Menjelang Pesta Nama St Faustina
Rasul Kerahiman Ilahi.
Rasul Kerahiman Ilahi.
Hari Minggu Biasa XXVII B
Kej 2:18-24; Ibr 2:9:11; Mrk 10:2-16
Kej 2:18-24; Ibr 2:9:11; Mrk 10:2-16
Membangun Komitmen Seumur Hidup
10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi,
dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami
diperbolehkan menceraikan isterinya?" 10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka:
"Apa perintah Musa kepada kamu?" 10:4 Jawab mereka: "Musa
memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." 10:5Lalu
kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa
menuliskan perintah ini untuk kamu. 10:6 Sebab pada awal dunia, Allah
menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, 10:7 sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, 10:8 sehingga
keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan
satu. 10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia." 10:10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya
pula kepada Yesus tentang hal itu. 10:11 Lalu kata-Nya kepada mereka:
"Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia
hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. 10:12 Dan jika si isteri
menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."
10:13 Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah
mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. 10:14 Ketika Yesus
melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak
itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang
seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. 10:15 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak
kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." 10:16Lalu Ia memeluk anak-anak
itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
Renungan :
01. Perikop hari ini diawali dengan keterangan bahwa orang-orang Farisi bermaksud
untuk “mencobai” Yesus. Sebenarnya pada mulanya yang diajukan sebagai bahan
testing bukan masalah boleh tidaknya bercerai tetapi alasan-alasan apa saja
yang bisa dipakai untuk melakukan perceraian. Berdasarkan ketentuan dalam Ul
24:1-4 secara umum perceraian dapat diterima dalam masyarakat Yahudi. Alasan
yang dipakai untuk membenarkan seorang suami menceritakan isterinya adalah bila
suami “tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh
padanya” (Ul 24:1).
Terjemahan LAI dan LBI “melakukan
tindakan yang tidak senonoh”sudah mempunyai pengertian yang lebih spesifik.
Dalam teks asli pengertiannya sangat kabur atau tidak jelas yakni “something
shameful”, maksudnya isteri melakukan suatu perbuatan yang membuat suami merasa
malu.
Dua guru besar sekolah Taurat yang cukup
berwibawa pada zaman Yesus membuat penafsiran yang berbeda. Rabi Shammai
menafsirkan “something shameful” sebagai tindakan yang melanggar kesusilaan
atau kesucian hidup berkeluarga (mis. perselingkuhan, kelainan seksual,
kemandulan dsb.). Sedang Rabi Hillel membuat penafsiran yang sangat longgar.
“Something shameful” mencakup kesalahan-kesalahan kecil yang membuat suami
tidak merasa nyaman seperti sering terjadi konflik, kesalahan dalam menyediakan
makanan, kelalaian dalam memasak sehingga misalnya menyebabkan roti menjadi
gosong, tidak taat terhadap suami, dsb. Penafsiran yang terakhirlah yang
diterima dan dipraktekkan secara umum.
Nampaknya pertanyaan orang-orang Farisi
berkaitan dengan adanya kedua penafsiran itu, maka dalam Injil Mateus
pertanyaan itu dirumuskan,“Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya
dengan alasan apa saja?” (Mat 19:3). Karena kontroversi itu khas Yahudi dan
tidak relevan dengan jemaat Markus yang sebagian besar orang Yunani, Markus
menghilangkannya sehingga pertanyaannya menjadi “Bolehkah seorang suami
menceraikan isterinya?” (ay. 2). Yesus mengubah pokok diskusi. Yang lebih
penting untuk dibahas bukan alasan-alasan yang bisa dipakai untuk bercerai
tetapi justru gagasan perceraian itu sendiri. Ketentuan tentang perceraian itu
titik tolaknya salah yakni suatu kelonggaran untuk mentolerir kelemahan manusia
dan bukan berdasar pada kehendak Allah Sang Pencipta Kehidupan.
02. Yesus mengajak orang-orang Farisi tidak hanya mencermati rumusan hukum secara harafiah tetapi menangkap kehendak Allah yang ada di balik rumusan itu. Ketentuan perceraian dalam Ul 24:1-4 harus dimengerti sebagai sebuah toleransi atau kelonggaran yang diberikan karena kelemahan manusia, “karena ketegaran hati” (ay. 5), untuk mengurangi “hidup dalam situasi dosa” entah perselingkuhan, perzinahan atau kumpul kebo.
Para ekseget berpendapat bahwa
kemungkinan untuk bercerai nampaknya sudah diterima secara umum pada zaman
Musa. Dalam Kitab Ulangan itu, justru Musa mengaturnya agar pihak yang lemah
mendapatkan perlindungan, yakni suami harus memberikan surat cerai resmi kepada
isterinya sehingga nasibnya tidak terkatung-katung dan dipermainkan oleh suami.
Dengan adanya surat cerai itu suami tidak bisa seenaknya kembali menikahi lagi
isteri yang telah diceraikannya. Hukum Taurat melarang suami isteri yang telah
cerai untuk rujuk kembali. Larangan itu dimaksudkan agar suami berpikir
masak-masak sebelum menceraikan isterinya.
Dengan demikian, tujuan utama dari
ketetapan dalam Ul 24:1 bukan untuk “membenarkan tindakan yang salah” dengan
mengesahkan perceraian melainkan untuk membatasi atau membendung akibat-akibat
negatif yang timbul dari perceraian.
03. Dalam hukum Taurat, alasan yang paling kuat untuk bercerai ialah bila si istri berbuat zinah. Istilah “zinah” hanya dipakai untuk menyebut seorang isteri yang selingkuh. Namun bila perselingkuhan itu dilakukan oleh sang suami tidak disebut sebagai zinah. Memang laki-laki itu melanggar hak kepemilikan suami perempuan selingkuhannya tetapi tidak dianggap melanggar hak istrinya sendiri. Mengapa demikian? Dengan membayar mas kawin kepada orangtua mempelai wanita, isteri menjadi milik suami sepenuhnya. Maka bila seorang isteri berselingkuh, dia melanggar hak kepemilikan suami. Sebaliknya, bila suami selingkuh dia tidak melanggar hak apa pun dari isterinya. Dia hanya melanggar hak kepemilikan suami dari perempuan selingkuhannya. Dalam masyarakat Yahudi yang patriarkat, laki-laki memang lebih dominan dan berkuasa.
Dengan menyatakan bahwa suami yang
berselingkuh itu “hidup dalam perzinahan dengan isterinya” (ay. 11) Yesus
mengangkat derajat perempuan sehingga keduanya, laki-laki dan perempuan
mempunyai kedudukan yang sama dan setara dalam hak dan kewajiban. Bukan hanya
isteri yang harus setia kepada suami. Tetapi juga sebaliknya, suami pun harus
setia kepada isteri. Nampaknya Yesus dalam Injil Markus mengambil alih cara
pandang hukum Romawi yang memperlakukan laki-laki dan perempuan sama di hadapan
hukum. Dalam hukum Taurat seorang isteri tidak bisa menceraikan suaminya dan
membuat surat cerai untuknya. Karena itu dalam Injil Mateus ayat ini dihapus.
04. Yesus mengingatkan bahwa acuan tindakan kita bukan pada ketentuan yang dibuat untuk mentolerir kelemahan manusia tetapi pada kehendak Sang Pencipta ketika menciptakan laki-laki dan perempuan. Dalam Kitab Kejadian kehendak Sang Pencipta itu dapat kita pahami dengan jelas. Allah Pencipta menciptakan laki-laki dan perempuan dalam kesejajaran yang penuh. Keduanya diciptakan dari kesatuan dan ditanamkan dalam kodratnya untuk saling melengkapi dan menjadi satu. Perempuan dibangun dari tulang rusuk laki-laki dan keduanya akan bersatu kembali menjadi “satu daging”. Ungkapan “satu daging” menunjukkan kesatuan yang utuh dan menyeluruh antara suami dan isteri, yang mampu memutuskan ikatan erat seorang anak dengan orangtuanya (lih. Bacaan I).
Ungkapan “sebab pada awal dunia” (ay. 6)
dipakai Yesus untuk menunjukkan kehendak Allah Sang Pencipta sejak semula yaitu
bahwa persatuan laki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinan merupakan karya
Allah yang tidak bisa dipisahkan oleh siapa pun. Kehendak Allah ini tidak bisa
digantikan atau dibatalkan oleh ketentuan manusia. Karena itu ketentuan dalam Ul
24:1-4 yang tidak selaras dengan kehendak Allah yang sejati, tidak bisa dipakai
sebagai acuan tindakan.
05. Setelah membahas mengenai hidup berkeluarga, Yesus memberkati anak-anak dan memakai mereka sebagai model. Bukan model kemurnian atau ketidakberdosaan tetapi ketidakberdayaan, kelemahan, tidak produktif dan berprestasi, sepenuhnya bergantung pada orangtua, selalu ingin tahu dan terbuka terhadap hal-hal yang baru. Seorang anak akan menerima dengan gembira dan antusias segala sesuatu yang diberikan dengan cuma-cuma. Seperti itulah sikap yang tepat untuk menerima Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah bukan merupakan balas
jasa atau imbalan atas “amal kebaikan” atau hak yang bisa dituntut melainkan
sebagai anugerah yang diberikan secara gratis. Kita harus menyambut Kerajaan
Allah seperti seorang anak kecil yang menerima hadiah yang diberikan kepadanya
dengan cuma-cuma: dengan antusias, penuh kegembiraan, tanpa prasangka, penuh
kepercayaan dan rasa terimakasih.
06. Dalam lagu-lagu pop, pengalaman cinta sering direduksi pada aspek perasaan. Memaknai cinta hanya sebagai suatu perasaan tentu saja tidak memadai karena perasaan itu bisa berubah-ubah, suatu saat menggebu-gebu tetapi di lain waktu bisa hilang tanpa bekas. Perkawinan yang hanya didasari oleh “perasaan cinta” tidak mungkin bertahan. Pada saat jatuh cinta kita buta terhadap keburukan pasangan. Kita terjebak dalam impian akan keindahan cinta. Harapan akan kebahagiaan di hari-hari yang akan dijalani bersama begitu melambung. Namun di saat harapan itu tidak terpenuhi, ketika berjumpa dengan konflik, kekecewaan dan sakit hati dengan mudah impian akan keindahan hidup berkeluarga itu menjadi sirna. Penyesalan akan terasa sangat mendalam dan menyakitkan.
Yesus menegaskan bahwa cinta itu
merupakan sebuah keputusan rasional yang membutuhkan komitmen, tanggungjawab
dan penyerahan diri satu sama lain dalam kebersamaan seumur hidup, dalam suka
dan duka, dalam untung dan malang, dalam keadaan sehat dan sakit. Bukan berarti
pemaknaan cinta seperti itu tidak melibatkan unsur perasaan. Justru sebaliknya!
Berbagai perasaan menyertai cinta yang dewasa dan rasional. Selain perasaan
romantis yang memabukkan, ada juga kerinduan, compassion, kecemasan, galau,
lega, senang dan sebagainya. Namun cinta melebihi perasaan. Sebagai keputusan
pribadi yang bebas dan bertanggungjawab, cinta harus terus menerus dibangun,
diperbaharui dan diperkembangkan.
Ketika masih berpacaran, kita selalu
ingin tampil sempurna di hadapan orang yang dicintai. Setelah menikah, tidak
ada yang bisa ditutup-tutupi lagi. Dengan kebersamaan dan interaksi yang
terjadi selama 24 jam seharisemua kelemahan akan tersingkap. Di sinilah letak
perbedaan antara jatuh cinta dan membangun cinta. Di saat jatuh cinta, hati
diliputi dengan keadaan yang serba indah dan menyenangkan. Namun membangun
cinta justrudiperlukan di saat mengalami konflik, ketidaksepahaman, kecewa,
marah dan sakit hati. Dalam keadaan konflik, cinta tidak lagi berwujud pelukan
mesra, melainkan berbentuk itikad baik untuk bersama-sama mencari solusidari masalah
yang sedang dihadapi. Solusi yang bisa diterima semua pihak. Cinta yang dewasa
tak menyimpan uneg-uneg atau rahasia. Saling keterbukaan dalam segala hal
termasuk hal-hal yang peka seperti masalah keuangan, kehidupan seksual, harapan
dan kekecewaan, campurtangan mertua dsb. Namun sepeka apapun masalah itu perlu
dibicarakan agar konflik tak berlarut.
Dalam dialog dari hati ke hati, kita
harus saling menjaga perasaan satu sama lain, tidak saling menyalahkan dan
melukai. Jika konflik dibiarkan berlarut rumah tangga akan berubah menjadi
neraka. Apakah kondisi seperti itu bisa diperbaiki? Tentu saja bisa dengan
mengingat komitmen awal: apakah dulu ingin mencari teman hidup atau musuh
hidup. Kalau memang mencari teman hidup kenapa sekarang malah bermusuhan?
Mencari teman hidup memang dimulai
dengan jatuh cinta. Tetapi sesudahnya, yang harus dilakukan seumur hidup adalah
membangun cinta. Artinya berusaha mendewasakan cinta sehingga bisa saling
memaafkan, menghargai, jujur, setia, menjaga komunikasi dengan mengusahakan
quality time berdua dan bertanggung jawab.
Anda ingin mempunyai pasangan hidup?
Jatuh cintalah. Tetapi sesudah itu bangunlah cinta dengan selalu memberi dan
mengusahakan yang terbaik untuk yang dicintai.
07. Keterbukaan, intimitas dan komitmen merupakan faktor utama terciptanya perkawinan yang bahagia. Ketika saya bertanya pada beberapa pasangan suami dan istri yang berbahagia tentang pasanganya, mereka menyatakan bahwa pasangan hidup mereka adalah teman terbaik. Semakin mendalam intimitas relasi, keterbukaan dengan mudah tercipta. Mereka berpendapat bahwa komitmen yang kokoh merupakan dasar kelestarian perkawinan.
Selain itu, rasa humor juga memiliki
kontribusi besar bagi terciptanya perkawinan yang berbahagia. Keindahan dan
kenikmatan perkawinan dapat diperoleh melalui bercanda, nyek-nyekan, tertawa
bersama. Humor juga bisa menetralkan konflik dan menyembuhkan stress. Tertawa
merupakan reaksi emosional alamiah, tidak bisa dibuat-buat namun merupakan
ekspresi jujur dari suasana hati seseorang. Orang yang mampu berbagi humor dia
juga akan mampu berbagi nilai, keyakinan, dan kualitas hidup. Dalam pemahaman
itu benarlah ungkapan ini: Urip iku mung sakderma mampir ngguyu.
Berkah Dalem.
Illustrasi Homili Hari Minggu Biasa ke 27 B : 4 Oktober 2015
KECANTIKAN DAN KEKAYAAN
Seorang gadis muda dan cantik,
memposting unek-uneknya di salah satu forum media sosial, dengan judul: “Apa
Yang Harus Saya Lakukan Untuk Dapat Menikah dengan Pria Kaya ?”.
Saya akan jujur tentang apa yang akan
coba saya katakan di sini.
Tahun ini saya berumur 25 tahun. Saya sangat cantik & mempunyai selera yang bagus akan fashion. Saya ingin menikahi seorang pria dengan penghasilan minimal $500ribu/tahun(6 milyar / thn). Anda mungkin berpikir saya matre, tapi penghasilan $1juta/tahun hanya dianggap sebagai kelas menengah di New York. Persyaratan saya tidak tinggi. Apakah ada di forum ini mempunyai penghasilan $500ribu/tahun? Apa kalian semua sudah menikah ?
Yang saya ingin tanyakan:
Apa yang harus saya lakukan untuk menikahi orang kaya seperti anda? Yang terkaya pernah berkencan dengan saya hanya berpenghasilan $250rb/tahun. Bila seseorang ingin pindah ke area pemukiman elit di City Garden New York, penghasilan $ 250rb/tahun tidaklah cukup.
Apa yang harus saya lakukan untuk menikahi orang kaya seperti anda? Yang terkaya pernah berkencan dengan saya hanya berpenghasilan $250rb/tahun. Bila seseorang ingin pindah ke area pemukiman elit di City Garden New York, penghasilan $ 250rb/tahun tidaklah cukup.
Dengan kerendahan hati, saya ingin
menanyakan:
- Dimanakah para pria kaya sering hang out?
- Kisaran umur berapa yang harus saya cari?
- Kenapa kebanyakan istri dari orang-orang kaya hanya berpenampilan biasa?
- Saya pernah bertemu dengan beberapa wanita yang memiliki penampilan tidak menarik, tapi mereka bisa menikahi pria kaya?
- Bagaimana anda memutuskan, siapa yang bisa menjadi istrimu, dan siapa yang hanya bisa menjadi pacarmu?
- Dimanakah para pria kaya sering hang out?
- Kisaran umur berapa yang harus saya cari?
- Kenapa kebanyakan istri dari orang-orang kaya hanya berpenampilan biasa?
- Saya pernah bertemu dengan beberapa wanita yang memiliki penampilan tidak menarik, tapi mereka bisa menikahi pria kaya?
- Bagaimana anda memutuskan, siapa yang bisa menjadi istrimu, dan siapa yang hanya bisa menjadi pacarmu?
Ttd.
Si Cantik
Si Cantik
____________________
Beberapa hari kemudian, pertanyaan tersebut mendapat balasan dari seorang pria yang bekerja di Finansial Wall Street:
Saya telah membaca semua unek-unek Anda
dengan antusias. Saya rasa banyak gadis-gadis di luar sana yang mempunyai
pertanyaan yang sama.
Ijinkan saya untuk menganalisa situasimu
dari sisi seorang profesional. Pendapatan tahunan saya lebih dari $500rb,
sesuai syaratmu, jadi saya harap semuanya tidak berpikir jawaban saya main-main
di sini. Dari sisi seorang investor, merupakan keputusan salah untuk
menikahimu.
Jawabannya mudah saja, saya coba
jelaskan, Anda coba tempatkan “kecantikan” dan “uang” secara bersisian, dimana
anda mencoba menukar kecantikan Anda dengan uang: pihak A menyediakan
kecantikan, dan pihak B membayar untuk itu, hal yang masuk akal kelihatannya.
Tapi ada masalah disini, kecantikan Anda akan menghilang, tapi uang saya tidak
akan hilang tanpa ada alasan yang jelas.
Faktanya, pendapatan saya mungkin akan
meningkat dari tahun ke tahun, tapi anda tidak akan bertambah cantik tahun demi
tahun. Karena itu, dari sudut pandang ekonomi, saya adalah aset yang akan
meningkat, dan anda adalah aset yang akan menyusut. Bukan hanya penyusutan
normal, tapi penyusutan eksponensial.
Jika hanya (kecantikan) itu aset anda,
nilai anda akan sangat mengkhawatirkan 10 tahun mendatang. Dari aturan yang
kita gunakan di Wall Street, setiap pertukaran memiliki posisi, kencan dengan
anda juga merupakan posisi tukar. Jika nilai tukar turun, kita akan menjualnya
dan adalah ide buruk untuk menyimpan dalam jangka lama, seperti pernikahan yang
anda inginkan.
Mungkin terdengar kasar, tapi untuk
membuat keputusan bijaksana, setiap aset dengan nilai depresiasi besar akan di
jual atau “disewakan".
Siapa saja yang mempunyai penghasilan
tahunan $500rb, jelas bukan orang bodoh, kami hanya mau berkencan dengan Anda,
tapi tidak akan menikahi Anda.
Saya akan menyarankan agar anda lupakan saja untuk mencari cara menikahi orang kaya. Lebih baik anda menjadikan diri anda kaya dengan pendapatan $500rb/tahun.
Saya akan menyarankan agar anda lupakan saja untuk mencari cara menikahi orang kaya. Lebih baik anda menjadikan diri anda kaya dengan pendapatan $500rb/tahun.
Ini kesempatan yang jauh lebih mungkin
daripada mencari orang kaya yang bodoh. Karena tidak ada pria sukses yang
bodoh. Mudah-mudahan balasan ini dapat membantu. Tapi jika Anda tertarik untuk
servis “sewa pinjam,” hubungi saya.
Ttd,
J.P. Morgan
(Pendiri dari salah satu bank terbesar di Amerika yaitu J.P MORGAN CHASE BANK)
J.P. Morgan
(Pendiri dari salah satu bank terbesar di Amerika yaitu J.P MORGAN CHASE BANK)
Jawaban yang masuk akal dan memberikan
pencerahan bahwa kecantikan fisik tidak boleh dipandang sebagai aset yang akan
memberikan kemudahan hidup. Yang paling berharga adalah Inner beauty (watak,
cara berpikir, kepribadian), sebuah aset yang tidak akan menyusut untuk 10 - 30
tahun kemudian.maksudnya kecantikan fisik tidak bisa dipakai sebagai aset untuk
hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar