“Intentio pura."
Pekan Biasa XII
Kej 15:1-12.17-18; Mat 7:15-20
“Intentio pura - Maksud yang murni." Inilah yang selalu diharapkan setiap kali kita menjalin relasi dengan orang lain. Inilah sebuah tindakan komunikatif (Lat: comunicare: berbagi), tidak ada "rekayasa/agenda politis/hidden agenda" karena semuanya tulus tanpa ada akal bulus, hanya hadir dan mengalir.
Tapi secara real, kadang ada saja orang yang "tidak fair": Ia berpura-pura tulus padahal hatinya penuh akal bulus. Hati dan kata-katanya seperti "pepesan kosong" karena penuh topeng dan kepalsuan, kadang penuh gosipan dan cibiran, seolah mereka adalah orang yang berhak menjadi "hakim" bagi sesamanya. Adapun tiga keutamaan jawa yang bisa kita petik dari realitas ini, al:
Pekan Biasa XII
Kej 15:1-12.17-18; Mat 7:15-20
“Intentio pura - Maksud yang murni." Inilah yang selalu diharapkan setiap kali kita menjalin relasi dengan orang lain. Inilah sebuah tindakan komunikatif (Lat: comunicare: berbagi), tidak ada "rekayasa/agenda politis/hidden agenda" karena semuanya tulus tanpa ada akal bulus, hanya hadir dan mengalir.
Tapi secara real, kadang ada saja orang yang "tidak fair": Ia berpura-pura tulus padahal hatinya penuh akal bulus. Hati dan kata-katanya seperti "pepesan kosong" karena penuh topeng dan kepalsuan, kadang penuh gosipan dan cibiran, seolah mereka adalah orang yang berhak menjadi "hakim" bagi sesamanya. Adapun tiga keutamaan jawa yang bisa kita petik dari realitas ini, al:
1. "Eling lan waspada":
Ingat diri dan ber-mawas diri dalam menjalin relasi, karena ada saja "serigala berbulu domba": di depan kita berpura-pura baik tapi ternyata di belakang malahan menjelek-jelekkan/memfitnah, ngrasani, mencari untung dll. Ini bisa terjadi di banyak tempat, entah di tempat kerja atau juga di gerej, entah dengan sesama umat/sesama gembalanya. Dkl: Kita perlu bersikap instrospektif setiap harinya supaya selalu bermawas diri.
2. "Alon alon waton kelakon":
Perlahan dan jangan tergesa dalam mengambil banyak keputusan. Semuanya mesti dilihat dengan arif dan tidak terburu buru. Ada sikap kehati-hatian dalam menjalin relasi. Dkl: Kita perlu bersikap reflektif, "menep", tidak larut hanyut dalam emosi dan rasa perasaan sesaat yang bergejolak hanya karena atas dasar suka/tidak suka. Kita perlu punya kepekaan nurani dalam menjalin relasi.
3. "Ojo Dumeh": Kita diharapkan untuk hdp sederhana dan tidak suka pamer/tampil "wah" karena kadang bisa menimbulkan keiri-hatian orang lain yang tidak suka. Disinilah kita perlu menjadi orang yang integratif, yang utuh dan seimbang, tidak sibuk pada tampilan luar tapi sungguh mempunyai "inner power" yang muncul dari kedalaman hati yang bena-benar tulus dan sejati: Think before speak!
"Cari roti di Lebak Bulus - Milikilah hati yang benar-benar tulus."
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar