Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Ratu
Rut 2:1-3,8-11;4:13-17; Mzm 128:1-5; Mat 23:1-12
Rut 2:1-3,8-11;4:13-17; Mzm 128:1-5; Mat 23:1-12
"Verba docent exempla trahunt -
Kata kata itu mengajar tapi teladan itu menyentuh hati."
Inilah pepatah latin yang seakan
mengamini pesan inti Yesus hari ini: “Lakukanlah segala sesuatu yang mereka
(para ahli kitab dan orang farisi) ajarkan kepadamu tapi janganlah kamu turuti
perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan tapi tidak melakukannya.
Dengan kata lain: Yesus membenci sikap
ahli kitab dan orang farisi yang munafik (Arab: منافق, munāfiqūn,
"MUlutnya pedas-Nalurinya iri-FIKirannya negatif"), yang tampak dalam
beberapa ciri dasar: "bila berkata-ia berdusta; bila berjanji-ia
mengingkari; bila diberikan kepercayaan-ia mengkhianati".
Nah, bersama dengan PW St. Perawan Maria
Ratu, kita diajak untuk meninggalkan sikap "NATO - No Action Talk
Only", yang hanya sibuk mengobral janji tapi hidupnya tidak terpuji, yang
selalu pandai berkata-kata tapi tidak punya cinta, yang hanya pandai berkotbah
tapi tidak mau berubah. Imbasnya: walaupun pelbagai ajaran telah
dinyatakan-dibentangkan-dicanangkan dan ditaburkan, tapi kerap kehilangan daya dan
makna karena yang diajarkan tidak dilaksanakan dan termakan budaya
materialistis, dalam bahasa Cicero: "tak ada benteng yang demikian kuat,
di mana uang tak dapat memasukinya".
Disinilah, kita butuh bahasa keteladanan
dan diajak untuk menjadi dan memberi teladan kasih yang hidup karena menyitir
Seneca: ‘Manusia lebih percaya pada mata mereka, daripada telinga mereka!”.
Maka sebenarnya buat apa kesana kemari mengenakan jubah putih/kalung salib,
lambang kesucian dan simbol pemihakan terhadap kebenaran, kalau buta dan tuli
terhadap kebenaran itu sendiri?
Atas nama keimanan yang manusiawi dan
kemanusiaan yang imani, kita sebagai "homo religiosus" yang mengaku
beriman kristiani, semestinya selalu brani memberikan kesaksian iman yang
hidup, dengan “kud”, karya, ucapan dan doa yang penuh cinta dan tidak melulu
penuh kata-kata. Ego Mitto Vos - Aku sekarang mengutus kamu!
"Cari baju di Lebak Bulus - Mari
maju dengan hati yang tulus."
“Exempla in terris - Teladan di tengah
dunia”.
Inilah harapan Yesus bahwa kita bisa
menjadi teladan iman, bukan hanya dengan kata-kata (”verbum”) tapi lebih pada
tindakan nyata yang penuh kebaikan (”bonum”). Adapun 3 ajakan Yesus sebagai
Sang Teladan Utama, antara lain:
1.”TE”guhkan iman dengan kerendahan
hati:
Menyitir pesan Nabi Yesaya, "Basuhlah - bersihkanlah dirimu dan jauhkanlah perbuatanmu yang jahat dari mataKu. Berhentilah berbuat jahat dan belajarlah berbuat baik”. Yesus dengan penyalibanNya sendiri dengan tegar mau meneguhkan iman kita: Ia rela mengalami sengsara fisik-sengsara rohani -sengsara sacramental dan sengsara aktual. Inilah derita, “passio” yang meneguhkan iman kita untuk bertindak. Jelasnya, Yesus meneguhkan iman kita karena Ia jelas hadir demi GerejaNya yang dikejar-kejar, dalam mereka yang sakit-menderita dan yang mengalami ketidakadilan.
Menyitir pesan Nabi Yesaya, "Basuhlah - bersihkanlah dirimu dan jauhkanlah perbuatanmu yang jahat dari mataKu. Berhentilah berbuat jahat dan belajarlah berbuat baik”. Yesus dengan penyalibanNya sendiri dengan tegar mau meneguhkan iman kita: Ia rela mengalami sengsara fisik-sengsara rohani -sengsara sacramental dan sengsara aktual. Inilah derita, “passio” yang meneguhkan iman kita untuk bertindak. Jelasnya, Yesus meneguhkan iman kita karena Ia jelas hadir demi GerejaNya yang dikejar-kejar, dalam mereka yang sakit-menderita dan yang mengalami ketidakadilan.
2.”LA”yani Tuhan dengan kemurahan hati:
Jalan terbaik menjadi teladan bukan melulu dengan menjadi “leader, tapi dengan menjadi “server”: Barangsiapa mau menjadi yang terbesar hendaklah ia mau melayani yang lain.” Kalau kita hidup untuk saling melayani bukankah Ia hadir bersama kita, mulailah dengan hal-hal kecil dan sederhana karena bukankah pohon raksasa juga mulai dengan benih kecil dan orang yang paling perkasa pada mulanya adalah seorang bayi yang lemah dan tak berdaya?
Jalan terbaik menjadi teladan bukan melulu dengan menjadi “leader, tapi dengan menjadi “server”: Barangsiapa mau menjadi yang terbesar hendaklah ia mau melayani yang lain.” Kalau kita hidup untuk saling melayani bukankah Ia hadir bersama kita, mulailah dengan hal-hal kecil dan sederhana karena bukankah pohon raksasa juga mulai dengan benih kecil dan orang yang paling perkasa pada mulanya adalah seorang bayi yang lemah dan tak berdaya?
3.”DAN” jauhi kemunafikan dengan
ketulusan hati:
Dalam buku saya (“TANDA’, Kanisius) ada tiga indikasi orang munafik, al:
- MUlutnya pedas,
- NAlurinya iri hati,
- FIKirannya negatif”.
Dalam buku saya (“TANDA’, Kanisius) ada tiga indikasi orang munafik, al:
- MUlutnya pedas,
- NAlurinya iri hati,
- FIKirannya negatif”.
Dengan kata lain: hidup iman dan sikap baik kita
harus dibarengi dengan kemurnian hati/”intentio pura” (bukan pura-pura) bagi
kemuliaan Tuhan. Yang pasti, Tuhan memang tinggi sekali tapi Ia melihat ke
bawah, ke tempat yang rendah. Sebab itu janganlah mencari gunung yang tinggi
untuk bertemu Tuhan. Bila kita meninggikan diri setinggi-tingginya, Ia akan
menarik Diri sejauh-jauhnya. Tapi, jika kita merendahkan diri serendah-rendahnya,
Ia akan tunduk mendekati kita sedekat-dekatnya. Sudahkah kita rendah hati-murah
hati dan tulus hati?
“Naik sedan di Pangkalan Jati – Jadilah
teladan iman dengan sepenuh hati”.
"Zi Bingfa-Seni Berperang."
Inilah salah satu judul buku karya Sun
Zi, dimana dia pernah mengungkapkan:
"Sekuntum bunga sebenarnya menjadi elok berkat dukungan daun-daun yang hijau."
"Sekuntum bunga sebenarnya menjadi elok berkat dukungan daun-daun yang hijau."
Daun hijau yang memiliki
klorofil-sekalipun tidak seelok bunga, mempunyai fungsi vital, yakni sebagai
pemasok nutrisi karbohidrat melalui proses fotosintesis dari air dan gas asam
arang serta penyinaran matahari.
Disinilah, kita diingatkan untuk tidak
boleh menjadi sombong dan merendahkan yg lain, seperti yang ditunjukkan oleh
para ahli Taurat dan orang Farisi.
Alih-alih membuka kerajaan surga, mereka malahan menjadi batu sandungan bagi sesama.
Tentang mereka, Yesus berkata:
"Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang" (Mat 23:5).
Alih-alih membuka kerajaan surga, mereka malahan menjadi batu sandungan bagi sesama.
Tentang mereka, Yesus berkata:
"Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang" (Mat 23:5).
Disinilah, kita diajak untuk menyatakan
kehadiranNya dengan sikap tulus dan rendah hati:
"Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu".
"Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu".
Dengan kata lain: Jika kita hidup dengan
tulus dan rendah hati di hadapanNya, "isi" kita jauh lebih penting
daripada "sampul" luarnya karna kita semua adalah saudara, yang
setara dan se-udara di ladangnya Tuhan, sekalipun memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Yah, entah menjadi "bunga"
atau "daun hijau", kita dapat terus saling bersinergi dan mendukung
orang lain untuk bersama menghasilkan "buah-buah" yang baik dengan
sikap nyata penuh ketulusan dan kerendahan hati.
"Belajar kalkulus di Gunung Jati -
Jadilah orang yang tulus dan rendah hati."
"Via purgativa - Jalan
pemurnian."
Inilah sebuah keutamaan imani yang
diwartakan Yesus. Ia menasehati para muridNya untuk mendengarkan dan melakukan
segala yang diajarkan para pemimpin agama, namun tak boleh meniru perbuatan
mereka. Jelasnya, mereka yang dianggap sebagai "tokoh/pemuka"
ternyata bukan pemimpin tapi pemimpi, bukan pahlawan tapi pecundang, tidak
otentik tapi munafik.
Adapun 3 mentalitas orang munafik yang
"MUlutnya pedas, NAlurinya iri dan FIKirannya negatif", antara lain:
1."Tomat - Sekarang tobat besok
kumat."
2."Dele - Esuk dele sore tempe lambe domble mencla mencle".
3. "Blangkon - Bisa kotbah tidak bisa nglakoni."
2."Dele - Esuk dele sore tempe lambe domble mencla mencle".
3. "Blangkon - Bisa kotbah tidak bisa nglakoni."
Inilah 3 identitas banyak orang yang
tidak mempunyai integritas karena yang dikatakannya tidak sesuai dengan yang
dilaksanakannya. Mereka melakukan kebaikan hanya demi dilihat orang namun sikap
asli mereka sehari-hari sangat buruk dan menjadi batu sandungan untuk yang
lainnya.
Nah, bersama dengan PW St. Perawan
Maria, Ratu hari ini, kita diajak belajar hidup murni dengan 3 spiritualitas
iman “3K”, antara lain:
1."Ketulusan/intentio pura".
Inilah sikap yang tidak ber"pura-pura", tapi penuh ketulusan dan bukan kepalsuan.
Lihatlah Yesus! Ia mengambil sikap seorang Hamba yang menderita bahkan taat sampai wafat di kayu salib (bdk. Flp 2:7-8).
Inilah sikap yang tidak ber"pura-pura", tapi penuh ketulusan dan bukan kepalsuan.
Lihatlah Yesus! Ia mengambil sikap seorang Hamba yang menderita bahkan taat sampai wafat di kayu salib (bdk. Flp 2:7-8).
2."Kerendahan hati".
Sebuah sikap yang didasari pengalaman kasih akan banyak nya rahmat Allah (gratia domini). Dan, syukur pada Allah, karena sadar akan berlimpahnya rahmat ilahi, Gregorius (540-604) adalah paus pertama yang menggunakan secara luas sebutan “Pelayan dari Para Pelayan Tuhan” (servus servorum Dei) sebagai sebuah gelar paus, sehingga melahirkan kebiasaan baik di kepausan untuk bertindak penuh kerendahan hati: "Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditingggikan."
Sebuah sikap yang didasari pengalaman kasih akan banyak nya rahmat Allah (gratia domini). Dan, syukur pada Allah, karena sadar akan berlimpahnya rahmat ilahi, Gregorius (540-604) adalah paus pertama yang menggunakan secara luas sebutan “Pelayan dari Para Pelayan Tuhan” (servus servorum Dei) sebagai sebuah gelar paus, sehingga melahirkan kebiasaan baik di kepausan untuk bertindak penuh kerendahan hati: "Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditingggikan."
3."Keterbukaan".
Inilah sebuah sikap yang tidak mudah menghakimi tapi selalu berani untuk belajar memahami, yakni melihat kebaikan orang lain dengan selalu membuka diri-hati dan budi, tanpa praduga.
Inilah sebuah sikap yang tidak mudah menghakimi tapi selalu berani untuk belajar memahami, yakni melihat kebaikan orang lain dengan selalu membuka diri-hati dan budi, tanpa praduga.
Indahnya, tiga spiritualitas iman “3K”
ini akan lebih mudah membawa kita pada sikap penyerahan dan kepasrahan diri
kepada kebijaksanaan dan bimbingan Allah, yang selalu membutuhkan pengampunan,
belas kasih, pertolongan dan bimbingan Tuhan.
"Dari Lebak Bulus ke Efesus - Orang
tulus disayang Tuhan Yesus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar