Bil 21:4-9; Mzm 102:2-3.16-18.19-21; Yoh 8:21-30.
"Angelus-Malaikat." Inilah utusan ilahi yang datang di Getsemani ketika duka sengsara dan wafat Yesus semakin dekat. Malaikat itu hadir untuk menguatkan Yesus yang sedang penuh kesedihan, kegentaran dan ketakutan (Mat 26:37-39). Dengan kata lain: Allah tidak pernah membiarkanNya sendirian (Yoh 8:29) tapi malahan selalu mengutus malaikat yang memberi kekuatan kepadaNya. (Luk 33:43).
Dalam kehidupan harian, kita juga kerap menghadapi kesulitan dan masalah dan derita yang membuat kita menjadi takut, gentar dan tak berdaya. Dan pastinya membutuhkan figur "malaikat". Secara ederhana, malaikat itu adalah makhluk yang membawa secercah kasih dan kegembiraan yang tulus. Kadang muncul dan kadang hilang pada saat yang tak terduga. Adakalanya sudah ada tapi luput dari perHATIan. Ada kalanya muncul sekedar sebagai teman seperjalanan sesaat, kadang hilang seketika-lalu muncul lagi ketika suasana ruwet-mumet dan njlimet.
Bak navigator/petualang baik hati, mereka menujukkan arah, lalu lenyap dan kadang tenggelam lagi tanpa jejak dan tapak. Kadang mereka berdiri menemani di tengah hiruk-pikuk kesibukan, muncul lagi di antara tetumpukan tugas sekolah dan pekerjaan harian. Kadang mereka mengulurkan tangan-memecahkan problema dan membantu menjemput impian, lalu menghilang dan terlupakan. Mereka kadang tidak menyebutkan nama dan begitu saja hadir dalam keramaian, dengan senyum, keceriaan yang memikat-tak menantikan ucapan terima KASIH. Dengan seulas sapaan sederhana, sebilah senyum manja, jabat tangan hangat, ciuman/kedipan mata jenaka, ya dengan 1001 cara yang amat bersahaja, kitapun juga bisa menjadi "malaikat" bagi yang lainnya, mulai dari orang-orang yang ada di sekitar kita, bukan? Nah, sudahkah kita bersyukur atas banyak malaikat yang kerap melintas dalam setiap percikan pengalaman kita? Sudahkah kita juga berani menjadi seorang malaikat di tengah hiruk pikuk dunia, bagi setiap hati yang ada di sekitar kita?
Bak navigator/petualang baik hati, mereka menujukkan arah, lalu lenyap dan kadang tenggelam lagi tanpa jejak dan tapak. Kadang mereka berdiri menemani di tengah hiruk-pikuk kesibukan, muncul lagi di antara tetumpukan tugas sekolah dan pekerjaan harian. Kadang mereka mengulurkan tangan-memecahkan problema dan membantu menjemput impian, lalu menghilang dan terlupakan. Mereka kadang tidak menyebutkan nama dan begitu saja hadir dalam keramaian, dengan senyum, keceriaan yang memikat-tak menantikan ucapan terima KASIH. Dengan seulas sapaan sederhana, sebilah senyum manja, jabat tangan hangat, ciuman/kedipan mata jenaka, ya dengan 1001 cara yang amat bersahaja, kitapun juga bisa menjadi "malaikat" bagi yang lainnya, mulai dari orang-orang yang ada di sekitar kita, bukan? Nah, sudahkah kita bersyukur atas banyak malaikat yang kerap melintas dalam setiap percikan pengalaman kita? Sudahkah kita juga berani menjadi seorang malaikat di tengah hiruk pikuk dunia, bagi setiap hati yang ada di sekitar kita?
"Cari berkat dengan berderma - Jadilah malaikat buat sesama."
Tuhan memberkati + Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar