Ads 468x60px

Senin 02 Maret 2015


Pekan Prapasakah II
Dan. 9:4b-10; Luk.6:36-38.

"Dona nobis pacem- Berilah kami damai."
Inilah harapan kita sebagai orang kristiani. Indahnya, etika kristiani memang selalu menekankan hubungan timbal balik. Kita ingin dihormati orang lain? Hormatilah orang lain!
Kita minta dilayani? Jadilah pelayan!
Begitupula bila kita mengharapkan pengampunan. Tiket yg mesti kita bayar adalah kesediaan untuk mengampuni: ”Penghakiman yang tak berbelas-kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas-kasihan”. (Yak 2:13).

Banyak orang yang kerap "mulutnya memaafkan tapi hatinya tetap panas." Pemazmur menegur sikap ini: ”Biarlah doanya menjadi dosa” (Maz 109:7). Mengapa? Sebab berdoa dengan mulut memuji Tuhan, tapi dengan hati yang masih sesak oleh amarah dan dendam adalah dosa.  Imbasnya adalah kita masih mempunyai kebencian/dendam. Padahal kebencian/dendam ini tidak menyakiti orang yang tidak kita sukai tapi setiap hari perasaan itu malahan akan menggerogoti kita, bukan?
Ada juga orang yang "sekarang memaafkan tapi siap untuk mengungkitnya kembali."
Dengan kata lain: Kesalahan orang cuma disimpan di ”gudang”.

Nah, sebenar-nya relasi kita kerap: 70% memaafkan, 30% mencintai, dimana orang yang tidak pengampun adalah orang yang dengan sengaja menutup pintu pengampunan bagi dirinya sendiri, karena begitu mudahnya minta pengampunan, tetapi begitu sulitnya mengampuni. Satu hal yang paling penting adalah bahwa Allah hanya berkenan mengampuni orang-orang yang pengampun:
“jika kamu berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya Bapamu mengampuni kesalahan-kesalahanmu.
Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”(Mark 11:25).

"Dari Lebak Bulus ke Pati -
Jadilah tulus dan murah hati."

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar