“Non scholae,
sed vitae discimus!”
Paskah VII – Pst St Matias Rasul, Novena RK hari ke-5
Kis 1:15-17.20-26; Yoh 15:9-17
“Non scholae, sed vitae discimus-Kita belajar bukan untuk sekolah tapi untuk hidup. “Adagium yang saya tulis dalam buku Carpe Diem" dan berasal dari surat-surat Seneca Muda pada “Epistulae morales ad Lucilium” ini merupakan penyadaran integral bahwa kita diajak untuk terus ber - “sekolah” setiap hari. Ya, bersama teladan salah satu murid Yesus yakni St Matias (Yun: Matthias, Ibrani: Mattathias: “anugerah atau hadiah Allah”), yang kita pestakan hari ini, kita diajak untuk terue ber-"sekolah" dengan tiga jalan iman, yakni: “SEtia, dan KOkoh, ikut AlLAH.”
Paskah VII – Pst St Matias Rasul, Novena RK hari ke-5
Kis 1:15-17.20-26; Yoh 15:9-17
“Non scholae, sed vitae discimus-Kita belajar bukan untuk sekolah tapi untuk hidup. “Adagium yang saya tulis dalam buku Carpe Diem" dan berasal dari surat-surat Seneca Muda pada “Epistulae morales ad Lucilium” ini merupakan penyadaran integral bahwa kita diajak untuk terus ber - “sekolah” setiap hari. Ya, bersama teladan salah satu murid Yesus yakni St Matias (Yun: Matthias, Ibrani: Mattathias: “anugerah atau hadiah Allah”), yang kita pestakan hari ini, kita diajak untuk terue ber-"sekolah" dengan tiga jalan iman, yakni: “SEtia, dan KOkoh, ikut AlLAH.”
1.Setia:
Dalam Kitab Suci, nama Matias hanya tercatat dalam Kis 1:23,26. Menurut kisah itu, Simon Petrus mengusulkan agar ditambahkan seorang ke dalam bilangan kesebelas rasul untuk menggantikan tempat Yudas Iskariot. Syaratnya adalah “seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya” (Kis 1:21-22). Ya, syarat agar seseorang dapat menjadi rasul adalah memiliki “kesetiaan”, yakni selalu mau mengalami kehidupan bersama dengan Yesus dan para murid-Nya. Matias sendiri adalah salah seorang dari tujuh puluh murid Yesus yang setia (“SElalu Taat dan Ingat Allah”, buku Family Way, RJK, Kanisius) menyertai hidup Yesus dari pembaptisan Yohanes sampai kenaikan Yesus ke surga.
2.Kokoh:
Dalam sejarah Gereja, Eusebius menulis bahwa Matias dipilih untuk menggantikan posisi Yudas Iskariot dan selama kerasulannya ia dikenal sebagai pejuang yang kokoh. Menurut Sinopsis Dorotheus, Matias memberitakan Injil dengan gigih dan kokoh kepada orang-orang kanibal di pedalaman Etiopia. Yang pasti, peran pengganti tidak selalu jelek, bukan? Matias bagaikan “ban serep” atau “pemain cadangan” yang memainkan perannya secara kokoh dan tangguh, walau kadang awalnya hanya dipandang sebelah mata dan tidak banyak diperHATIkan oleh yang lain.
3.Ikut Allah:
Menurut metode pemilihan kuno, hasil dari pembuangan undi dalam suasana doa diyakini sebagai kehendak Allah yang penuh kasih. Disinilah, di tengah para rasul, Matias dipilih untuk mengikuti Allah lewat jalan cintakasih. Belajar dari Yesus yang menunjukkan model mengasihi: "Inilah perintah-Ku, supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:12), Matias juga menunjukkan cintakasihnya dengan berani mengikuti “via dolorosa-jalan salib” Allah sendiri. Ia dirajam oleh orang-orang Yahudi dan dipenggal kepalanya di Yerusalem. Relikwinya sendiri dibawa oleh Ratu Helena ke Roma dan disimpan di Basilika Maria Maggiore. Relikwinya juga ada yang tersimpan di kota Trier — Jerman, dimana dia dijadikan santo pelindung untuk kota itu sampai sekarang.
“Mbak Tyas suka makan bakmie - Santo Matias doakanlah kami.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui. Fiat Lux
Tidak ada komentar:
Posting Komentar