Ads 468x60px

Jumat 16 Agust 2013

“Ab imo pectore.” 
Yos 24:1-13, Mat 19:3-12

“Ab imo pectore - Dari lubuk hati yang paling dalam.” Itulah yang saya rasakan ketika ikut memimpin misa syukur dan prosesi lilin di Goa Maria Kerep Ambarawa persis bersamaan dengan ulang tahun imamat saya tadi malam. Ketika Bunda Maria diarak bersama dengan ribuan lilin kecil dan untaian doa Rosario serta lagu lagu Maria, saya merasakan dari lubuk hati saya yang terdalam bahwa Bunda Maria setia mendampingi dan menyertai pergulat geliatan hidup saya. Ketika ada saat dimana segelintir orang, entah se-iman, se-imam atau tidak, pernah mengecewakan dengan sengaja atau tidak sengaja, saya terus merasakan bahwa Maria setia untuk membahagiakan dan menguatkan saya. Bagi saya, figur dan kesetiaannya sungguh “5 MENG”: MENG-getarkan, MENG-gentarkan, MENG-uatkan dan MENG-esankan, tentunya selain ia selalu setia untuk MENG-hangatkan pergulatan dan kehidupan saya dengan kasih setianya.

Adapun hari ini, Yesus menekankan juga pesan kesetiaan dalam setiap hidup panggilan kita, entah sebagai orang awam atau rohaniwan, menikah atau selibat. Pastinya, sebuah jalan panggilan mempunyai dua sisi sekaligus: Dari pihak Tuhan, itu merupakan tawaran. Dari pihak kita, merupakan pilihan dan keputusan bebas sehingga kita dengan setiap jalan panggilan masing masing berjuang untuk setia: hangat dalam panggilan dan bersemangat dalam karya pewartaan.

Dalam kosakata Bahasa Inggris, kata setia bisa berarti, “faithful“. “Faithful dibentuk dari kata dasar, “faith” berarti “iman”. Dkl: kesetiaan itu terkait-paut dan terjalin-erat dengan dimensi iman. Di dalam kamus, kata ‘setia’ mempunyai beberapa arti dasar, yakni: “taat, patuh; bagaimanapun berat dan susah - tetap melakukan tugas; berpegang teguh dalam perjanjian.” 

Nah, mengacu pada buku saya, “XXX-Family Way” (Kanisius), kata “setia” bisa berarti “SElalu Taat dan Ingat Allah.”

1. SElalu: 
Hal ini mengandaikan adanya konsistensi yang ber-kontinuitas: sama di setiap tempat dan setiap saat: entah suka maupun duka, pahit dan manis, untung dan malang, sehat ataupun sakit, karena Tuhan kita adalah juga Tuhan yang konsisten, yang penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia: “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan memberikan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2: 10B).

2. Taat:
Ini mengandaikan adanya relasi penuh loyalitas yang berarti ketika pada waktu sukar, kita tetap patuh dan dekat pada perintah Tuhan. Ingatlah sosok Ruth: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan” (Ruth 1: 16, 17). 

3. Ingat Allah:
Ini menandakan sebuah keutamaan iman yang berkualitas: “eling lan waspada”. Bila keadaan dan segala sesuatu tidak menguntungkan atau mendatangkan hasil, kita tetap ingat pada janji Tuhan: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, bersukaria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Habakuk 3: 17). Hal ini didasari keyakinan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup, yang turun tangan dalam setiap pergulatan hidup harian kita.

“Cari karang di Pattaya - jadilah orang yang setia.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar