Ads 468x60px

Selasa 4 Juni 2013

“Reddite ergo quae sunt Caesaris, Caesari.
Pekan Biasa IX
Tob 2:9-14; Mrk 12:13-17

“Reddite ergo quae sunt Caesaris, Caesari - Berikan apa yang menjadi milik Kaisar kepada Kaisar”. Inilah pesan kearifan Yesus ketika dicobai oleh dua golongan yang “cerdik, cerdas tapi licik” yakni: farisi dan herodian tentang kewajiban membayar pajak. Penginjil Markus menyaksikan bahwa orang-orang yang bertanya itu berencana untuk 'menjerat Dia dengan suatu pertanyaan' (Markus 12:13). Lukas menjabarkannya lebih rinci, katanya maksud mereka ialah 'supaya mereka dapat menjeratNya dengan suatu pertanyaan dan menyerahkanNya kepada wewenang dan kuasa wali-negeri' (Lukas 20:20). 

Bagi saya sendiri, pajak bisa berarti “Perintah Allah Jangan Anda Kacaukan”. Hal ini bisa diperdalam dengan mengenali karakter ketiga tokoh pada bacaan injil hari ini, yakni:

1. Keangkuhan Farisi: 
Berasal dari bahasa Ibrani: PERUSYIM, "yang terasing". Mereka adalah penganut murni agama Yahudi yang dikenal mahir dalam urusan agama dan kitab suci. Mereka banyak memusatkan perhatian pada pengendalian masalah agama, terutama tentang menjalankan Hukum Taurat (tentu saja termasuk sebagai tradisi) secara rinci dan cermat. Untuk itu mereka menjaga jarak sejauh mungkin dengan orang-orang lain; mereka tidak boleh makan bersama orang yang bukan Farisi, salah satunya khawatir kalau-kalau sepersepuluh dari makanan itu belum dipersembahkan kepada Tuhan. Dengan demikian, mungkin sikap 'memisahkan diri' ini pada akhirnya membuat mereka cenderung memandang rendah orang-orang yang bukan Farisi. Sikap menganggap diri 'lebih suci daripada orang lain' itu telah menimbulkan keangkuhan yang diwarnai sikap legalisme yang kaku dan lebih mengutamakan ketaatan kepada upacara keagamaan daripada kasih dan belas-kasihan.

2. Kelicikan Herodian: 
Herodian adalah nama bagi kelompok yang menjadi pengikut setia dinasti Herodes, yakni Herodes Agung dan keluarganya, yang pada waktu itu menjadi penguasa wilayah di bawah pemerintahan Romawi. Seperti kaum Saduki, golongan Herodian adalah sebuah partai politik dan berorientasi pada kepentingan politik. Perbedaan antara keduanya, kaum Saduki masih memiliki landasan religius sedangkan golongan Herodian hanya tertarik pada motif politik dengan pelbagai intrik yang licik.

3. Kebijaksanaan Yesus:
Ia mengajak kita berpikir, bersikap sekaligus bertindak arif. Walaupun tahu dijebak, Ia tidak marah, karena baginya “Ira furor brevis est- Amarah adalah kegilaan yang singkat.” Ia juga mengajak kita untuk tidak mudah terjerumus dan tertipu. Karena kepekaan hati dan kedalamanhidup doanya, Ia bisa mengetahui semua maksud dan niat hati mereka. Ya, kalau Ia berkata bahwa membayar pajak kepada Kaisar itu tidak sesuai dengan Hukum Taurat, maka wakil gubernur Roma yang mendengar pernyataan itu bisa menuduhNya sebagai subversif (orang-orang Herodian yang hadir disitu segera akan menyerahkanNya sebagai seorang yang melawan pemerintah Roma). Kalau Ia berkata bahwa itu tidak melanggar hukum Taurat, Ia menyinggung perasaan orang-orang Yahudi dan akan di-cap sebagai orang yang tidak cinta tanah-air. Disinilah, ia mengajak kita untuk bersikap utuh penuh dan menyeluruh terhadap setiap kewajiban dan tugas kesaksian kita dalam hidup bernegara sekaligus juga dalam hidup beriman.

“Cari baju cari celana-Mari maju dengan bertindak bijaksana."
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar