Kej 15:5-18; Flp 3:17-4:1; Luk 9:28-36
“Fides in transfiguration - Iman dalam perubahan.” Tiga bacaan pada misa hari ini menekankan dimensi perubahan: Abram menjadi Abraham - Saulus menjadi Paulus dan Yesus menjadi Kristus. Bukankah iman dan pertobatan terkait-paut dengan tindakan dan perubahan: Yang pemarah menjadi penyabar - yang sombong menjadi rendah hati - yang malas menjadi rajin - yang penakut menjadi pemberani dll.
Adapun 3 jalan iman supaya kita bisa ber-“transfigurasi”- berubah setiap hari seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY”, al:
1. Berdoa: “Fides in transfiguration - Iman dalam perubahan.” Tiga bacaan pada misa hari ini menekankan dimensi perubahan: Abram menjadi Abraham - Saulus menjadi Paulus dan Yesus menjadi Kristus. Bukankah iman dan pertobatan terkait-paut dengan tindakan dan perubahan: Yang pemarah menjadi penyabar - yang sombong menjadi rendah hati - yang malas menjadi rajin - yang penakut menjadi pemberani dll.
Adapun 3 jalan iman supaya kita bisa ber-“transfigurasi”- berubah setiap hari seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY”, al:
Di tengah kesibukan dan ruwet rentang karya dan warta, Yesus selalu punya waktu ber”intimitas cum Deo”: Ia menyepi dan berdoa. Ia naik ke Gunung Tabor dan menarik diri dari tegangan keseharian agar tidak hanyut-larut oleh afeksi – emosi – friksi dan ambisi. Ia tidak menghamburkan waktu tapi Ia memberikan kehidupanNya kepada waktu, yakni kehidupanNya sendiri: "solitude/kesendirian, "silence/keheningan; "stillness/ketenangan dan "simplicity/kesederhanaan.
Yang pasti dengan doa, kita bisa mendekati teras hati untuk kembali disentuh – diraba dan dibelai oleh Allah. bukankah itu menjadi lebih ranum dan harum dalam kesunyian? Bukankah semakin kita kurang berdoa maka semakin buruk yg terjadi?
2. Berkarya:
Mereka tidak selamanya ada di gunung tapi mereka “turun” untuk kembali menghadapi pelbagai gerak-polah masalah hidup karya. Ia bersama para muridNya turun dan berkarya sebagai cahaya ilahi: Ia menerangi tapi tidak menyakiti-menghangatkan tapi tidak membinasakan. Bukankah hidup karya kita juga ditantang untuk “mengakar-membatang-menyabang-mendaun-berbunga dan berbuah" bagi kemuliaan Tuhan saja?
3. Bersyukur:
Di atas Gunung Tabor, wajah Yesus berubah dan menjadi putih berkilauan. Ia dimuliakan oleh Bapa sebagai Anak Terkasih. Musa sebagai hakim agung dan Elia sebagai nabi agung pun “tunduk” padaNya. Adapun Yesus juga mengajak 3 murid yang nantinya akan memimpin Gereja Perdana: Petrus di Roma, Yohanes di Efesus dan Yakobus di Yerusalem.
Dkl: Kita bersama iman Gereja semakin diyakinkan bahwa Ia selalu hadir dan ada bersama pergulatan hidup dan iman kita. Ya, bersama iman Gereja Perdana, kita juga diajak untuk mau berpaling kepada Yesus dengan penuh rasa syukur, sebab lewat Dialah, kita semakin menjadi anak-anak Bapa yang terkasih, yang siap berubah menjadi lebih baik setiap harinya, meskipun kadang mesti melewati "via dolorosa", jalan salib kehidupan, derita dan duka nestapa demi mencapai sebuah kebangkitan.
“Cari gabah di Gunung Sahari - Mari kt berubah setiap hari”.
Tuhan memberkati+Bunda merestui.
Fiat Lux! (@romojostkokoh.blogspot.com)
Fiat Lux! (@romojostkokoh.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar