Semper
glorificate et portate Deum!”
Ul 10:12-22; Mzm 147:12-13.14-15.19-20; Mat 17:22-27
“Semper glorificate et portate Deum – Senantiasa muliakan dan bawalah Tuhan”. Pepatah ini sejajar dengan antifon pembuka, “Pujilah Tuhan” dan mazmur tanggapan hari ini, “Megahkanlah Tuhan hai Yerusalem”. Adapun tiga modal dasar supaya kita bisa selalu memuliakan dan membawa nama Tuhan, al:
1. MengenalNya:
Orang Jawa kadang berkata: “Gusti iku ono ing samubarang, Tuhan Allah itu ada dalam segala hal. Hal ini dikarenakan kehadirannya adalah kehadiran yang mahakuasa sekaligus maha kasih. Dalam bahasa bacaan pertama hari ini: "Tuhan Allah adalah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan. Allah yang agung, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap; yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing." Kita diajak untuk mengenalnya lebih dekat lewat hidup doa serta perjumpaan harian dengan sesama dan semesta: “O Tuhan betapa bahagianya berada dekat dan mengenalMu lebih dekat, krn dekat dan mengenalMu lebih dekat sama dengan melihatMu, dan bukan sekedar memikirkanMu”.
Ul 10:12-22; Mzm 147:12-13.14-15.19-20; Mat 17:22-27
“Semper glorificate et portate Deum – Senantiasa muliakan dan bawalah Tuhan”. Pepatah ini sejajar dengan antifon pembuka, “Pujilah Tuhan” dan mazmur tanggapan hari ini, “Megahkanlah Tuhan hai Yerusalem”. Adapun tiga modal dasar supaya kita bisa selalu memuliakan dan membawa nama Tuhan, al:
1. MengenalNya:
Orang Jawa kadang berkata: “Gusti iku ono ing samubarang, Tuhan Allah itu ada dalam segala hal. Hal ini dikarenakan kehadirannya adalah kehadiran yang mahakuasa sekaligus maha kasih. Dalam bahasa bacaan pertama hari ini: "Tuhan Allah adalah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan. Allah yang agung, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap; yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing." Kita diajak untuk mengenalnya lebih dekat lewat hidup doa serta perjumpaan harian dengan sesama dan semesta: “O Tuhan betapa bahagianya berada dekat dan mengenalMu lebih dekat, krn dekat dan mengenalMu lebih dekat sama dengan melihatMu, dan bukan sekedar memikirkanMu”.
2. MengalamiNya:
Kenyataan bahwa Tuhan ada di dekat kita dan kita tdk menyadari kehadiranNya, karena kita kerap “mengetahui” tentang Tuhan tapi tidak "mengalami Tuhan". Ya, bukan berlimpahnya pengetahuan yang memenuhi dan memuaskan hati, tetapi merasakan dan mencicipi perkaranya, bukan? Disinilah kita diajak mengalami kehadiranNya setiap hari lewat aneka perjumpaan dan pergulatan dengan nada dasar “kerendahan hati” (humilitas), karena seperti humus, demikian pula kerendahan hati akan menyuburkan keutamaan-keutamaan lain yang ada di dalam diri kita. Dua syarat sederhana supaya kita bisa semakin mengalami Tuhan dalam keseharian, yakni: kalau ingin hidupmu tenang, pasrahkanlah kpd Tuhan dan kalau ingin hidupmu bahagia, bersyukurlah kepada Tuhan atas apa yang terjadi. Hal ini berdasarkan pengalaman iman kristiani bahwasannya Jika kita mencari Allah dalam segala hal, kita akan mendadak terhenyak menyadari Allah ternyata ada di samping kita!
3. MencintaiNya:
Iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna, bukan? Disinilah, kita diajak melakukan kebaikan dan kasih kepada Tuhan dan sesama bukan "supaya" dikasihi Allah, tetapi lebih "karena" telah dikasihi oleh Allah. Jelasnya, “cinta vertikal“ kita kepadaNya mesti di-“horisontal”kan dengan perbuatan kasih yang nyata: dengan kata kata yg positif, sikap yg sportif dan tindakan yg produktif karena secemerlang apapun sebuah ide bila ia tdk mempunyai tangan dan kaki, ia bak bara api yang menakutkan tetapi belum cukup untuk membakar materi serta sekuat apapun api yg tersimpan dalam roh, bila tidak mempunyai badan dan tubuh, ia akan tinggal tetap, bukan?
“Ikan peda di kota Subang - Wartakan sabda biar iman kita semakin berkembang.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar