Menjelang Pesta St. Ignatius Loyola
31Juli 2015
1.
Inigo dan Masa Mudanya-Novena Hari 1
Hari ini adalah Hari Pertama dari Novena Santo Ignatius Loyola. Dalam hari-hari ini kita bisa merenungkan kisah hidup Santo Ignatius dan juga bercermin dari kisah itu, perlahan-lahan melihat hidup kita sendiri, dan akhirnya berefleksi serta bisa mendoakan novena Santo Ignatius berturut-turut sampai tanggal 30 Juli. Berikut ini kisah Santo Ignatius, untuk hari pertama.
Hari ini adalah Hari Pertama dari Novena Santo Ignatius Loyola. Dalam hari-hari ini kita bisa merenungkan kisah hidup Santo Ignatius dan juga bercermin dari kisah itu, perlahan-lahan melihat hidup kita sendiri, dan akhirnya berefleksi serta bisa mendoakan novena Santo Ignatius berturut-turut sampai tanggal 30 Juli. Berikut ini kisah Santo Ignatius, untuk hari pertama.
Inigo,
begitulah nama Ignatius Loyola, adalah seorang anak bungsu dari 12 bersaudara.
Lahir di Basque, daerah utara spanyol dari keluarga bangsawan di Puri Loyola.
Di tempat inilah Inigo dibesarkan dan memulai takdirnya dalam hidup
kebangsawanan dan juga ksatria. Pada umur 14 tahun dia mulai dididik untuk
menjadi bagian dari kebangsawanan Raja Spanyol.
Masa
mudanya penuh dengan semangat dan gaya hidup bangsawan serta didikan untuk
menjadi seorang ksatria, yang tentunya menarik hati banyak wanita dalam
romantisme kebangsawanan atau juga machoisme sebagai seorang ksatria. Sulit
untuk menduga bahwa garis hidup yang demikian adalah cara Tuhan “menggodok”
seorang Santo
Renungan:
Sebagaimana kita merenungkan kisah hidup Inigo, apa yang anda pikirkan tentang hidup anda sendiri? Mungkin kita sering merasakan dimanakah Tuhan dalam hidup saya ketika saya berjuang jatuh bangun untuk membangun diri dan hidup yang saya impikan? Seringkali cara terbaik untuk menemukan Dia, adalah dengan tetap setia dan sabar melihat kedalaman diri dan hati tanpa judgement, tanpa prasangka, berpikir positif dan tetap percaya bahwa Tuhan hadir dan menyertai. Melihat secara realistis apa yang terjadi dalam hidup, merefleksikannya di dalam kedalaman hati kita, jujur dan tulus dengan hidup ini bisa jadi merupakan “jalur” yang baik untuk menemukan kehendakNya.
Kisah
hidup berikut adalah sebuah kisah pertempuran di Pamplona. Dalam pertempuran
dahsyat antara Spanyol dan Perancis, Inigo dengan semangat gagah berani ikut
mempertahankan mati-matian benteng Pamplona dari serbuan massal pasukan
Perancis. Semangatnya yang pantang mundur membuatnya tetap bertahan dan
mengambil alih kendali pasukan ketika pasukan Spanyol sendiri sudah banyak yang
putus asa dan lari menyelamatkan diri.
Dalam
pertempuran yang hebat itu, sebuah peluru meriam menerjang kakinya,
meninggalkan Inigo dengan luka dan cedera yang serius. Dia pun harus dipapah
pasukan Perancis sebelum akhirnya dibawa kembali ke Loyola. Cedera kakinya,
yang membuatnya pincang sungguh meruntuhkan kebanggaan dirinya, ambisi pribadi,
kepercayaan diri, dan juga mimpi-mimpinya. Dia menjadi frustrasi karena cedera
ini seperti menyingkirkan dia dari aksi-aksi kebangsawanan yang gagah berani
dan tentu saja kesempurnaan.
Saat
kegagalan di Pamplona rupanya menjadi saat dimana Tuhan berkarya. Kekalahan
Spanyol adalah berkat buat Inigo. Saat-saat sakitnya adalah moment penting bagi
Inigo untuk merasakan sentuhan Tuhan dan membuat dirinya sungguh bisa bekerja
sama dengan rahmat Tuhan sendiri. Bukankah memang seringkali moment-moment yang
penting dalam perubahan hidup kita terjadi ketika kita dalam kekecewaan, tak
berdaya, dan pada saat kita gagal? Saat-saat itu bisa sungguh menjadi saat
dimana kita mulai memahami cinta dan hidup yang mendalam; menjadi sebuah moment
dan tempat dimana kita menemukan benih-benih untuk berkembang dalam hidup.
Renungan:
Apakah ada dalam moment hidup anda yang mengingatkan anda akan peristiwa Pamplona sebagaimana Inigo alami- saat dimana anda bertindak tanpa hati-hati, dengan kenekatan dan keberanian? atau ketika anda sungguh merasa tak berdaya dan dalam kegagalan? Kalau melihat ke belakang, melihat peristiwa-peristiwa itu, apa yang bisa anda rasakan dan pikirkan sekarang ini?
Apakah ada dalam moment hidup anda yang mengingatkan anda akan peristiwa Pamplona sebagaimana Inigo alami- saat dimana anda bertindak tanpa hati-hati, dengan kenekatan dan keberanian? atau ketika anda sungguh merasa tak berdaya dan dalam kegagalan? Kalau melihat ke belakang, melihat peristiwa-peristiwa itu, apa yang bisa anda rasakan dan pikirkan sekarang ini?
2.
Inigo, Mimpi dan Pengorbanannya-Novena Hari 2
Inigo mengalami pertobatan yang radikal ketika berada dalam masa pemulihan dari cedera kakinya yang didapat dalam pertempuran di Pamplona (baca Novena Hari 1). Selama berbaring di Puri Loyola, dia banyak membaca kisah para Santo, dan juga buku-buku spiritualitas yang akhirnya mengubah perspektif hidupnya, yang semula dipenuhi dengan ambisi kebangsawan menjadi ambisi untuk membaktikan diri pada semangat-semangat religius, dan persembahan diri pada Tuhan. Pertobatan ini membuat dirinya berani untuk pergi meninggalkan Puri Loyola dan memulai pejiarahan.
Inigo mengalami pertobatan yang radikal ketika berada dalam masa pemulihan dari cedera kakinya yang didapat dalam pertempuran di Pamplona (baca Novena Hari 1). Selama berbaring di Puri Loyola, dia banyak membaca kisah para Santo, dan juga buku-buku spiritualitas yang akhirnya mengubah perspektif hidupnya, yang semula dipenuhi dengan ambisi kebangsawan menjadi ambisi untuk membaktikan diri pada semangat-semangat religius, dan persembahan diri pada Tuhan. Pertobatan ini membuat dirinya berani untuk pergi meninggalkan Puri Loyola dan memulai pejiarahan.
Dalam
perjalanan pejiarahannya, Inigo sampai di Manresa tepatnya di dekat Biara
Montserrat, di atas pegunungan yang indah. Di situ dia melakukan pengakuan
dosa, yang menurut tradisi biasanya dilakukan selama 3 hari. Dalam proses
pejiarahan batinnya di Manresa inilah Inigo pertama kali menuliskan
pengalamannya dan juga insight rohaninya yang mendalam tentang doa, yang
menjadi salah satu bagian pokok dalam Latihan Rohani Santo Ignatius yang
terkenal itu.
Pengalaman rohani yang mendalam di Manresa ini mengantar Inigo untuk masuk ke dalam keputusan lain yang lebih radikal, untuk mengikuti Tuhan: Dia memberikan pakaian kebangsawanannya kepada seorang pengemis, dan menukarnya dengan pakaian sederhana khas pejiarah. Dia juga menyerahkan pedangnya di atas altar sebagai simbol penyerahan atas masa lalu dan juga nilai-nilai yang dia pegang dalam hidupnya terdahulu, serta juga sebagai simbol atas komitmentnya dalam membaktikan diri pada Tuhan.
Renungan:
Dapatkah anda melihat saat-saat dalam hidup anda ketika anda dipenuhi oleh
idealisme dan impian yang membuat anda berani untuk menyerahkan segala sesuatu
demi impian dan idealisme yang dirasakan dalam diri anda dan menguasai hati
anda? Pernahkah hidup anda dipenuhi oleh semangat dan idealisme, ataukah hanya
biasa-biasa saja, membiarkan hidup mengalir saja? Dapatkah anda “seperasaan”
dengan Inigo yang mengejar impian dan cita-citanya secara total?
Inigo
meninggalkan pedang dan pakaian kebangsawanan untuk mengejar impian dan hasrat
mendalamnya untuk mengikuti panggilan Tuhan. Dalam semangat yang sama, apakah
yang pernah atau bahkan sekarang ini membuat anda berani untuk meninggalkan dan
mengorbankan apa yang dianggap berharga demi sebuah impian dan cita-cita yang
lebih luhur? Apakah anda adalah orang yang berani dan mau berkorban buat orang
yang anda cintai, buat keluarga anda?
Bila
anda merasa tidak memiliki mimpi dan impian hidup, apakah ada kemungkinan bahwa
anda kurang melihat diri lebih mendalam tentang apa yang sesungguhnya anda mau
dalam hidup ini? Bila anda sulit untuk berkorban atau meninggalkan masa lalu
anda, apakah yang membuat anda tidak memiliki keberanian untuk melakukannya?
Tidak
perlu menghakimi diri anda….tetapi tetaplah tulus dan sadar apa yang terjadi
dalam diri anda. Bila anda merefleksikan hal-hal di atas….telitilah apa yang
anda rasakan dan inginkan saat ini….
3.
Inigo dan Pembedaan Roh-Novena Hari 3
Pengalaman Inigo di perbukitan dekat Biara Montserrat membuahkan pengalaman rohani yang begitu mendalam dan memantapkan tekadnya untuk membaktikan diri pada Tuhan. Penyerahan pedang di atas altar, dan juga memberikan pakaian kebangsawanannya kepada pengemis sungguh menggambarkan sikap batin Inigo yang total. Rupanya pengalaman rohaninya begitu dahsyat dan transformatif sampai-sampai menggerakannya untuk berbuat secara total pula.
Pengalaman Inigo di perbukitan dekat Biara Montserrat membuahkan pengalaman rohani yang begitu mendalam dan memantapkan tekadnya untuk membaktikan diri pada Tuhan. Penyerahan pedang di atas altar, dan juga memberikan pakaian kebangsawanannya kepada pengemis sungguh menggambarkan sikap batin Inigo yang total. Rupanya pengalaman rohaninya begitu dahsyat dan transformatif sampai-sampai menggerakannya untuk berbuat secara total pula.
Inigo,
memutuskan untuk berjiarah ke Yerusalem dengan kapal dari Barcelona. Namun
sebelum berangkat ke Barcelona, dia memutuskan untuk “turun gunung” dan tinggal
beberapa hari di Manresa. Semangatnya masih meluap-luap. Pengalaman rohaninya
masih “hangat” sehingga dengan tekad bulat dia pun menghidupi dirinya sebagai
pengemis di Manresa, dan tinggal di tepi sungai. Ya, inilah cara hidup seorang
peziarah.
Berjuang
hidup sebagai peziarah dan pengemis membuat dia bertemu dengan “setan” dalam
dirinya. Kerinduan akan nostalgia di Puri Loyola, kesepian batin, sampai
akhirnya keinginan untuk bunuh diri mewarnai hari-hari inigo di Manresa. Naik
turunnya dorongan batin dan suasana hati Inigo rupanya menjadi guru yang baik
baginya untuk memahami gerak batin dan gerak roh; untuk semakin memahami
bagaimana Tuhan menyentuhnya dan berkarya dalam hidup. Dia menjadi peka dan
belajar menghadapi dorongan batin, melihat kelemahan diri dan juga memahami
cinta Tuhan secara realistis. Godaan dan dorongan batin yang ada sungguh
mengajarkan kepada Inigo bagaimana menggunakan perasaan, reaksi dan ingatan
serta kehendak, mencari kehendak Tuhan dan menemukan jalan yang membawanya
kepada Tuhan.
Renungan:
Ingatlah saat-saat pengalaman “puncak” ketika anda begitu merasa dekat dengan
Tuhan dalam doa-doa anda, dimana anda penuh dengan inspirasi dan semangat.
Ingatlah juga ketika anda harus membawa buah-buah doa itu ke dalam realitas
harian. Apakah kegembiraan dan semangat itu tetap bertahan ketika anda menghadapi
problem dan realitas hidup sehari-hari? Apakah hanya lalu lenyap ditelan oleh
rutinitas, arus jaman, pengaruh buruk, atau karena kita tidak berpendirian?
Ketika
anda mengalami dinamika “manresa” yaitu ketika mencari atau mewujudkan kehendak
Tuhan dalam hidup anda, yang anda dapatkan dari pengalaman doa-doa, apakah anda
sungguh peka terhadap gerakan-gerakan batin yang ada dalam diri anda? Sejauh
manakah gerakan batin, godaan-godaan dan keinginan-keinginan sesaat yang anda
alami dimengerti sebagai sebuah jalan untuk semakin berkembang dan matang dalam
hidup rohani dan juga hidup pribadi?
4.
Inigo dan Kerendahan Hati- Novena Hari 4
Perjalanan hidup Inigo setelah Manresa dipenuhi dengan kekecewaan, tantangan dan frustrasi. Keinginannya untuk mengajarkan injil dan berkotbah pun membawanya berurusan dengan lembagai Inkuisisi Gereja. Bagaimana mungkin seorang awam, pada waktu itu, yang tidak pernah mengenyam pendidikan seminari mau berkotbah? Otoritas Gereja dan bahkan sekuler rupanya menentang niat mulia Inigo ini, karena dikuatirkan hanya akan menyesatkan orang. Inigo tidak patah semangat. Dia tetap berusaha dan gigih untuk bisa melayani banyak orang walaupun harus menghadapi tantangan dari banyak sisi.
Perjalanan hidup Inigo setelah Manresa dipenuhi dengan kekecewaan, tantangan dan frustrasi. Keinginannya untuk mengajarkan injil dan berkotbah pun membawanya berurusan dengan lembagai Inkuisisi Gereja. Bagaimana mungkin seorang awam, pada waktu itu, yang tidak pernah mengenyam pendidikan seminari mau berkotbah? Otoritas Gereja dan bahkan sekuler rupanya menentang niat mulia Inigo ini, karena dikuatirkan hanya akan menyesatkan orang. Inigo tidak patah semangat. Dia tetap berusaha dan gigih untuk bisa melayani banyak orang walaupun harus menghadapi tantangan dari banyak sisi.
Dia
sadar bahwa cara satu-satunya untuk dapat diterima secara kredibel di mata
Gereja adalah dengan ditahbiskan. Untuk itu dia rela kembali untuk mengenyam
pendidikan, belajar bahasa latin dan juga teologi. Di usianya yang menjelang 40
tahun, dia rela untuk bersama belajar bahasa latin dengan anak-anak usia 20
tahunan. Sikap rendah hatinya ini berbuah besar di kemudian hari.
Renungan:
Ingatkah anda akan masa-masa dimana anda merasa banyak memiliki tantangan dan
halangan dalam mewujudkan cita-cita dan harapan yang baik dalam hidup anda?
apakah anda dengan rendah hati tetap teguh memegang cita-cita itu, dan berusaha
dari langkah ke langkah untuk mewujudkannya? Apakah anda pernah merasa malu,
rendah diri karena dianggap tidak kompeten dalam usaha anda ini? Lihatlah
kembali pengalaman anda itu, dan bagaimana anda menyikapinya. Bagaimanakah
pengalaman Inigo bisa menjadi inspirasi buat anda?
5.
Para Jesuit Pertama-Novena Hari 5
Perjuangan Inigo belajar bahasa latin dengan penuh kerendahan hati, demi cita-citanya melayani Gereja mulai membuahkan hasil. Dia berhasil menyelesaikannya dan sekarang Inigo mulai memasuki kehidupan universitas: Studi di Paris.
Perjuangan Inigo belajar bahasa latin dengan penuh kerendahan hati, demi cita-citanya melayani Gereja mulai membuahkan hasil. Dia berhasil menyelesaikannya dan sekarang Inigo mulai memasuki kehidupan universitas: Studi di Paris.
Di
Paris, karisma Inigo rupanya menarik hati teman-temannya yang tinggal
bersamanya. Kedekatan Inigo dengan beberapa orang seperti Fransiskus Xaverius,
dan Petrus Faber ternyata menggerakkan Inigo untuk mau berbagi pengalaman
rohaninya di Manresa. Pengalaman rohani tentang doa dan pembedaan roh, ternyata
sungguh mengubah hidup kedua orang sahabatnya ini. Pengalaman dan
catatan-catatan rohani Inigo tentang doa dan pembedaan roh inilah yang sekarang
kita kenal dengan Latihan Rohani Santo Ignatius. Rupanya, efek dari Latihan
Rohani ini sungguh bergema, sehingga dalam beberapa tahun, persahabatan
orang-orang ini berkembang sampai 7 orang. Pada tanggal 15 Agustus 1534, dalam
sebuah rekreasi bersama mereka semua akhirnya berjanji untuk melayani Tuhan dan
berikrar bersama sebagai Sahabat-sahabat Yesus, alias Serikat Jesus.
Renungan:
Pernahkah anda merasakan bahwa pengalaman rohani anda mengubah hidup anda secara fundamental? Apakah hidup rohani anda sungguh merupakan sebuah pengalaman hidup yang integral ataukah hanya semata-mata ritual belaka?
Pernahkah anda merasakan bahwa pengalaman rohani anda mengubah hidup anda secara fundamental? Apakah hidup rohani anda sungguh merupakan sebuah pengalaman hidup yang integral ataukah hanya semata-mata ritual belaka?
Apakah
anda memiliki “teman rohani” dimana bisa saling berbagi satu sama lain tentang
insight ataupun inspirasi hidup? Sejauh mana pertemanan itu bisa saling
memperkaya satu sama lain?
6.
La Storta- Novena Hari 6
Tahun 1536, pada waktu itu Inigo sudah ditahbiskan menjadi imam (diosesan?), dan mengubah namanya menjadi Ignatius. Dalam perjalanannya menuju Roma, Ignatius berdoa di sebuah kapel di La Storta, dan rupanya pengalaman di La Storta ini merupakan salah satu pengalaman penting dalam konteks pejiarahan rohani Ignatius. Mengapa demikian?
Tahun 1536, pada waktu itu Inigo sudah ditahbiskan menjadi imam (diosesan?), dan mengubah namanya menjadi Ignatius. Dalam perjalanannya menuju Roma, Ignatius berdoa di sebuah kapel di La Storta, dan rupanya pengalaman di La Storta ini merupakan salah satu pengalaman penting dalam konteks pejiarahan rohani Ignatius. Mengapa demikian?
Dalam
doanya di Kapel La Storta, Ignatius mengalami sebuah pengalaman rohani mendalam
dimana dia melihat Allah Bapa menempatkan dirinya di samping PutraNya Yesus.
Pengalaman rohani ini merupakan sebuah pengalaman rohani yang transformatif
bagi Ignatius karena meyakinkannya bahwa doanya sungguh terkabul. Dia selalu
meminta kepada Tuhan, dalam doa-doanya,supaya ditempatkan bersama dengan
Kristus sendiri, dan sekarang entah bagaimana, dia mengalami sebuah pengalaman
rohani yang begitu “agung” tetapi sekaligus “misteri”. Pengalaman La Storta ini
bagi Ignatius semakin meneguhkan keinginannya mengabdi Allah dan Gereja, dan
juga hidupnya dalam Serikat Jesus.
Renungan:
Berefleksi dari pengalaman Ignatius di La Storta, apakah anda pernah mengalami pengalaman personal “berjumpa dengan Allah” dalam doa-doa anda? Apakah anda pengalaman perjumpaan itu menyentuh realitas hidup anda? Sejauh mana perjumpaan itu memberikan pencerahan dalam diri anda tentang makna dan arah hidup anda? Apakah itu memberi energi dan inspirasi baru untuk anda? Ataukah anda hanya memahaminya sebagai sebuah moment “sentimental” dalam doa?
Berefleksi dari pengalaman Ignatius di La Storta, apakah anda pernah mengalami pengalaman personal “berjumpa dengan Allah” dalam doa-doa anda? Apakah anda pengalaman perjumpaan itu menyentuh realitas hidup anda? Sejauh mana perjumpaan itu memberikan pencerahan dalam diri anda tentang makna dan arah hidup anda? Apakah itu memberi energi dan inspirasi baru untuk anda? Ataukah anda hanya memahaminya sebagai sebuah moment “sentimental” dalam doa?
Apakah
doa-doa anda sungguh menggerakkan anda secara integral? atau hanyakah itu
menjadi sebuah rutinitas harian yang lama-kelamaan menjadi kosong dan
membosankan?
7.
Ignatius di Roma - Novena Hari 7
Ignatius dan para sahabatnya setelah diteguhkan dalam Latihan-Latihan Rohani, bertekad teguh untuk mengabdikan diri mereka kepada Gereja. Itulah sebabnya, Ignatius pada tahun 1537 pergi ke Roma untuk memberikan diri mereka pada Bapa Suci dalam semangat ketaatan kepada Gereja.
Ignatius
sungguh diterima oleh Paus Paulus III pada waktu itu, dan dalam kesempatan itu
Ignatius juga mengungkapkan keinginan mereka untuk pergi ke Yerusalem dan
bekerja disana sebagai sebuah impian dan cara untuk melayani Gereja. Agaknya
Bapa Suci sendiri tidak terlalu antusias untuk mengirim mereka ke Tanah Suci,
dan sebaliknya dalam sebuah kesempatan, secara spontan Bapa Suci pernah
mengatakan “Mengapa kamu begitu ingin pergi ke Yerusalem? Itali bisa menjadi
sebuah Yerusalem kalau kalian memang sungguh-sungguh mau bekerja bagi Gereja”.
Nampaknya perkataan Bapa Suci ini dalam kesempatan berikutnya sungguh menjadi
nyata.
Roma
pada waktu itu terancam bahaya kelaparan, banyak gelandangan, pengungsi dan
juga tingkat pertumbuhan ekonomi yang buruk akibat adanya perang Turki yang
mempengaruhi stok pangan dan kebutuhan hidup lainnya. Setting kota yang seperti
ini menjadi kesempatan buat Ignatius dan kawan-kawannya untuk berbuat sesuatu
membantu banyak orang yang menderita dalam kegiatan sosial. Kegiatan Ignatius
ini menjadi sungguh signifikan dan besar sampai-sampai ribuan orang sudah
dilayani oleh mereka. Lambat laun mereka mulai sadar bahwa impian pergi ke
Yerusalem bukanlah sesuatu yang realistis, mengingat situasi politik dan
ekonomi, dan apalagi kalau melihat apa yang ternyata bisa mereka buat di Roma pada
waktu itu.
Renungan:
Dalam spiritualitas Ignasian, impian atau keinginan seringkali merupakan pintu masuk untuk menemukan hidup anda dan juga bahkan menemukan kehendak Tuhan sejauh anda mau membawa dan menimbang-nimbangnya di dalam doa dan percakapan hidup anda.
Dalam spiritualitas Ignasian, impian atau keinginan seringkali merupakan pintu masuk untuk menemukan hidup anda dan juga bahkan menemukan kehendak Tuhan sejauh anda mau membawa dan menimbang-nimbangnya di dalam doa dan percakapan hidup anda.
Setiap
kali kita melakukan Latihan Rohani, ataupun berdoa secara Ignasian, kita selalu
diajak meminta rahmat secara spesifik, yang kita dambakan di awal doa kita.
Mengapa demikian? Karena doa dan hidup kita adalah 2 hal yang integral dan
terkait satu sama lain. Rahmat Tuhan bekerja lewat kodrat kita sebagai manusia
dengan segala dimensinya. Dalam impian-impian kita, energi untuk hidup dan
berkembang itu sungguh nyata dan tumbuh. Integrasi keduanya dalam doa dan lewat
pembedaan roh sebenarnya merupakan inti pokok dalam spiritualitas Ignasian.
Sekarang
soalnya adalah: apakah anda masih berdoa dan memiliki impian hidup? Ataukah 2
hal ini seringkali merupakan 2 hal yang terpisah? Sejauh mana hidup anda
merupakan hidup yang terinspirasi dari doa-doa anda? atau hidup anda hanya
terinspirasi dari impian anda saja? Ataukah anda hanya hidup dari
harapan-harapan kosong doa anda yang lepas dari realitas sehari-hari? Masihkah
menemukan ruang dimana energi dalam impian anda itu anda “timbang-timbang”
dalam doa dan percakapan anda dengan Tuhan?
8.
Ignatius dan Desolasi- Novena Hari 8
Dimanakah Tuhan ketika kita kesepian? Dimanakah Dia ketika kita terpuruk dalam kelemahan kita? Dimanakah Dia ketika penderitaan datang? Rasanya pertanyaan-pertanyaan tersebut sangatlah tidak asing dalam hidup kita. Apakah Tuhan sungguh meninggalkan kita pada saat-saat yang demikian?
Dimanakah Tuhan ketika kita kesepian? Dimanakah Dia ketika kita terpuruk dalam kelemahan kita? Dimanakah Dia ketika penderitaan datang? Rasanya pertanyaan-pertanyaan tersebut sangatlah tidak asing dalam hidup kita. Apakah Tuhan sungguh meninggalkan kita pada saat-saat yang demikian?
Membaca
kisah hidup Santo Ignatius dari hari ke-1 hingga hari ke-7, kita bisa melihat
bahwa dari pertobatannya, hidup Ignatius selalu diwarnai dengan kesepian jiwa
atau kesepian rohani selain kegembiran dan semangat rohani atau batin yang luar
biasa pula. Dalam pertobatannya, kesepian pun dirasakan. Dalam perjalanan
rohaninya seringkali dia merasa lelah, putus asa, sendirian, pun bila itu semua
adalah demi Kemuliaan Tuhan yang lebih besar.
Kesetiaan
Ignatius dan keteguhan iman Ignatius-lah yang membuat imannya berbuah dan
semakin meyakinkan dia bahwa Tuhan hadir. Kesepiannya tidak membuat Ignatius
goyah iman, tetapi dengan sabar mencoba “menjiarahi” batinnya, menyelami alam
kesepian dan berjumpa dengan Tuhan sendiri disana. Kesepian, ibarat Tuhan yang
diam, tetapi tetap hadir menemani kita untuk berani masuk ke dalam “gelap”,
menyelami relung hati kita, dan terkadang melihat wajah kita yang
sesungguhnya…..wajah yang seringkali tidak berani kita tatap sungguh-sungguh,
karena penuh dengan kelemahan dan dosa kita.
Inilah
yang dalam Spiritualitas Ignasian disebut dengan desolasi (kesepian rohani).
yang harus dihadapi dengan dengan besar hati dan sikap berserah kepada Tuhan.
Ini mengandaikan iman dan harapan yang besar akan cinta Tuhan sendiri. Kita
kiranya bisa sungguh belajar dari Ignatius. Latihan Rohani-nya yang dahsyat itu
adalah hasil buah iman dan kepercayaan yang sungguh besar akan kasih Tuhan, dan
juga menunjukkan sikap kerendahan hati seorang Ignatius.
Saya
mengajak anda merenungkan saat dimana kita berada dalam kesepian rohani dan
batin, dan merenungkan sungguh bagaimana kita menghadapinya dengan iman.
9. Ad Maiorem Dei Gloriam- Novena Hari 9
Ambillah ya Tuhan kebebasanku
kehendakku, budi ingatanku
pimpinlah diriku dan Kau kuasai
perintahlah, akan ku taati
Hanya rahmat dan cintaMu padaku
yang ku mohon menjadi milikku
hanya rahmat dan cinta dariMu
berikanlah menjadi milikku
Lihatlah semua yang ada padaku
kuhaturkan menjadi milikMu
pimpinlah diriku dan Kau kuasai
perintahlah akan kutaati
kehendakku, budi ingatanku
pimpinlah diriku dan Kau kuasai
perintahlah, akan ku taati
Hanya rahmat dan cintaMu padaku
yang ku mohon menjadi milikku
hanya rahmat dan cinta dariMu
berikanlah menjadi milikku
Lihatlah semua yang ada padaku
kuhaturkan menjadi milikMu
pimpinlah diriku dan Kau kuasai
perintahlah akan kutaati
Doa
dan lagu yang sering kita dengar ini adalah bagian dari Latihan Rohani St.
Ignatius (no.234), yang bisa menjadi sebuah “ringkasan” perjalanan hidup
Ignatius: Mengabdi Sang Pencipta. Keinginannya adalah mengabdi Tuhan, membawa
orang kepada Tuhan dan mencintai orang miskin. Kita mungkin bisa bertanya,
darimanakah energi yang Santo Ignatius dapatkan sehingga ia berani meninggalkan
Puri Loyola yang megah dan status kebangsawanannya, pergi berjiarah, menjadi
pengemis, kembali ke bangku sekolah dan belajar hingga mendirikan Serikat
Jesus? Sebuah pejiarahan hidup yang sangat panjang dan tentunya melelahkan.
Satu-satunya
jawaban adalah: Perasaan dicintai oleh Tuhan yang begitu besar. Ya, perasaan
cinta Tuhan yang begitu besar inilah yang menggerakkan Ignatius. Energi yang
dia dapat bersumber dari pengalaman dicintai oleh Tuhan sendiri yang begitu
besar. Kisah Ignatius adalah kisah seorang santo yang sangat manusiawi. Dia
tidak lepas dari ketakutan, kesepian, godaan atau kelemahan-kelemahan manusiawi
lain
Namun
alih-alih lari dari realitas itu, Ignatius malah berani menghadapinya,
merasakan godaan yang ada dan akhirnya menjadi peka akan kelemahan diri,
gerakan roh baik dan jahat serta karakter dirinya. “Menjadi suci adalah menjadi
semakin manusiawi, bukan menjadi sempurna”, mungkin begitulah kisah Ignatius
bisa kita lukiskan. Artinya, dengan merengkuh nyata kemanusiawian kita, lengkap
dengan segala kelemahan dan kedosaan, kita semakin juga merasakan cinta Allah
yang besar dalam seluruh perjalanan hidup kita.
Dalam kelemahan kita, Allah pun
bekerja, dan seringkali kita menemukan bahwa pengalaman jatuh kita merupakan
sebuah ajakan untuk bertemu Dia dan juga ajakan untuk mengenal diri kita secara
lebih mendalam. Disinilah cinta Tuhan sungguh menjadi lebih nyata: “Menjadi
suci adalah menjadi semakin manusiawi, bukan menjadi sempurna”
Apakah
anda pernah merasakan cinta Tuhan? Dimanakah dan bagaimanakah cinta Tuhan itu
anda terima dan rasakan? Apakah dalam kelemahan dan pergulatan diri anda, anda
pernah menemukan dan berjumpa dengan Tuhan sendiri? Sejauh mana perjumpaan itu
membekas dan sungguh mengubah diri anda? Darimanakah energi yang menggerakkan
hidup anda sekarang? apakah hidup kita hanya digerakkan semata-mata atas
kebutuhan untuk “survive”, semata-mata hanya karena kita harus bekerja, mencari
uang, menghidupi diri atau keluarga? atau adakah dimensi spiritual dari apa
yang kita kerjakan dalam hidup ini? Dimanakah Tuhan dalam hidup anda?
Mungkin
ada baiknya kita menyisihkan waktu untuk merenungkan hal ini….dan akhirnya bisa
bertanya sebagaimana Santo Ignatius pun bertanya dalam dirinya kepada Kristus
yang tersalib:
“Apa yang telah kulakukan untuk Dia”
“Apa yang sedang kulakukan untuk Dia”
“Apa yang akan kulakukan untuk Dia”
“Apa yang telah kulakukan untuk Dia”
“Apa yang sedang kulakukan untuk Dia”
“Apa yang akan kulakukan untuk Dia”
Ad
Maiorem Dei Gloriam- begitu semboyan dari Ignatius, yang artinya Demi Kemuliaan
Tuhan yang Lebih Besar. Apakah hidup kita adalah wujud ekspresi “Ad Maiorem Dei
Gloriam”? Semoga!
NB:
Berikut ini disajikan format doa novena kepada St. Ignatius Loyola:
Bapa Ignatius,
Dari abad ke abad, banyak orang telah menimba inspirasi hidup darimu, untuk menemukan Tuhan dalam hidup mereka sehari-hari.
Berikut ini disajikan format doa novena kepada St. Ignatius Loyola:
Bapa Ignatius,
Dari abad ke abad, banyak orang telah menimba inspirasi hidup darimu, untuk menemukan Tuhan dalam hidup mereka sehari-hari.
Dunia kami dewasa ini semakin membutuhkan kemampuan dan kemauan untuk menemukan Tuhan di dalam segala sesuatu; Menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam setiap niat dan usaha kami; Selalu mencari apa yang menjadi kehendakNya, dan selalu mendambakan Cinta dan RahmatNya dalam hidup kami.
Ajarilah
kami kebebasan yang hanya datang dan tumbuh karena kesetiaan kami pada karya
dan kehendak Tuhan sendiri di dalam dunia ini dan di dalam hidup kami yang
indah, tetapi yang sekaligus juga diwarnai dengan kedosaan, dan kekerasan yang
kami lakukan kepada sesama kami. (dilanjutkan
percakapan pribadi berkaitan dengan intensi/permohonan pribadi)
Bapa
Ignatius,
Dalam perjalanan hidupmu, engkau mengalami bahwa Tuhan sendirilah sahabat setia di setiap langkah. Engkau mengabdikan hidupmu kepada Tuhan untuk berperan serta di dalam karya keselamatanNya bagi umat manusia.
Dalam perjalanan hidupmu, engkau mengalami bahwa Tuhan sendirilah sahabat setia di setiap langkah. Engkau mengabdikan hidupmu kepada Tuhan untuk berperan serta di dalam karya keselamatanNya bagi umat manusia.
Ajarilah
kami untuk semakin merasakan kehadiran Tuhan. Bimbinglah kami supaya kami dapat
semakin menimba kekuatan dari Tuhan yang hadir dan bekerja bersama kami dan di
dalam hidup kami.
Semoga dengan perantaraan doa Bapa Ignatius sendiri, Tuhan memberikan kekuatan, rahmat kegembiraan dan kedamaian di dalam diri kami, serta juga mengabulkan permohonan kami yang tulus di dalam novena ini, apabila semuanya itu memang demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.
Bapa
Kami……
Salam Maria…..
Santo Ignatius, Doakanlah kami….. AMIN
Salam Maria…..
Santo Ignatius, Doakanlah kami….. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar