“Nomen est omen.”
Paskah VII - Novena RK ke-9
Kis 28:16-20.30-31; 21:20-25
“Nomen est
omen - Nama adalah satu pertanda”. Inilah salah satu latar belakang
pemaknaan mengapa saya kadang memberi singkatan atas sebuah nama/keadaan
seperti yg saya tulis dalam buku “TANDA” (Kanisius). Hari ini secara kebetulan
Yohanes juga memberi nama dan pertanda dirinya sendiri sebagai “saksi” (Yoh
21:24) dan “murid yang dikasihi Tuhan” (Yoh 21:20). Bersama dengan Simon Petrus
dan Yakobus, ia adalah murid yang dekat dengan Yesus, sebagaimana tampak dalam
kebersamaannya di Bukit Tabor, ketika Yesus berubah rupa atau transfigurasi
(Mat 17:1; Mrk 9:2; Luk 9:28); di Taman Getsemani, ketika Yesus berdoa dengan
sedih dan gentar (Mat 26:37; Mrk 14:33); di Kapernaum, ketika Yesus
membangkitkan anak Yairus (Mrk 5:37; Luk 8:51); dan di bukit Zaitun, ketika Yesus
memberitahukan tentang permulaan penderitaanNya (Mrk 13:3).
Sebenarnya, dalam kacamata semiotik, nama Yohanes
adalah nama Yunani yang berasal dari kata loannes, yang diturunkan dari nama
Ibrani Ye ho hanan atau Yohanan, yang artinya “Yahwe menganugerahi”. Adapun
tiga sikap dasar supaya kita juga bisa menjadi saksi dan murid yang dikasihi
Tuhan, yakni “RAK”, al:
1.Reflektif:
Yohanes adalah tipe orang yang sedikit bicara,
tetapi kata-katanya sangat tertimbang dan mendalam. Kata-kata itu bukan asal
keluar dari mulut, tetapi berdasarkan refleksi dan praktek hidup. Tepatlah
slogan orang muda yang mengatakan, “Think, before speak!” Ia mengajak kita
berhati hati dan selalu bersikap reflektif di tengah kesibukan dan rutinitas
harian.
2.Aktif:
Yohanes dipanggil menjadi rasul (Mat 4:21; Mrk
1:19; Luk 6:14) dan disebut boanerges (“anak-anak guruh”) karena gairah dan
keaktifannya. Menurut kesaksian St. Ireneus, Yohanes mewartakan Injil di
Efesus. Menurut Tertulianus, karena keaktifannya inilah, Yohanes ditangkap dan
dibawa ke Roma lalu dimasukkan ke dalam minyak yang mendidih, namun ia tidak
terluka sama sekali dan penyiksaan itu tidak mendatangkan ajalnya. Karena itu
di via Latina Roma didirikan Gereja yang didedikasikan kepada Yohanes di Oleo
(“dalam minyak”) dan tidak jauh dari tempat itu Paus Gelasius I membangun
Gereja St. Yohanes di Porta Latina. Yohanes akhirnya dibuang ke sebuah pulau,
yang kemungkinan besar pulau Patmos, sampai lanjut usia. Tempat-tempat kudus
yang didedikasikan kepada St. Yohanes adalah Basilika St. Yohanes di Efesus,
Gereja St. Yohanes di Porta Latina, Gereja St. Yohanes di Oleo, dan Basilika
St. Yohanes Lateran. Menurut tradisi, Injil keempat ditulis oleh Yohanes anak
Zebedeus. Demikian halnya dengan surat-surat Yohanes, sekurang-kurangnya Surat
Pertama Yohanes, sebab Surat Kedua dan Ketiga Yohanes bisa jadi ditulis oleh
seorang imam atau penatua yang tidak disebutkan namanya (2 Yoh 1:1; 3 Yoh 1:1).
Sedangkan dengan Kitab Wahyu, St. Yohanes Martir mengatakan bahwa Yohanes
adalah juga penulisnya, yang waktu itu berada di Patmos, sebuah pulau di dekat
Asia Kecil (Why 1:9). Jelaslah bahwa hidup dan karyanya berpola
“prodia-PROaktif DInamis dan Aktif".
3.Karitatif:
Pada tahun-tahun akhir pelayanannya, Yohanes selalu
berkhotbah yang sama dan pendek: “Anak-anakku, cobalah kamu saling mengasihi”.
Waktu ditanya mengapa mengulang-ulang saja khotbah itu, ia menjawab: “Itulah
perintah Tuhan yang utama. Jika kamu melakukannya, sudah cukuplah itu.” Dialah
orang yang mengutamakan kasih dan pelbagai karya kasih.
“Makan nasi pakai kari-jadilah saksi setiap hari.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar