirayakan dengan sakramen-sakramen tapi juga yang
harus diwujudnyatakan dalam tindakan, yang membuat manusia lebih punya hati
nurani karena bukankah manusia lebih percaya pada mata mereka, daripada telinga
mereka?
2.Bersaudara/"fraternitas":
Tuhan tidak pernah memisahkan apalagi mengotak-kotakkan. Sebaliknya, bukankah
kita yang kerap malah mengotak-kotakkan? Kita diajak untuk terbuka dan bersaudara
secara tulus dengan semua orang yang berkehendak baik, dari aneka karakter dan
parameter, suku budaya dan agama. Yah karena bersaudara adal berkomunikasi
dengan yang lain dan menemukan serpihan Tuhan dalam diri yang lain dan bukankah
tepat kata-kata ini: dengan senyum kau tampak lebih baik, dengan tawa kau lebih
sehat dan dengan bersaudara kau akan lebih bahagia?
3.Berbelarasa/"solidaritas":
Berangkat dari kesadaran bahwa agama kadang “terperangkap” dalam suatu sistem
yang memberinya banyak kesempatan untuk memberi pada kaum miskin tapi sangat
menghalangi dia untuk menjadi kaum miskin, maka Gereja berkata, “Gaudere cum
gaudentibus et fiere cum fientibus-Bersukacitalah dengan yang bersukacita dan
menangislah dengan yang menangis. Kita diajak punya compassion/berbelarasa
terhadap sesama terlebih yang kecil lemah miskin tersingkir/disingkirkan,
karena di sekitar kita: siapa lemah - mudah dipalak, siapa kalah-mudah disepak.
Yang pasti, dengan "3B": beriman, bersaudara dana berbelarasa, kita menerima
secercah surga, a glimpse of heaven.
Tuhan memberkati + Bunda mrestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar