“Per Mariam
ad Jesum.”
Paskah VII - Novena RK Hari ke-4
Kis 19:1-8; Yoh 16:29-33
“Per Mariam ad Jesum-Lewat Maria menuju pada Yesus”. Inilah salah satu keyakinan iman kita bersama dengan peringatan Maria di Fatima yang muncul pertama kali pada 13 Mei 1917 bertepatan juga dengan Paskah VII dan Novena RK Hari ke-4. Keyakinan iman populer ini berdasarkan keyakinan Yesus bahwa Ia tidak pernah seorang diri sebab Bapa menyertai Dia (Yoh 16:32b). Dalam keadaan apa pun, Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendirian, terlebih dengan hadirnya sosok Bunda Maria yang setia menjadi “perantara, pendoa dan pembela” kita.
Melalui Nabi Yesaya, Tuhan juga telah menyatakan, "Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau" (Yes 49:15). Jelasnya kasih Tuhan paling tampak jelas dalam figur Bunda Maria yang setia menyertai. Nah, bicara soal Bunda Maria, kita kerap teringat sebuah kata, “pieta”. Ini adalah salah satu mahakarya Michelangelo de Lodovico Buonarroti Simoni yang dipahat dari sebongkah marmer Carrara dan dibuat atas permintaan Kardinal Jean de Villiers de la Groslaye. Patung “pieta” menampilkan wajah Maria yang menyertai jasad Yesus, yang terlihat begitu sedih dan berduka, sebab tiada kepiluan yang lebih menyayat dari seorang ibu, selain menyaksikan anaknya mati menderita; tiada nestapa yang lebih dalam, selain dari seorang ibu yang menguburkan anak kandungnya sendiri. Oleh sebab itu, patung itu diberi nama “pieta” karena Maria turut merasakan penderitaan anaknya (Bhs Ing: “compassion, pity”). “Pieta” jelasnya menghadirkan Maria yang taat untuk terus menyertai. Ia tidak diceritakan dalam kisah-kisah Injil mengenai derai transfigurasi di Tabor atau sorak-sorai masuknya Yesus ke Yerusalem , tetapi ia malahan diceritakan ada di kandang Betlehem yang kotor, di perjalanan yang melelahkan dari Israel ke Mesir, juga di Kalvari yang penuh duka. Jelasnya, Maria adalah tanah terbuka yang setia menyertai. Maria yang adalah seorang perempuan biasa yang terbatas kini menjadi luar biasa dan tak terbatas karena “taat”-nya kepada Allah adalah “taat” tanpa batas. Ukuran mutu iman Maria bukan pada terkabul atau tidaknya doa-doanya, tapi pada kesungguhannya untuk setia menyertai Kristus.
Paskah VII - Novena RK Hari ke-4
Kis 19:1-8; Yoh 16:29-33
“Per Mariam ad Jesum-Lewat Maria menuju pada Yesus”. Inilah salah satu keyakinan iman kita bersama dengan peringatan Maria di Fatima yang muncul pertama kali pada 13 Mei 1917 bertepatan juga dengan Paskah VII dan Novena RK Hari ke-4. Keyakinan iman populer ini berdasarkan keyakinan Yesus bahwa Ia tidak pernah seorang diri sebab Bapa menyertai Dia (Yoh 16:32b). Dalam keadaan apa pun, Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendirian, terlebih dengan hadirnya sosok Bunda Maria yang setia menjadi “perantara, pendoa dan pembela” kita.
Melalui Nabi Yesaya, Tuhan juga telah menyatakan, "Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau" (Yes 49:15). Jelasnya kasih Tuhan paling tampak jelas dalam figur Bunda Maria yang setia menyertai. Nah, bicara soal Bunda Maria, kita kerap teringat sebuah kata, “pieta”. Ini adalah salah satu mahakarya Michelangelo de Lodovico Buonarroti Simoni yang dipahat dari sebongkah marmer Carrara dan dibuat atas permintaan Kardinal Jean de Villiers de la Groslaye. Patung “pieta” menampilkan wajah Maria yang menyertai jasad Yesus, yang terlihat begitu sedih dan berduka, sebab tiada kepiluan yang lebih menyayat dari seorang ibu, selain menyaksikan anaknya mati menderita; tiada nestapa yang lebih dalam, selain dari seorang ibu yang menguburkan anak kandungnya sendiri. Oleh sebab itu, patung itu diberi nama “pieta” karena Maria turut merasakan penderitaan anaknya (Bhs Ing: “compassion, pity”). “Pieta” jelasnya menghadirkan Maria yang taat untuk terus menyertai. Ia tidak diceritakan dalam kisah-kisah Injil mengenai derai transfigurasi di Tabor atau sorak-sorai masuknya Yesus ke Yerusalem , tetapi ia malahan diceritakan ada di kandang Betlehem yang kotor, di perjalanan yang melelahkan dari Israel ke Mesir, juga di Kalvari yang penuh duka. Jelasnya, Maria adalah tanah terbuka yang setia menyertai. Maria yang adalah seorang perempuan biasa yang terbatas kini menjadi luar biasa dan tak terbatas karena “taat”-nya kepada Allah adalah “taat” tanpa batas. Ukuran mutu iman Maria bukan pada terkabul atau tidaknya doa-doanya, tapi pada kesungguhannya untuk setia menyertai Kristus.
Nah, adapun tiga ajakan dasar Bunda Maria yang setia menyertai kita lewat tiga saksi iman dari Fatima, “Lucia, Fransisco dan Yasinta, al:
1. Bertobatlah:
13 Mei 1917: "Janganlah takut, aku tidak akan menyusahkan kalian. Aku datang dari surga. Allah mengutus aku kepada kalian. Bersediakah kalian membawa setiap korban dan derita yang akan dikirim Allah kepada kalian sebagai silih atas banyak dosa -sebab besarlah penghinaan terhadap yang Mahakuasa- bagi pertobatan orang berdosa dan bagi pemulihan atas hujatan serta segala penghinaan lain yang dilontarkan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda?"
2. Berdoalah: 13 Juli 1917:
"Berkurbanlah untuk orang berdosa. Tetapi teristimewa bila kalian membawa suatu persembahan, ucapkanlah seringkali doa ini: Ya Yesus, aku mempersembahkannya karena cintaku kepada-Mu dan bagi pertobatan orang-orang berdosa serta bagi pemulihan atas segala penghinaan yang diderita Hati Maria yang Tak Bernoda. Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa: Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami, lindungilah kami dari api neraka, hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terlebih jiwa yang sangat memerlukan pertolongan-Mu."
3. Hormatilah Tuhan Allah:
13 Oktober 1917:"Mereka tidak boleh lagi menghina Tuhan yang sudah begitu banyak dihinakan”.
Dari tiga ajakan iman inilah, wajar jika ada yang
mengatakan, ““Kepenuhan segala rahmat yang ada dalam Kristus
datang ke dalam Maria, meski dalam suatu cara yang berbeda-In Christo fuit plenitude gratiae, sicut in capite influente; in Maria vero, sicut in collo transfundente"
“Cari cuka di Taman Ria-Kita bersuka punya Bunda Maria.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar