Ads 468x60px

Senin, 3 Juni 2013

“Radix malorum est cupiditas.”
Pw. St. Karolus Lwanga, dll (Martir)
Tob 1:1a.2,2:2-9; Mrk 12:1-12

“Radix malorum est cupiditas - Akar dari kejahatan adalah nafsu. 
Injil hari ini berbicara soal nafsu para penggarap kebun anggur yang tidak tahu berterimakasih: Mereka sudah diberi pekerjaan dan tentu saja dengan upah yang cukup, tapi mereka malahan serakah dan ingin menguasai kebun anggur yang jelas-jelas bukan hak miliknya itu. Mereka juga tega menganiaya serta membunuh para utusan termasuk anak tuan kebun anggur itu. Yah, nafsu keserakahan dan kepemilikan merupakan akar kejahatan. Secara real, adapun buah-buah dari nafsu keserakahan dan kepemilikan, yakni: maraknya kasus korupsi, perampokan, penindasan, pelecehan, dll di Negara bahkan kadang di lingkungan gereja kita sendiri. 

Nah, bersama dengan St.Karolus Lwanga dkk yang kita peringati hari ini, terdapatlah tiga keutamaan iman yang bisa kita wartakan melawan nafsu keserakahan dan kepemilikan, yakni:

- KAsihi Tuhan: 
Seperti Yesus yang mati karena kasihNya, St Karolus Lwanga dkk juga mati sebagai martir di Uganda karena kasihnya kepada Tuhan. Karena nada dasar “kasih” inilah, maka Yesus hadir sebagai batu penjuru. Secara real, batu penjuru sendiri adalah sebuah batu besar yang ditempatkan pada fondasi di sudut utama suatu bangunan baru, yang menghubungkan bagian ujung tembok dengan tembok sebelahnya, sehingga keduanya menyatu (Ef. 2:20). Dalam PL dan PB penggunaan kata ini sebagian besar dalam pengertian metaforis, seperti pada Ayb. 38:6. Allah meletakkan batu penjuru di Sion (Yes. 28:16) -- pengaman yang sesungguhnya bagi orang beriman. Dalam PB Yesus dinyatakan sebagai batu penjuru pada Mrk. 12:10 (yang mengutip Mzm. 118:22), dan 1Ptr. 2:6 (yang mengutip Yes. 28:16). Jelasnya, kalau hidup kita didasari kasih yang dalam maka Allah yang akan meninggikan kita dan mengasihi kita lebih dalam lagi.

- RObohkan setan: 
Nafsu akan keserakahan dan kepemilikan sehingga tega mengorbankan orang lain, yang ditampilkan oleh para pekerja kebun anggur yang jahat hari ini merupakan buah-buah dari adanya karya setan yang juga kerap hadir dan menggoda hidup harian kita. Disinilah, kita diajak untuk berani robohkan setan dengan rajin berdoa dan mendekat kepada Tuhan, sehingga nafsu tidak lagi menguasai tubuh dan jiwa kita. Dalam konteks ini, tepatlah apa yang dikatakan novelis Rusia, Fyodor Dostoevsky dalam novelnya, The Brothers Karamazov, bahwa “seandainya setan tidak ada, manusia kerap menciptakannya dalam hatinya sendiri” 

- tuLUSkan pelayanan:
Terlalu sering kita lupa bahwa tingkat kebahagiaan ditentukan oleh availability (kesediaan, keterbukaan) untuk memberi dan berbuat kebaikan, dan bukan ability (kemampuan atau kepemilikan). Kebanyakan orang, termasuk para imam kadang malahan mengejar to have (memiliki) dan mengira bahwa dengan to have mereka akan to be (menjadi, bertumbuh). Padahal to be adalah bibit kebahagiaan karena didasari oleh hati yang tulus, sementara to have adalah bibit malapetaka karena kerap dibumbui oleh hati yang penuh akal bulus. Maka, bersama Yesus dan teladan St.Karolus Lwanga dkk marilah kita belajar mempunyai hati tulus, yang jelas terwujud dalam kata dan tindakan nyata kita.

“Dari Lebak Bulus sampai ke Pasar Seni - Santo Karolus teruslah doakan kami.
Tuhan memberkati dan Bunda merestui. 
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar