Ibr 13:1-8; Mzm
27:1.3.5.8b-9abc; Mrk 6:14-29
“Virtus stat in medio-Keutamaan
itu berada di tengah”. Itulah salah satu filosofi instrospeksi yang saya tulis
dalam buku “BBM” (Kanisius). Ia tidak condong ke kiri/kanan karena ia tidak
berlebihan, contohnya, keberanian adalah keutamaan: Ia ada di antara
kepengecutan dan kenekadan.
Hari ini, kita juga belajar
filosofi instrospeksi dari Herodes yang punyai kekuasaan tapi tidak memiliki
keutamaan karena mudah mengorbankan orang lain. Herodes yang dimaksud adalah
Herodes Antipas, anak termuda dari Herodes Agung+Maltake, yang mewarisi wilayah
Galilea dan Perea. Dicatat bahwa Yesus menjulukinya 'si serigala' (Lukas
13:31).
Adapun scr ideal, nama “HERO”des
dan ”HERO”dias sebenarnya menuntut mereka hadir sebagai “HERO”, pahlawan, tapi
secara real mereka malahan menjadi pecundang. Mereka adalah keluarga raja, dan
dengan kuasa kerajaan yang dimilikinya bisa punya semangat hidup yang “heroik”,
tapi yang mereka lakukan justru semangat hidup yang "tragedik".
Adapun 3 sikap buruk mereka, antara lain:
1. Sakit hati: Herodes 'senang'
mendengarkan Yohanes Pembaptis. Di sisi lain, ia marah karena Yohanes Pembaptis
berani menegurnya. Itu sebabnya Herodes kecewa dan memenjarakan Yohanes
Pembaptis, tapi tidak sampai membunuhnya. Selain itu, warta Yohanes Pembaptis
ternyata juga menimbulkan sakit hati Herodias. Ia menyimpan dendam dan ingin
menghancurkan hidup Yohanes Pembaptis, karena itulah ia juga tega “memperalat”
kepolosan anaknya untuk memuaskan dendam dan sakit hatinya.
2. Congkak hati: Herodes tampil
sebagai raja yang sombong dan suka berpesta. Ia sering memamerkan kuasa
dan”harta” nya kepada orang banyak supaya dikagumi dan dihormati.
3. Tidak berhati-hati: Herodes
tidak “eling lan waspada”. Dalam suasana pesta pora, ia terlena. Ia banyak
omong dan mudah mengobral janji. Ia lebih mementingkan gengsinya sebagai Raja
karena itu yang menjadi pusat hidupnya. Ya, krn tidak mawas diri, ia mudah
mengorbankan kebenaran. Ia korbankan nyawa Yohanes Pembaptis yang jelas-jelas
bersih tangannya dan murni hatinya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita berhati-hati
dengan omongan dan tindakan kita juga?
“Carilah kawan dengan
senyuman-jadilah pahlawan dalam iman.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar