Pekan Biasa XXVII
Yun 3:1-10; Mzm 130:1-4ab.7-8;Luk 10:38-42
Yun 3:1-10; Mzm 130:1-4ab.7-8;Luk 10:38-42
"Iluminata
et Illuminatrix - Cerah dan Mencerahkan.
Itulah
semangat iman yang mesti kita wartakan lewat “dokar”, doa dan karya, lewat
dimensi aktif dankontemplatif kita setiap harinya.Mengacu
pada bacaan hari ini, tercandra ada tiga kebiasaan buruk yang membuat kita
sulit menjadi orang yang “cerah dan mencerahkan, al:
1.
"Kurang bersekutu"
Keaktifan melakukan berbagai macam pelayanan seperti yang dilakukan Marta tentu baik tapi menjadi tidak baik kalau keaktifan itu menjadi berlebihan sehingga kita mengalami "kekeringan/turun mesin", karna tidak mengalami persekutuan dengan Tuhan seperti yang dilakukan Maria.
Keaktifan melakukan berbagai macam pelayanan seperti yang dilakukan Marta tentu baik tapi menjadi tidak baik kalau keaktifan itu menjadi berlebihan sehingga kita mengalami "kekeringan/turun mesin", karna tidak mengalami persekutuan dengan Tuhan seperti yang dilakukan Maria.
2."Mudah
menggerutu"
Marta menerima Yesus di rumahnya dan sibuk sekali melayaniNya. Figur Marta adalah pewarta, yang menekankan dimensi “aktif” dari Gereja. Satu kelemahannya adalah mudah merasa diri lebih baik dan suka menggerutu: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Marta mudah membanding-bandingkan diri sehingga mudah menggerutu, lupa bersyukur tapi asyik berkeluh karena merasa beban hidupnya berat dan orang lain tidak memperhatikan dirinya. Dengan kata laiin: Hidup kita kadang hanya menyibukkan diri dengan perbuatan dan karya seperti Marta, padahal yang diinginkan Allah adalah hati kita, bukan?
Marta menerima Yesus di rumahnya dan sibuk sekali melayaniNya. Figur Marta adalah pewarta, yang menekankan dimensi “aktif” dari Gereja. Satu kelemahannya adalah mudah merasa diri lebih baik dan suka menggerutu: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Marta mudah membanding-bandingkan diri sehingga mudah menggerutu, lupa bersyukur tapi asyik berkeluh karena merasa beban hidupnya berat dan orang lain tidak memperhatikan dirinya. Dengan kata laiin: Hidup kita kadang hanya menyibukkan diri dengan perbuatan dan karya seperti Marta, padahal yang diinginkan Allah adalah hati kita, bukan?
3.
"Kurang mengatur waktu"
Kita kadang kurang seimbang, "sibuk untuk Tuhan" tapi lupa "sibuk dengan Tuhan". Kita sibuk menjadi figur yang aktif tapi tidak kontemplatif sehingga bisa terjebak pada rutinitas harian yang dangkal dan tidak reflektif.
Kita kadang kurang seimbang, "sibuk untuk Tuhan" tapi lupa "sibuk dengan Tuhan". Kita sibuk menjadi figur yang aktif tapi tidak kontemplatif sehingga bisa terjebak pada rutinitas harian yang dangkal dan tidak reflektif.
Disinilah kita diajak punyai habitus untuk mengatur waktu harian dengan lebih
bijak, seimbang antara doa & karya sehingga tidak membuat timpang salah
satunya.
Lebih
lanjut, kisah Maria bisa dilihat sebagai sebuah cara menghayati keberimanan,
yakni “kontemplatif”. Figur Maria hadir sebagai pendoa. Ia “duduk dekat kaki
Tuhan”, bukankah Paulus juga “dididik dekat kaki Gamaliel” (Kis 22:3). Secara
sederhana, istilah “dekat kaki” ini mau menunjuk sikap seorang yang ingin
menjadi murid. Harapannya: Semoga kita bukan hanya menjadi murid yang
"sibuk untuk Tuhan" seperti Martha tetapi terutama menjadi murid yang
"sibuk dengan Tuhan" seperti Maria, karena bukankah setiap pagi dan
sepanjang hari, kita diberkati oleh tangan Tuhan yang tak kelihatan?
“Ali
baba pergi ke Pattaya - Mari berlomba dalam doa dan karya"
Salam
HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
NB:
SKI – Sekolah Kerahiman Ilahi
“MOM – Mary Our Mother",
7 Okt 2015, 17.30 - selesai
@ Gereja Keluarga Kudus,
Pasar Minggu Jaksel.
MAP – Misa Adorasi Prosesi Mawar
Datanglah dan kamu akan melihatNYA
-----------------------
SKI – Sekolah Kerahiman Ilahi
“MOM – Mary Our Mother",
7 Okt 2015, 17.30 - selesai
@ Gereja Keluarga Kudus,
Pasar Minggu Jaksel.
MAP – Misa Adorasi Prosesi Mawar
Datanglah dan kamu akan melihatNYA
-----------------------
Tambahan
Permenungan HIK:
“Gaudete - Bergembiralah!”
Allah
mengajak kita bergembira seperti para tokoh dalam bacaan hari ini. Maria dan
Martha bergembira karena dikunjungi Yesus. Mereka berdua yang adalah saudari
dari Lazarus (Eleazar: Allah yang menyelamatkan) mempunyai tujuan yang sama
yakni ingin memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Martha mewakili orang yang
berdaya roh karya/aksi, sedangkan Maria mewakili roh doa/kontemplasi. Bukankah
kesibukan karya yang berlebihan sehingga melupakan hidup doa dapat menyebabkan
kita teralienasi (terasing) dari diri sendiri, sesama dan Tuhan?
Oleh
sebab itulah, tiga nilai kebaikan bisa kita petik agar kita benar benar
bergembira, al:
1.Intimitas:
Seperti Maria dan Martha, kita diajak memiliki intimitas, semacam “keakraban” dengan Tuhan lewat hidup doa dan karya kita, sehingga Tuhan berkenan hadir dan datang di hati kita. Kenyataan bahwa Tuhan berada di dekat kita dan kita tidak menyadari kehadiranNya, karena kita kerap hanya “mengetahui” tentang Tuhan tapi tidak "mengalami Tuhan". Disinilah, kita diajak untuk setia menemukan Tuhan di dalam segala doa dan karya atau dalam bahasanya Jerónimo Nadal: Contemplatio In Actione, yang memperlihatkan relasi antara aksi dan kontemplasi :“contemplatio in actione.”
Seperti Maria dan Martha, kita diajak memiliki intimitas, semacam “keakraban” dengan Tuhan lewat hidup doa dan karya kita, sehingga Tuhan berkenan hadir dan datang di hati kita. Kenyataan bahwa Tuhan berada di dekat kita dan kita tidak menyadari kehadiranNya, karena kita kerap hanya “mengetahui” tentang Tuhan tapi tidak "mengalami Tuhan". Disinilah, kita diajak untuk setia menemukan Tuhan di dalam segala doa dan karya atau dalam bahasanya Jerónimo Nadal: Contemplatio In Actione, yang memperlihatkan relasi antara aksi dan kontemplasi :“contemplatio in actione.”
2.
Skala Prioritas:
Martha memang sibuk dengan karya. Namun jika terlalu sibuk, ia bisa jatuh pada pastoral dan rutinitas kegiatan yang terus menerus. Disinilah, kita diajak untuk mempunyai skala prioritas dalam menjaga keseimbangan hidup beriman. Di tengah carut marut hidup karya, kita diajak untuk terus bertekun dan setia “duduk di dekat kaki Yesus.” Harapannya, kita bukan hanya "SIBUK UNTUK TUHAN " dengan pelbagai karya/aksi seperti Martha, tetapi terutama kita juga diajak untuk"SIBUK DENGAN TUHAN" seperti Maria lewat doa dan perjumpaan pribadi/kontemplasi kita dengan Tuhan karena sebenarnya puncak pengetahuan manusia mengenai Tuhan adalah mengetahui bahwa kita tidak tahu apa-apa mengenai Tuhan.
Martha memang sibuk dengan karya. Namun jika terlalu sibuk, ia bisa jatuh pada pastoral dan rutinitas kegiatan yang terus menerus. Disinilah, kita diajak untuk mempunyai skala prioritas dalam menjaga keseimbangan hidup beriman. Di tengah carut marut hidup karya, kita diajak untuk terus bertekun dan setia “duduk di dekat kaki Yesus.” Harapannya, kita bukan hanya "SIBUK UNTUK TUHAN " dengan pelbagai karya/aksi seperti Martha, tetapi terutama kita juga diajak untuk"SIBUK DENGAN TUHAN" seperti Maria lewat doa dan perjumpaan pribadi/kontemplasi kita dengan Tuhan karena sebenarnya puncak pengetahuan manusia mengenai Tuhan adalah mengetahui bahwa kita tidak tahu apa-apa mengenai Tuhan.
3.
Diversitas:
Sebenarnya Yesus tidak sedang menyalahkan Marta, ketika berkata: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara". Sikap Maria juga tidak dipersalahkan karena mendengarkan dan merenungkan sabda adalah amat penting juga. Bisa jadi, tindakan Marta yang sangat sibuk itulah yang dianggap terlalu berlebihan (“lebay - alay”) sehingga Martha mudah menggerutu dan merasa tidak dipedulikan. Martha merasa bahwa yang penting hanyalah “berkarya”, padahal sebenarnya “berdoa” juga sangat penting. Disinilah kita diajak untuk menyadari adanya diversitas, semacam keanekaragaman karya dan karisma yang tentunya saling melengkapi, dan kita dajak untuk melakukannya dengan hati yang gembira. Idealnya: hendaklah kita mempersatukan doa Maria dengan karya Martha, dengan demikian keduanya saling menyucikan. Lebih jauh lagi, hidup orang banyak kadang hanya menyibukkan diri dengan perbuatan dan karya, padahal yang diinginkan Allah adalah hati mereka, bukan?
Sebenarnya Yesus tidak sedang menyalahkan Marta, ketika berkata: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara". Sikap Maria juga tidak dipersalahkan karena mendengarkan dan merenungkan sabda adalah amat penting juga. Bisa jadi, tindakan Marta yang sangat sibuk itulah yang dianggap terlalu berlebihan (“lebay - alay”) sehingga Martha mudah menggerutu dan merasa tidak dipedulikan. Martha merasa bahwa yang penting hanyalah “berkarya”, padahal sebenarnya “berdoa” juga sangat penting. Disinilah kita diajak untuk menyadari adanya diversitas, semacam keanekaragaman karya dan karisma yang tentunya saling melengkapi, dan kita dajak untuk melakukannya dengan hati yang gembira. Idealnya: hendaklah kita mempersatukan doa Maria dengan karya Martha, dengan demikian keduanya saling menyucikan. Lebih jauh lagi, hidup orang banyak kadang hanya menyibukkan diri dengan perbuatan dan karya, padahal yang diinginkan Allah adalah hati mereka, bukan?
2. Philosophia – Pecinta Kebijaksanaan.
Kisah
Injil hari ini sudah sering kita dengarkan dan renungkan. Marta dan Maria
adalah dua bersaudara. Menurut Injil Yoh 11, mereka adalah dua saudari dari
Lazarus, sahabat-sahabat Yesus. Lukas tidak memuat kisah mengenai Lazarus yang
dibangkitkan oleh Yesus dari mati. Selain itu di dalam Lukas (lihat perikop di
atas) tidak disebut bahwa kampung mereka bernama Betania (bdk. Yoh 11:1).
Terjemahan Injil Yoh 11 dalam Indonesia memberi kesan bahwa Marta lebih muda
dari Maria. Namun begitu, kita dapat meragukannya, karena teks aslinya tidak
memberi penjelasan mengenai hal ini. Kisah Lukas memberi kesan yang lebih
meyakinkan, Marta kiranya lebih tua daripada Maria.
Kalau
kita membaca perikop Lukas mengenai Marta dan Maria, kita mungkin bertanya di
manakah Lazarus waktu itu. Tidak ada keterangan mengenai hal ini. Oleh karena
itu kita andaikan saja dia tidak berada di rumah sehingga Maria terpaksa
menggantikan fungsi Lazarus yaitu menemui Yesus. Seperti biasanya, jika ada
tamu, tuan rumah menemui tamu sedangkan isterinya sibuk di dapur mempersiapkan
makanan. Oleh karena itu, cukup beralasan bahwa Marta protes ketika melihat
Maria duduk di dekat kaki Yesus untuk mendengarkan pengajaran-Nya. Seolah-olah
Maria enak-enak saja menemui tamu. Itu adalah tugas yang seharusnya dilakukan
oleh kepala keluarga (Lazarus?). Padahal, apa yang dilakukan Maria bukan sikap
seorang kepala rumah tangga, tetapi sikap seorang siswa yang sedang
mendengarkan pengajaran rabinya. Biasanya siswa-siwa dari para rabi adalah
laki-laki.
Dari
sini kita melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Maria memang tidak umum. Dia
mengambil sikap seperti seorang siswa laki-laki yang sedang mendengarkan
pengajaran rabinya. Dikatakan oleh Lukas dengan jelas bahwa Marta sibuk sekali
melayani Yesus. Persoalannya, apakah tindakan Maria tersebut dapat disalahkan?
Dari
segi logika, dapat kita bayangkan tentu akan aneh jika Yesus sebagai tamu
ditinggalkan sendirian (bersama para murid, ay. 38) tanpa ada yang menyambutnya
atau mengajak-Nya bicara. Apakah layak jika Maria dan Marta sibuk menyiapkan
hidangan dan membiarkan tamu-tamunya duduk-duduk tanpa ada yang menemani? Kita
dapat membuat perbandingan dengan sikap keramahan khas Timur seperti yang
dilakukan Abraham dan Sara sewaktu menyambut malaikat Tuhan di Mamre (Kej
18:1-9).
Dalam
kasus Marta dan Maria, sebenarnya sudah ada pembagian tugas yang bagus, yaitu
ada yang menemui tamu dan ada yang menyiapkan makanan. Sekali lagi soalnya
adalah Maria itu perempuan. Seharusnya Maria membantu tugas Marta yang cukup
menyibukkan.
Yesus
menginterpretasikan tindakan Marta dan Maria secara amat unik. Ada kesan bahwa
Yesus mengritik tindakan Marta dan memuji tindakan Maria. Biasanya kita dibuat
bingung dengan tanggapan Yesus ini. Benarkah Yesus menyalahkan Marta? Bukankah
Marta juga sedang menunjukkan keramah-tamahannya meskipun caranya lain dengan
Maria? Bukankah cara dia itupun wajar bagi dunia Timur?
Sebenarnya
Yesus tidak sedang menyalahkan Marta. Ia hanya mau menunjukkan suatu pelajaran
penting ketika berkata: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri
dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu..." Tekanan sabda
Yesus ada pada ungkapan "engkau menyusahkan diri dengan banyak
perkara". Marta telah menyusahkan diri dengan banyak perkara dan
menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah satu-satunya cara untuk menyambut
Yesus. Bagi Yesus, sikap Maria tidak dapat dipersalahkan. Mendengarkan dan
merenungkan sabda Yesus adalah amat penting juga, dan Maria telah memilih apa
yang penting baginya itu. Wajar jika Maria memanfaatkan pertemuan pribadi
dengan Yesus yang cukup langka itu.
Bagi
Yesus, tindakan Marta yang sangat sibuk itu berlebihan. Mungkin Yesus
menganggap bahwa suatu sambutan yang sederhana saja sudah cukuplah, mengapa
harus terlalu sibuk untuk itu? Karena begitu sibuknya, Marta sulit memahami
kebutuhan rohani adiknya untuk mendengarkan Yesus. Lebih parah lagi, Marta
menganggap sepertinya Yesus tidak peduli dengan kesibukannya. Tanpa perasaan
dia meminta Yesus agar menyuruh Maria membantu pekerjaannya.
Dalam
perikop ini kita memang melihat dua sikap yang berbeda dalam menanggapi Yesus.
Biasanya para pembaca menganggap bahwa Marta dan Maria sama-sama benar meskipun
cara mereka menyambut Yesus berbeda. Bahkan diharapkan bahwa di dalam diri kita
hendaknya ada roh Marta dan Maria, yaitu roh karya dan roh doa/kontemplasi.
Penafsiran ini tidak salah. Meskipun begitu, kita perlu melihat lebih teliti.
Memang Marta punya semangat melayani yang hebat. Kekurangannya, dia sampai
mengabaikan keramahan yang sifatnya lebih personal dengan Yesus. Dia melupakan
kebutuhan itu karena kesibukannya.
Kalau
kita merenung lebih jauh, bukankah kesibukan yang keterlaluan dapat menyebabkan
kita terasing dari diri sendiri, sesama kita, dan Tuhan? Karena terlalu sibuk
bekerja, kita melupakan kebutuhan kita untuk istirahat dan kesehatan. Akibat
lainnya, kesibukan yang keterlaluan juga bisa membuat kita tidak peka lagi pada
sesama yang mengharapkan kehadiran kita. Akibat lain lagi, karena terlalu
sibuk, kita dapat melalaikan hidup doa kita yang sebenarnya adalah sarana
pembangun hubungan personal dengan Tuhan. Maria memang pekerja yang hebat,
patut kita teladan. Namun jika dia terlalu sibuk (menyusahkan diri dengan
banyak perkara) maka sudah tidak ideal lagi. Bagaimana dengan Maria? Dia dengan
tekun duduk di dekat kaki Yesus, mendengarkan sabda-Nya. Dapatkah kita
menyalahkan dia? Bukankah dia sedang memanfaatkan sebaik-baiknya saat yang
langka untuk bertemu dengan Yesus? Apakah bijaksana jika Marta memprotesnya?
Bukankah Maria juga sedang menunjukkan keramahan dengan membuka hati dan
telinga untuk mendengarkan sabda Tuhan? Maria telah memilih bagian yang
terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya. Mengapa kesempatan yang langka
untuk bertemu dengan Yesus itu harus ditinggalkan demi pekerjaan yang sudah
sehari-hari kita lakukan?
Cukup
menarik bahwa Yohanes mengisahkan tindakan Marta dan Maria secara kurang lebih
mirip dengan kisah Lukas. Dalam Yoh 12:1-8 diceritakan bahwa Yesus mengunjungi
ketiga bersaudara itu di Betania. Marta melayani perjamuan, Lazarus turut
makan, sedangkan Maria mengambil minyak narwastu yang amat mahal untuk
meminyaki kaki Yesus. Bahkan untuk menunjukkan kasih dan penghormatannya kepada
Yesus, Maria mengusap kaki yang diminyaki itu dengan rambutnya. Tindakan Maria
menunjukkan suatu perasaan kasih dan hormat yang khas kepada Yesus. Itulah cara
Maria menyambut Yesus, sambutan yang berbeda dengan Marta dan Lazarus. Dari
kisah Yohanes, kita dapat memahami dengan lebih baik kisah Marta dan Maria
menurut Lukas.
Apa
yang dapat kita renungkan? Kita dapat meneliti diri kita, apakah kita sering
bersikap seperti Marta yang terlalu sibuk sehingga sering kurang peka terhadap
relasi pribadi dengan Tuhan dan sesama? Apakah kita bisa meneladan Maria yang
dengan tekun mendengarkan sabda Yesus dan dengan penuh tulus menunjukkan kasih
kita yang nyata?
Salam
HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar