Yeh.
18:21-28; Mat. 5:20-26.
"δικαιοσυνη - diakosune-kebenaran."
Inilah kata
Yunani yang mengartikan istilah 'hidup keagamaan' dimana orang kristiani diajak
hidup sebagai "orang benar." Yesus
mengharapkan bahwa "hidup keagamaan" (kebenaran) kita haruslah lebih
benar daripada "hidup keagamaan" ahli-ahli Taurat dan orang Farisi
yang kerap melupakan inti hukum Taurat.
Kebenaran
ala orang Farisi dan ahli Taurat hanya bersifat lahiriah dengan mentaati banyak
aturan tapi tidak punya kasih yang berpola salib (vertikal kepada Tuhan dan
hortisontal pada sesama).
Mereka
tampaknya memuliakan Allah dengan bibir, sedangkan nyatanya hati mereka jauh
daripada Dia; dari luar tampaknya benar, tetapi hatinya sama sekali tidak
mengasihi Allah.
Jelasnya,
motivasi mereka untuk menaati Allah tidak bersumber dari iman yang
"asli": hidup dan tulus tapi iman yang "palsu": mati dan
penuh akal bulus(Mat 6:1-7; Yoh 14:21).
Disinilah,
Yesus mengatakan bahwa kebenaran yang dikehendakiNya adalah yang bukan sekedar
tindakan lahiriah/formalitas belaka tapi harus selaras dengan hidup yang
berkualitas, dimana doa-ucapan+karya nyata kita penuh dengan “hik”, harapan
iman dan kasih kepada sesama.
Di lain
segi, kita diajak untuk menghidupi "hukum yang sempurna, yaitu hukum yang
memerdekakan" (Yak 1:25),
"hukum utama" (Yak 2:8),
"hukum Kristus" (Gal 6:2) dan
"hukum Roh" (Roma 8:2)
"hukum utama" (Yak 2:8),
"hukum Kristus" (Gal 6:2) dan
"hukum Roh" (Roma 8:2)
dimana
harapan keselamatan itu terpadu antara iman+perbuatan kasih kepada sesama
dimana perbuatan kasih itu menjadi wujud syukur dan kesaksian sebagai orang
beriman (Yak 2:17).
"Dari
Matraman ke Pangkalan Jati- Jadilah orang beriman yang sejati."
Salam
HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar