Kej. 4:1-15,25; Mrk. 8:11-13.
"Peirazo-Menguji.”Inilah kata Yunani yang membahasakan kebiasaan orang Farisi yang kerap mencobai Yesus. Dengan pengetahuannya, mereka malahan mudah sinis dan tak pernah bersikap manis, selalu berpikir negatif dan sulit berpikir positif, mudah meremehkan dan kurang memperHATIkan orang lain.
Hal-hal inilah yang membuat Yesus mengeluh dalam hatiNya.
Istilah yang dipakai dalam bentuk yang diperkeras ini berarti bahwa Dia benar-benar merintih ketika perasaan kelelahan dan kesedihan menyusup ke lubuk hatiNya:
“Mengapa angkatan ini terus-menerus meminta tanda? (Yoh, 2:18; Mat. 12:38).
"Peirazo-Menguji.”Inilah kata Yunani yang membahasakan kebiasaan orang Farisi yang kerap mencobai Yesus. Dengan pengetahuannya, mereka malahan mudah sinis dan tak pernah bersikap manis, selalu berpikir negatif dan sulit berpikir positif, mudah meremehkan dan kurang memperHATIkan orang lain.
Hal-hal inilah yang membuat Yesus mengeluh dalam hatiNya.
Istilah yang dipakai dalam bentuk yang diperkeras ini berarti bahwa Dia benar-benar merintih ketika perasaan kelelahan dan kesedihan menyusup ke lubuk hatiNya:
“Mengapa angkatan ini terus-menerus meminta tanda? (Yoh, 2:18; Mat. 12:38).
De facto, terkadang kita memang butuh tanda untuk merasakan sapaan Tuhan.
Tapi, mengapa Yesus menolak permintaan tanda dari orang Farisi?
Bukankah itu akan membantu iman mereka kepadaNya?
Rupanya Yesus tahu betul bahwa mereka tidak memiliki niat tulus (intentio pura) tapi penuh dengan akal bulus (intentio pura-pura).
Sekalipun sudah melihat tanda-tanda yang dibuat oleh Yesus dan baru saja menyaksikan penggandaan roti dan ikan, mereka tetap saja berkeras hati dan terus meragukan serta meremehkan Yesus.
Dengan kata lain: Hati mereka keras, mata mereka buta dan telinga mereka tuli karena tertutup oleh kesombongan dan cinta diri yang berlebihan.
Bagaimana dengan kita?
Seringkali kitapun mencobai dan meminta tanda kepadaNya.
Keinginan untuk mencobai Dia adalah karena ketidakpercayaan.
Jika ditanya kita semua pasti akan menjawab bahwa kita percaya, tapi setanpun juga percaya bahwa Yesus adalah anak Allah, lalu apakah bedanya kita dengan setan?
Setan percaya tapi tidak mau menyerahkan hidup kepada Yesus.
Jika kita percaya kepada Yesus tetapi kita tidak mau menyerahkan hidup kita kepadaNya, kita sama saja dengan setan.
Menyerahkan hidup kita kepadaNya berarti membiarkan Tuhan menguasai kita, menjadikan kehendakNya sebagai kehendak kita, maka Tuhan akan terus memberikan tanda dan tidak akan pergi dari hati dan hidup kita, bukan?
"Dari Lebak Bulus ke Taman Sari-
Jadilah tulus setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux @RomoJostKokoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar