Ads 468x60px

Minggu 11 Mei 2013


“Ut omnes unum sint.”

Paskah VII - Novena RK Hari ke-3
Kis 7:55-60; Why 22:12-14, 16-17, 20; Yoh 17:20-26

“Ut omnes unum sint - Supaya mereka semua menjadi satu.” Inilah harapan Yesus dalam doa kpd Bapa-Nya bersama dengan Hari Komunikasi Sosial yang kita kenangkan hari ini. Komunikasi sendiri adalah sebuah tindakan nyata khas manusia yang berasal dari bahasa lati, “communicare’ yang berarti “berbagi.” Adapun Gereja memiliki empat pilar pokok tindakan komunikasinya yang saya sebut ‘LKMD’, yakni: ibadat (Liturgia), persekutuan (Koinonia) serta pengajaran iman (Kerygma), kesaksian (Martyria) serta pelayanan (Diakonia). Hasil sebuah komunikasi sendiri adalah terciptanya gereja atau masyarakat yang komunikatif. 

Adapun perangkat nilai supaya kita bisa menjadi komunitas yang komunikatif adalah “LOTIS.” Lotis itu sendiri adalah aneka buah, semacam rujak. Yah, sebuah keragaman yang menyegarkan. Unitas in Diversitas! Disinilah, setiap pribadi menyumbang rasanya. Seperti panggilan Samuel, Yeremia, Yesaya, mereka dipanggil secara pribadi tapi mereka sekaligus dipanggil juga dalam kesatuan dalam sebuah komunitas, seperti jemaat perdana, kelompok dua belas atau gereja awal. 
Sekarang apa nilai yang terkandung dalam filosofi “Lotis” tersebut?

1. Loving: Mencintai
Kata Rasul Paulus, ada trilogi penting bagi orang Kristiani yakni ”HIK-Harapan Iman dan Kasih”. Yang terbesar adalah Kasih, karena Kasih mengalirkan kebaikan dan itulah loving! Bacaan pertama dan kedua mengisahkan kualitas kasih martir Santo Stefanus dan janji kasih Yesus untuk membawa keselamatan abadi bagi mereka yang membasuh jubahnya seperti para martir yang membasuh jubah mereka dengan darah kemartiran. Pada bacaan pertama, sebelum diseret untuk dirajam, Stefanus yang penuh Roh Kudus menatap ke langit dan berkata, "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." Seruan iman ini rupanya menimbulkan kemarahan bagi mereka yang membenci Yesus. Kebencian tersebut membuat mereka sampai hati menyeret Stefanus keluar kota dan merajamnya dengan cara melempari dia dengan batu. Indahnya, menjelang wafatnya, ia tetap mencintai musuhnya dengan berkata: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka" (bdk. wasiat Yesus yang pertama di atas salib dalam Luk 24:34: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat")

2. Transforming: Mengubah
Suatu perubahan dari dalam. Itulah transformasi! Ketika Stefanus dihukum rajam, terdapatlah seorang pemuda bernama Saulus menjadi saksi dari kekejaman itu dan menyetujuinya. Tak ada yang mengira bahwa nantinya Saulus yang berubah menjadi Paulus karena mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus itu mengalami sendiri sakitnya dihukum rajam ketika mewartakan Injil di Listra, meskipun dia tidak sampai mati (2Kor 11:25; bdk. Kis 14:19: Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati). Yah, Gereja menjadi hadir dan mengalir ketika semuanya mau berubah menjadi lebih baik, ber-‘aggiornarmento”. Dalam bahasa Latin tepatlah apa kata pepatah “ecclesia semper reformanda-gereja selalu diperbarui, atau dalam bahasa Karl Rahner: “church in permanent genesis”

3.Serving: Melayani
Salah satu tujuan Yesus hadir adalah menciptakan persatuan. Dan, secara sederhana, mengacu pada aneka surat Rasul Paulus, ada tujuh alasan teologis mengapa kita mesti menjaga persekutuan kita dengan Tuhan dan segenap umat beriman, al: 
- Kita disalibkan bersama dengan Dia (Rom 6: 6) 
- Kita hidup bersama dengan Dia (Rom 6: 8) 
- Kita dibangkitkan bersama dengan Dia (Kol 2:12) 
- Kita dihidupkan bersama dengan Dia (Kol 2:13) 
- Kita dimuliakan bersama dengan Dia (Rom 8: 17) 
- Kita menjadi ahli waris bersama dengan Dia (Rom 6:17) 
- Kita memerintah bersama dengan Dia (II Tim 2:12) 

Soal persekutuan/persatuan ini bukan hanya menjadi perhatian Paulus, Yesus sendiri dalam kesatuannya dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus, mendambakan Gereja dan para muridNya untuk senantiasa bersatu. Lihatlah sebuah doa Yesus untuk para muridnya yang menjadi bacaan injil hari ini, terdapat sebuah kalimat yang dikatakan oleh Yesus, “ut omnes unum sint – semoga mereka semua menjadi satu.” Doa Yesus ini jelas diperuntukkan bagi para murid di masa datang, termasuk kita sekalian. Tema-tema kunci dari doa adalah: kesatuan, kemuliaan, kasih, yang masing-masing ditempatkan pada dua level. Level pertama adalah antara Yesus dan Bapa (ilahi), level kedua adalah dikomunikasikannya hubungan Yesus-Bapa itu kepada manusia. Kesatuan-kemuliaan- dan kasih ilahi tersebut diberikan kepada manusia sebagai sebuah karunia, yang bukan hanya memberi efek keselamatan tetapi juga berfungsi sebagai teladan. 

Jelasnya setiap orang juga mendambakan persatuan dan kesatuan. Lihatlah semboyan bangsa kita yakni Bhineka Tunggal Ika, dasar Negara yakni Pancasila, motto perjuangan kita yakni Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, atau lagu ketika kita merayakan Sumpah Pemuda yakni “Satu nusa satu bangsa satu bahasa kita…..” Seperti Tuhan yang menginginkan persatuan, kitapun juga diajak untuk menciptakan persatuan, dan Tuhan telah memberikan jalan mudahnya yakni dengan saling melayani, bukan melulu harus dalam kata dan tindakan, tapi terlebih juga dalam doa yang benar benar tulus. 

“Beli sepatu di Pasaraya – Mari kita selalu bersatu dan bersaudara.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar