Ads 468x60px

Jumat 17 Mei 2013


“Caritas pastoralis.

Paskah VII-Novena RK ke-8
Kis 25:13-21; Yoh 21:15-19

“Caritas pastoralis - Cinta kasih kegembalaan.” Inilah salah satu sifat Yesus yang telah bangkit yang diberikan kepada Gereja universal lewat figur Simon Petrus. Kita sebagai anggota Gereja juga sebenarnya dipanggil juga untuk memiliki cinta kasih kegembalaan dalam kata dan warta nyata kita setiap harinya. Adapun tiga langkah dasar yang dialami Simon Petrus ketika berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit yang jelas-jelas memiliki cinta kasih kegembalaan, antara lain:

1. Dipanggil: 
Ketika Yesus menampakkan diri kepada para rasul di Danau Tiberias (bdk. Yoh 21:1-19), di hadapan para rasul yang lain, Yesus bertanya tiga kali kepada Petrus dengan menyapanya sebagai: “Simon, anak Yohanes.” Ya, Petrus disapa dan dipanggil secara personal dengan nama kecil dan nama bapaknya. Sebuah sapaan manusiawi yang hangat dan sangat bersahabat bukan? Secara etimologis, Simon sendiri adalah nama Yunani, yang berasal dari kata Ibrani Syimon, singkatan dari nama Simeon (Kis 15:14; 2 Ptr 1:1; Luk 2:25). Sedangkan Kefas adalah nama Ibrani-Aram untuk kata Yunani Petros dari kata Latin Petrus, yang artinya “batu karang”. Penginjil Yohanes kerap kali menggabungkan nama Simon Petrus, sehingga Simon menjadi nama pertama dan Petrus adalah gelar atau sebutan. Hari ini, dengan menyapa nama kecil Petrus dan menyebut juga nama bapaknya, Yesus yang telah bangkit benar-benar menunjukkan bahwa Ia sungguh mengenal latar belakang setiap orang beriman yang telah dipanggilNya. Ingatkah kita, kapan Tuhan pernah memanggil kita secara personal?

2. Dimurnikan: 
Yesus yang bangkit bertanya tiga kali kepada Petrus dengan pertanyaan yang sama. Jumlah pertanyaan ini sama banyaknya dengan jumlah penyangkalan yang pernah dibuat Petrus terhadap Yesus pada masa sengsara. Yah, Yesus yang bangkit bertanya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Petrus menjawab: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Dan setelah setiap jawaban Petrus, Yesus kembali berkata kepadanya, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Di sini, Yesus hendak memurnikan motivasi dan kesetiaan karya pelayanan Petrus sebagai gembala, supaya semakin “Gatot: GAgah dalam iman serta TOTal ikut Tuhan”, lepas dari intrik dan konflik kepentingan serta pastinya semata mata demi kemuliaan nama Tuhan saja. 

Sebuah tambahan pengetahuan iman: Petrus sendiri berarti “batu karang”. Di satu pihak, “batu karang” merupakan ungkapan bangsa Semit untuk menunjukkan dasar yang kokoh di mana suatu komunitas akan dibangun. Di lain pihak, tak ada seorangpun kecuali Allah disebut secara istimewa sebagai “batu karang”, juga nama itu tak pernah layak dikenakan kepada siapa pun kecuali kepada Tuhan. Sebagai contoh, dalam Mazmur 62, kita berdoa, “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku.” Memberi nama “batu karang” kepada Petrus menyatakan bahwa Kristus juga mempercayakan kepadanya suatu wewenang istimewa, suatu wewenang yang ambil bagian dalam DiriNya dan mewakili DiriNya Sendiri. Yesus menempatkan Petrus dan jabatannya begitu dekat dengan DiriNya hingga ia menjadi suatu kekuatan yang kelihatan untuk melindungi Gereja dan menghalau kekuatan setan. Dan, bukankah karena berat dan mulianya tugas itu, maka Petrus benar-benar perlu dimurnikan? Ya, jelasnya juga bahwa perubahan nama dari Simon menjadi Petrus, menyatakan bahwa rasul tersebut benar-benar dimurnikan agar siap untuk suatu peran kepemimpinan yang istimewa; ingatlah juga bagaimana nama Abram diubah menjadi Abraham, atau Yakub menjadi Israel, ataupun Saulus menjadi Paulus, ketika masing-masing dari mereka dimurnikan untuk mengemban suatu peran kepemimpinan yang istimewa di antara umat Allah. 

3. Diutus: 
Yesus juga mengatakan, “Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Ini adalah istilah rabbinic, dimana seorang rabbi dapat mengikat, memaklumkan suatu perbuatan sebagai terlarang atau menjatuhkan hukuman kepada seorang karena suatu dosa berat; atau, seorang rabbi dapat melepaskan, memaklumkan suatu perbuatan sebagai diperkenankan atau memulihkan beban hidup seorang pendosa. Di sinilah Yesus memberikan suatu wewenang istimewa kepada Petrus untuk melestarikan, menafsirkan serta mengajarkan kebenaran-Nya. 

Di akhir perikop, Kristus juga berkata kepada Petrus, “Ikutlah Aku.” Petrus dan masing-masing penerusnya diutus untuk mengikuti Kristus di dunia ini dan memimpin kawanan umat beriman Gereja menuju Kerajaan Surga. Kuasa Simon Petrus untuk menggembalakan domba-domba didasarkan pada kasihnya kepada Yesus yang bangkit. Kasih kepada Yesus itu penting, sebab domba-domba yang harus ia gembalakan bukan miliknya sendiri, melainkan milik Yesus. Karena itu ia akan mengalami penderitaan dan kematian demi kemuliaan Allah: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki…..

Bicara lebih lanjut soal Petrus, adapun dia banyak menduduki posisi utama di antara para rasul. Petrus selalu disebutkan pertama kali (Mat 10:1-4; Mrk 3:16-19; Luk 6:14-16; Kis 1:13) dan terkadang sebagai satu-satunya yang disebutkan (Luk 9:32). Ia berbicara atas nama para rasul (Mat 18:21; Mrk 8:28; Luk 12:41; Yoh 6:69). Apabila Kristus memilih tiga orang dari para rasul-Nya untuk peristiwa-peristiwa khusus, seperti Trasfigurasi, Petrus selalu dalam urutan pertama. Kristus juga memilih perahu St Petrus sebagai tempat di mana Ia mengajar. Pada hari Pentakosta, Petrus-lah yang berkhotbah di hadapan orang banyak dan memaklumkan misi Gereja (Kis 2:14-40). Dialah yang pertama kali mengadakan mukjizat penyembuhan (Kis 3:6-7). Petrus juga yang menerima wahyu bahwa kaum kafir harus dibaptis (Kis 10:9-48, Kis 15). Di akhir hidupnya, Petrus juga mengikuti Yesus yang disalibkan, tetapi dalam kerendahan hatinya, ia meminta agar disalibkan terbalik, dengan kepala di bawah. Tertulianus dan Origenes menulis bahwa Simon Petrus dihukum mati dengan disalibkan dan posisi kepala di bawah, di taman Kaisar Nero, tepatnya di kompleks Vatikan sekarang dan dikuburkan dekat kaki bukit Vatikan. Tempat-tempat khusus penghormatan kepada Simon Petrus adalah: Basilika St. Petrus di Roma, tempat dikuburkan jenazahnya; Gereja Quo Vadis di Via Appia; Penjara Mamertine, tempat ia dipenjarakan di Roma; Gereja St. Petrus di Grado dekat Pisa di mulut sungai Arno, tempat ia pertama kali mendarat di Roma. Gereja Petrus Galicantu di Yerusalem, tempat ia menyangkal Yesus serta Gereja St. Petrus di Kapernaum yang dibangun di atas rumah tinggalnya. 

“Cari jala di Pasar Koja-Jadilah gembala yang bersahaja.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar