“Adveniat regnum Tuum – Datanglah
kerajaanMu!”
Itulah harapan iman yang kita daraskan
dalam doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus.
Hari ini, Yesus sendiri mengajarkan
perumpamaan KerajaanNya seperti biji sesawi dan ragi, yang ternyata mengandung
tiga syarat dasar supaya kerajaanNya sungguh datang di tengah carut marut hidup
harian kita, antara lain:
1.Simplicitas-Sederhana:
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Biji sesawi (“SEderhana, SAbar dan manusiaWI”)
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Biji sesawi (“SEderhana, SAbar dan manusiaWI”)
Biji sesawi dapat berasal dari 3 jenis
tanaman yang berbeda: biji sesawi hitam (nigra), biji sesawi Indian berwarna
coklat (juncea) dan biji sesawi putih/kuning (hirta/sinapis alba). Diameter
biji sesawi kurang lebih 1 milimeter. Biji sesawi juga biasa dipakai sebagai
bahan penyedap makanan.
Namun biji ini dapat tumbuh menjadi
pohon besar. Nah, sebagaimana biji sesawi yang merupakan biji terkecil dapat
tumbuh dan menjadi pohon yang terbesar demikian juga Kerajaan Allah: meskipun
pada mulanya kecil namun akhirnya akan tumbuh menjadi besar (Dan 4:12 dan Yeh.
17:23 dan 31:6).
2.Integritas-Keseluruhan:
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." Bukankah kedamaian Kerajaan Surga berlangsung secara perlahan namun nyata dan menyeluruh? Seperti “ragi” (“RAjin berbaGI), proses transformasinya tidak selalu kelihatan mencolok, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas dan tegas terlihat.
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." Bukankah kedamaian Kerajaan Surga berlangsung secara perlahan namun nyata dan menyeluruh? Seperti “ragi” (“RAjin berbaGI), proses transformasinya tidak selalu kelihatan mencolok, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas dan tegas terlihat.
3.Fraternitas:
Kerajaan Allah dimengerti sebagai realitas yang membuat terwujudnya “syalom” (damai): seperti burung yang terlindung dengan nyaman dalam cabang-cabang pohon sesawi yang bertumbuh besar dan seperti ragi yang meresap dalam tepung terigu sehingga menjadi roti yang enak dinikmati. Inilah suasana “syalom” yang didasari semangat persaudaraan, ketika yang tawar dan hambar menjadi benar benar hangat dan bermanfaat.
Kerajaan Allah dimengerti sebagai realitas yang membuat terwujudnya “syalom” (damai): seperti burung yang terlindung dengan nyaman dalam cabang-cabang pohon sesawi yang bertumbuh besar dan seperti ragi yang meresap dalam tepung terigu sehingga menjadi roti yang enak dinikmati. Inilah suasana “syalom” yang didasari semangat persaudaraan, ketika yang tawar dan hambar menjadi benar benar hangat dan bermanfaat.
“Abdullah berenang di sungai Gangga –
Ciptakanlah kerajaan Surga.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
NB:
Bicara soal surga, itu adalah sebuah tempat di alam akhirat yang dipercaya sebagai lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat kebajikan.
Bicara soal surga, itu adalah sebuah tempat di alam akhirat yang dipercaya sebagai lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat kebajikan.
Adapun akar katanya dalam beberapa
bahasa, antara lain: Sanskrit: Svarga; Jw: Swarga; Arab: Jannah, Hokkian:
Thian/天. Surga juga punyai nama lain, yakni Kahyangan. Istilah Kahyangan berasal
dari bahasa Jawa Kuno dan Sunda yang jika dipilah menjadi ka-hyang-an,
"tempat tinggal para Hyang/leluhur".
Dalam kacamata Islam, surga tertinggi
tingkatannya adalah Firdaus (فردوس) - Pardis (پردیس), dimana para nabi dan
rasul, martir dan orang saleh tinggal. Dalam kacamata iman kita, surga jelas
adalah kehidupan kekal, di mana Allah berada dan meraja.
Lewat hal inilah, Yesus tampak hadir
sebagai Tuhan yang benar-benar insani. Ia ajarkan hal ilahi dengan cara yang
manusiawi. Artinya: Tuhan dan kerajaanNya itu dekat dengan kita, tidak usah
menunggu kiamat tapi bisa tercipta setiap hari secara manusiawi dengan cara-cara
yang manusiawi juga, seperti: mudah bersyukur dan berterimakasih, suka berbagi
dan memuji, sabar dan bersikap jujur dll.
KerajaanNya bekerja secara tersembunyi
dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah
kita yang menerima kehidupan baru yang ditawarkan Yesus Kristus kepada kita.
Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus:
Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
Lebih lanjut, Yesus menjelaskan perihal
Kerajaan Surga (Sanskrit: Svarga, Jw: Swarga, Hokkian: Thian, 天) sebanyak tujuh
kali perumpamaan dalam sebuah bab di Injil Matius (Bdk. Mat 13): BagiNya, surga
itu datang dengan sederhana dan lewat hal-hal sederhana, seperti seorang
penabur benih, gandum di tengah ilalang,
biji sesawi, ragi, harta terpendam, mutiara dan hari ini ditegaskan surga
seperti jala/pukat berisi ikan yang baik.
Hari inilah, kita diutus untuk berjuang
menciptakan surga secara nyata, dengan:
menjadi “benih” yang berakar bertumbuh dan berbuah,
menjadi “gandum” yang hidup di tengah lalang,
menjadi “sesawi” yang menyejukkan karena SEderhana-SAbar dan manusiaWI,
menjadi “ragi” yang mengembangkan kebaikan karena RAjin berbaGI, memiliki “harta terpendam” yang penuh HARapan dan sukaciTA,
memiliki “mutiara yang berharga” karena setia “MUliakan Tuhan-TIngkatkan iman+ARAhkan ke tujuan, serta berjuang
menjadi “ikan yang baik” di dalam pukat/jalanya Tuhan.
menjadi “benih” yang berakar bertumbuh dan berbuah,
menjadi “gandum” yang hidup di tengah lalang,
menjadi “sesawi” yang menyejukkan karena SEderhana-SAbar dan manusiaWI,
menjadi “ragi” yang mengembangkan kebaikan karena RAjin berbaGI, memiliki “harta terpendam” yang penuh HARapan dan sukaciTA,
memiliki “mutiara yang berharga” karena setia “MUliakan Tuhan-TIngkatkan iman+ARAhkan ke tujuan, serta berjuang
menjadi “ikan yang baik” di dalam pukat/jalanya Tuhan.
Bukankah tak ada hal yang lebih
membahagiakan selain, bertemu dengan Allah, lalu sesudah itu memantulkan cahaya
wajahNya kepada orang lain?
Mat 17:20:
“Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu.”
“Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu.”
Ite missa est . Pergilah kamu diutus!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar