“Stella Maris.”
Yos 3:7-10a.11.13-17, Mat 18:21-19:1
“Stella Maris - Bintang Laut”. Inilah yang langsung saya ingat ketika mengamati sebuah patung Maria di Goa Kedawung yang terdominasi wana biru (analogi dari laut) dan putih (analogi dari bintang). Bersama dengan HUT imamat saya hari ini yang biasanya dikenangkan juga untuk Hari Raya Maria Asumpta sekaligus HUT Goa Maria Kerep Ambarawa, adapun empat semangat dasar yang bisa kita timba dari Bintang Laut yang juga kerap disebut para suster tarekat CB sebagai “Bintang Samudera” (Stella Duce) mengacu pada bacaan injil hari ini, al:
1. BIN- asakan setan, dengan mengampuni
Petrus bertanya pada Yesus, "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku?"
Yesus menjawab, "Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau!” Tuhan ajak kita mengampunia karena dendam dan sakit hati membuat setan mudah tinggal di hati. Yang pasti, karena Tuhan telah banyak mengampuni kita, maka selayaknya kita mengampuni sesama. Karena Tuhan dan Bunda Maria telah banyak bermurah hati pada kita, maka selayaknya kita bermurah hati pada sesama, karena jelaslah “yang murah hati, akan memperoleh kemurahan Allah.” (Mat 5:7).
Yos 3:7-10a.11.13-17, Mat 18:21-19:1
“Stella Maris - Bintang Laut”. Inilah yang langsung saya ingat ketika mengamati sebuah patung Maria di Goa Kedawung yang terdominasi wana biru (analogi dari laut) dan putih (analogi dari bintang). Bersama dengan HUT imamat saya hari ini yang biasanya dikenangkan juga untuk Hari Raya Maria Asumpta sekaligus HUT Goa Maria Kerep Ambarawa, adapun empat semangat dasar yang bisa kita timba dari Bintang Laut yang juga kerap disebut para suster tarekat CB sebagai “Bintang Samudera” (Stella Duce) mengacu pada bacaan injil hari ini, al:
1. BIN- asakan setan, dengan mengampuni
Petrus bertanya pada Yesus, "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku?"
Yesus menjawab, "Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau!” Tuhan ajak kita mengampunia karena dendam dan sakit hati membuat setan mudah tinggal di hati. Yang pasti, karena Tuhan telah banyak mengampuni kita, maka selayaknya kita mengampuni sesama. Karena Tuhan dan Bunda Maria telah banyak bermurah hati pada kita, maka selayaknya kita bermurah hati pada sesama, karena jelaslah “yang murah hati, akan memperoleh kemurahan Allah.” (Mat 5:7).
2. TANG- Galkan kegelapan, dengan mengasihi:
Saah satu buah kasih adalah menghidupkan. Laut adalah tempat banyak kehidupan: dari zooplankton, ikan teri, rumput laut, anjing laut, kuda laut sampai ikan laut yang kecil sampai yang sebesar paus. Maria pun kerap menjadi sumber kehidupan ketika banyak orang kehilangan arah di tengah carut marutnya dunia ini. Laut sekaligus juga adalah tempat menerima dimana segala kotoran bermuara: sampah, limbah pabrik sampai becak-becak hasil operasi kamtibmas, semuanya di buang ke laut. Maria dengan kasihnya yang menerima juga sekaligus menjadi muara laut terakhir, semacam tempat sampah bagi pelbagai permasalahan hidup kita, ketika kita ruwet, mumet, njlimet karena hidupnya penuh dengan nada dasar C, Cinta.
3. LA- yani Tuhan, dengan melayani:
Bintang itu ada ketika dibutuhkan. Begitu juga dengan Maria. Maria ada ketika dibutuhkan-bahkan ketika Yesus kesepian di salib dan para murid kebingungan setelah ditinggal mati Yesus. Bintang itu juga bersifat memberi cahaya - tapi tidak akan pernah kehilangan sinar kelap-kelip cahayanya. Maria juga seperti bintang, ia selalu memberi terang dan kebahagiaan bagi semua orang, tanpa merasa takut kekurangan kebahagiaannya. Inilah sebuah pelayanan yang tulus, yang hanya memberi tak harap kembali: ”Berikan hatimu untuk mengasihi dan berikan juga tanganmu untuk melayani”
4. UT- amakan iman, dengan mengimani:
Pastor di altar, kata Santo Siprianus seharusnya “mewakili Yesus Kristus”. Akan tetapi, siapa yang senyatanya diwakili para pastor saat ini? Saya teringat enam tahunan lalu, ketika saya ditahbiskan 15 Agustus 2007 lalu dari tangan Romo Kardinal, saya diminta mewakili teman-teman neomis (para imam baru) untuk memberikan kata sambutan di akhir misa. Saya meyakini bahwa untuk menjadi seorang imam yang baik dan yang menghadirkan Kristus, bukan hanya harus “ mau” dan “ mampu”, karena banyak yang “mau” tapi “tidak mampu”, sebaliknya ada yang “mampu” tapi “tidak mau”. Satu hal yang mutlak diperlukan adalah: mau, mampu tapi juga “RAHMAT”. Inilah keyakinan iman mendasar bahwa saya diajak untuk semakin mengutamakan iman karena hidup kita semata adalah rahmat Tuhan, danitu sebabnya kita tidak bisa menjadi orang Kristiani paruh waktu. Kita harus menghidupi iman kita setiap saat dalam setiap harinya”
“Dari Taman Ria ke Sukabumi – Santa Maria doakanlah kami.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar