Ads 468x60px

Minggu 3 Maret 2013


Prapaskah III
Kel 3:1-15; 1Kor 10:1-12; Luk 13:1-9

“Dura lex sed lex-Hukum itu keras tp itulah hukum”. Inilah salah satu pepatah y
ang saya tulis dalam buku “Carpe Diem” (Seize The Day/Reguklah Hari Ini) bersama dengan penegasan Yesus pada Minggu Prapaskah III: “Jika kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa”. Ya, Ia ternyata bukan hanya mempunyai hukum kasih (“sibarani - SIap BAgikan RAhmat imaNI”) dan hukum pelayanan (“silalahi - SIap Layani yang iLAHI”), tapi Ia juga mempunyai hukum pertobatan (“sitorus - SIap berTObat tRUS”) supaya kita layak "sinaga" (SIap NAik ke surGA). 

Hari ini, k
ita yang tidak mau bertobat (Yun:metanoia, berbalik) disamakan dengan sebuah pohon ara yang tidak berbuah dan siap "ditebang". Adapun tiga modal dasar supaya kita berbuah adalah “PAM”. “PAM” sendiri adalah sebuah proyek rohani, doa bersama pada jam dan hari yang sama, yang kami buat serentak di 20 kapel stasi yang tersebar-pencar dengan melibatkan semua umat beserta para frater/suster dan para pastor paroki yang bersangkutan. 

Secara sederhana, proyek rohani “PAM” ini juga terdiri dasar 3 bahan dasar al:

1."P”upuk: 
Ia ada u
ntuk menyuburkan. Bukankah jika mau berakar ("dalam iman") yang hangat, kita butuh “pupuk rohani”? Ini bisa didapat dengan kebiasaan berdoa. Ia semacam “akar”, karena “root creates the fruit-akar menciptakan buah”. Bukankah tanpa doa, iman kita tak punya cinta dan cinta kita tak berlandaskan iman? Padahal, iman tanpa cinta takkan bisa berbuah dan cinta tanpa iman hanyalah sebuah gejolak rasa yang bisa diombang-ambingkan ke sana dan kemari!

2.”A”ir: 
Ia da
tang untuk menyegarkan. Bukankah jika mau bertumbuh ("dalam persaudaraan") yang bersahabat, kita butuh “air rohani”? Ini bisa didapat dengan kebiasaan berbagi “HIK - Hidangan Istimewa Katolik”, yakni trilogi dasar “Harapan Iman dan Kasih”. Adapun salah satu metode sederhana yang mulai bisa dibuat secara nyata adalah “3S”: Senyum Sapa dan Salam (Ibr: Syalom=Damai). Kita bisa mulai belajar berbagi pada sesama yang ada di sekitar hidup kita, yang mungkin sedang merasa haus serta dahaga pada sebuah senyuman-sapaan dan kedamaian. 

3.”M”atahari: 
Ia ada u
ntuk menghangatkan. Bukankah jika mau berbuah ("dalam karya") yang bersemangat, kita perlu kehangatan sinar "mentari”? Ini bisa didapat dengan kebiasaan bersyukur akan sinar kasihNya yang kita rasakan dalam perjumpaan dan kseharian hidup dengan sesama dan lewat alam semesta. Bukankah rasa syukur yang terus menerus membuat isi hati dan gejolak hidup kita menjadi hangat sehingga sinarnya juga bisa dibagikan dan dirasakan oleh orang lain? 

Satu hal yang pasti, s
eperti inti pada bacaan hari ini bahwa Tuhan selalu turun tangan melengkapi (Kel 3:7) dan selalu ringan tangan memberi kesempatan (Luk 13:8-9), marilah kita juga selalu belajar punya “PAM” setiap harinya, tentunya mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil dan mulai dari sekarang ini. 

“Ada kolam di Taman Safari
- Mari beriman mendalam setiap hari"

Tuhan memberkati dan Bunda merestui. 
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar