Ads 468x60px

Sabtu 17 Agust 2013

“Pro Patria et Ecclesia!”

HR Kemerdekaan RI

Sir 10:1-8, Mzm 101:1a.2ac.3a.6-7
1Ptr 2:13-17, Mat 22:15-21

“Pro Patria et Ecclesia – Demi bangsa dan tanah air!” Inilah semboyan latin populer yang saya gemakan dalam misa tirakatan proklamasi tadi malam. Semboyan ini sejajar dengan aksioma “100% Katolik, 100% Indonesia” dari Mgr. Soegijapranata yang kerap dijuluki: “Bung Karno-nya Gereja Indonesia”. 
Momentum proklamasi sendiri hadir sebagai sebuah ‘moment of truth’: tidak melupakan dan sekaligus mencatat pengalaman orang Katolik pada rumah bersama bernama Res-publica Indonesia karena kita memang bukan bagian yg lebih besar (pars major), tetapi kita harus terus berjuang menjadi bagian yg lebih baik (pars sanior). 


Berangkat dari hal inilah, ketika saya mempersembahkan misa tirakatan, terpasanglah dua bendera, di kiri dan kanan altar, sebuah bendera kebangsaan (patria) berwarna “merah putih” beserta sebuah bendera keberimanan (ecclesia) berwarna “kuning putih”. Nah, dari dua bendera dasar inilah, kalau di Senayan kita punya “MPR”, maka supaya kita bisa menjadi bagian yang lebih baik (pars sanior), kita semua diajak memiliki “MPK”, al:

1.Merah: Keberanian
Kemerdekaan adalah "jembatan emas”. Ia hanyalah "alat/jalan" untuk mencapai tujuan yg lebih luhur, yaitu kemerdekaan manusia-manusia Indonesia. Itu sebabnya kita mesti terus berjuang dengan berani karena: 
-MERDEKA itu berarti bergandengan tangan, bergandengan pikir, bergandengan hati, menyatukan visi misi dan mimpi demi satu negeri pertiwi. 
-MERDEKA itu berarti melangkah kaki ke depan; satu-dua, kanan-kiri, jgn jalan sendiri (nanti bisa ‘ngos’), lbh baik jalan bersama biar ‘joss’. 
-MERDEKA itu berarti melangkah kaki ke depan: satu-dua, kanan-kiri, pandang ke depan, perkecil menengok kebelakang (apalagi jalan di tempat). 
-MERDEKA itu berarti melangkahkan kaki ke depan: satu-dua, kanan-kiri (jgn kaki kiri menjegal kaki kanan, nanti kesrimpet dan jatuh sendiri). 
-MERDEKA itu berarti melangkahkan kaki ke depan: satu-dua, kanan-kiri, maju terus pantang mundur (bukannya mundur terus pantang maju, bukan?) 
Pastinya, bangsa yg merdeka adl bangsa yang terus berjuang memberi ruang fair flay bagi proses komunikasi yang cerdas dan bebas dari segala bentuk ketidakmerdekaan. Dalam bahasa Soegijapranata: “Banjaklah keuntungan jang kita trima dari masjarakat jang kita duduki, banjak pula djasa jang hrs kita lakukan pd chalajak ramai skitar kita.”

2.Putih: Kesucian
“Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.” Kita diajak memiliki nada dasar c, cinta dalam kasih dan pelayanan yang tulus dan kudus. Beberapa pesan supaya kita bisa hidup tulus, kudus dan memancarkan kesucian, al: “Orang merdeka adalah orang yang hati dan tindakannya tidak dikuasai oleh kebencian dan hawa nafsu” (bac 1). ”Orang merdeka adalah orang yang mau menghormati dan mampu mengasihi semua orang atas dasar takut akan Allah ” (bac 2). “Orang merdeka adalah orang yang hidupnya seimbang dan mampu menghayati berbagai peran secara bijaksana, baik dalam hubungan dengan Tuhan, dalam masyarakat, dalam keluarga, dll” (bac injil). Yang pasti, kemerdekaan itu ibarat buah, baik buat pencernaan, tapi cuma lambung sehat yang mampu mencernanya, bukan? 


3.Kuning: Kemuliaan
Sebuah inkonsistensi: suka sholat tapi suka mengumpat, suka ke gereja tp males kerja, suka kebaktian tp suka kebatilan, suka aksi tapi gandrung korupsi. Merdekakah? Bukankah Gereja berpesan bahwa kita telah dipanggil untuk merdeka, tapi janganlah kita menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa. Kemerdekaan juga harus menjamin empat hal yakni merdeka bersuara, merdeka dalam beragama, merdeka dari ketakutan dan merdeka dari kesengsaraan. Dkl: kemerdekaan mengajak kita untuk memiliki semangat kemuliaan dalam kata dan tindakan nyata bersama dengan Tuhan. Bukankah kemuliaan tampak ketika kita senantiasa memperjuangkan kesatuan: “kita kuat karena bersatu dan kita bersatu karena kuat.” 

Yah, semoga kita semua mjd satu dlm semangat "Bhineka Tunggal Ika" dan janganlah berhenti tangan mendayung dan kaki terayun, karena nanti arus bisa membawa larut dan hanyut: In necessariis unitas in dubiis libertas in omnibus caritas: Dlm kegentingan-bersatulah, dlm keraguan-merdekalah, dlm segala hal–cintailah! “Merah darahku, Putih tulangku, Katolik imanku." 

“Cari kayu dan akasia – Dirgahayu bangsa Indonesia”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar