Men build too many walls and not enough bridges
Manusia membangun terlalu banyak dinding dan tidak cukup jembatan
Buku “FAMILY WAY” (RJK, KANISIUS).
KUNCI,
Kuasa Untuk Nampakkan Cinta Ilahi
Bisa saja kita memberi tanpa mencintai,
tapi mustahil mencintai tanpa memberi.
– It’s possible to give without loving, but it’s impossible to love without giving.
Suatu ketika, Lao Tsu sedang bepergian dengan murid-muridnya dan mereka menemukan hutan dimana para penebang pohon sedang menebangi semua pohon, kecuali sebuah pohon besar dengan ribuan cabang. Pohon itu begitu rindang hingga banyak orang bisa berteduh di bawahnya. Waktu murid-murid Lao Tsu disuruh bertanya kenapa pohon itu tak ditebang, para penebang berkata, “Pohon ini sama sekali tak berguna. Mau bikin apa dari pohon seperti ini karena setiap cabangnya penuh benjolan dan tidak lurus”. Waktu jawaban itu disampaikan pada guru, Lao Tsu tertawa. “Jadilah seperti pohon itu. Bila kau tampak cantik dan tanpa cacat benjolan kau akan menjadi komoditi di pasar. Jadilah seperti pohon yang tak ditebang ini yang meskipun kelihatan tak berguna, tapi sesungguhnya ia memberi kesejukan bagi banyak orang”.
Saya hidup di sebuah keluarga Katolik sederhana yang kental dengan akar budaya Jawa. Orang tua saya adalah Lao Tsu (pengajar): bapak saya adalah seorang dosen, sedangkan ibu saya adalah seorang guru yang mengajar setiap hari bahkan kadang sampai sore. Karena hal itulah, maka kerap kami saling membawa kunci rumah sendiri-sendiri, supaya kami tidak saling menunggu untuk masuk ke dalam rumah. Suatu hari, ketika saya lupa membawa kunci, maka saya harus menunggu bapak ibu pulang untuk bisa masuk ke dalam rumah karena semua pintu dalam keadaan terkunci. Bagi saya, kunci itu cukup mendapat banyak tempat kenangan dalam nostalgi kisah dan kasih keluarga kami. Kunci itu juga seperti pohon yang tak ditebang dalam cerita di atas: kelihatannya kecil dan biasa, tapi memberikan pemaknaan bagi kami sekeluarga.
Saat ini, saya sendiri juga mau berbincang lebih jauh soal kunci dalam sebuah keluarga. Di rumah saya, ada banyak kunci soal dan kunci jawaban karena bapak-ibu saya sebagai guru memang kerap menyiapkan soal ulangan umum buat anak-anak muridnya. Selain itu, kami sekeluarga juga memiliki beberapa kunci, antara lain: kunci inggris, kunci lemari, kunci dapur, kunci telpon, kunci sepeda, kunci motor, juga kebetulan dulu ada seorang juru kunci yang tinggalnya dekat dengan rumah kami.
Kunci sendiri bagi saya bisa berarti, “Kuasa Untuk Nampakkan Cinta Ilahi.” Bicara soal kuasa untuk nampakkan cinta ilahi, cinta yang tidak selalu ilahi sendiri kerap lebih didominasi oleh gelora perasaan dengan pelbagai macam intensi/motivasi, bukan? Majalah Intisari pernah mengungkap-lengkapkan bahwa mencari relasi cinta lewat internet telah mencapai 10.000 pelanggan per bulan di Indonesia. Tetapi laporan-laporan selanjutnya mengatakan bahwa hanya sekitar 3% yang bermuara ke perkawinan sejati. Yang lainnya kebanyakan hanya iseng atau bermuara ke bentuk cinta yang “banal”: perselingkuhan gaya baru. Penyimpangan ini menyebabkan pada bulan Juli 2003, Microsoft sempat menutup saluran chat room-nya, karena terbukti mengakibatkan praktek penyimpangan seksual pada para penggunanya, yang 85% adalah remaja di bawah usia 16 tahun. Ditengarai juga bahwa mencari relasi cinta lewat biro jodoh dan iklan hanya 3% - 5% berhasil. Semua fenomen ini terjadi, karena bisa jadi mereka tidak memiliki “kunci”.
Memang ada beberapa definisi kunci soal cinta. Beberapa diantaranya yang saya angkat, yakni:
1. Hidup tanpa cinta adalah ibarat pohon tanpa bunga atau buah -- "Life without love is like a tree without blossoms or fruit." -Kahlil Gibran, "The Vision"
2. Melihat masa lalu, ada satu hal yang kusesali, bahwa terlalu sering ketika aku mencintai, aku tak mengatakannya. -- "Looking back, I have this to regret, that too often when I loved, I did not say so." -David Grayson
3. Obat segala penyakit, kesalahan, kekhawatiran, kesedihan, dan kejahatan kemanusiaan, semua terletak pada satu kata ‘cinta.’ -- "The cure for all ills and wrongs, the cares, the sorrows and the crimes of humanity, all lie in the one word 'love.' It is the divine vitality that everywhere produces and restores life." -Lydia Maria Child
4. Satu-satunya hal yang tidak normal adalah ketakmampuan mencintai. -- "The only abnormality is the incapacity to love." -Anais Nin
5. Dalam sentuhan cinta, setiap orang menjadi pujangga -- "At the touch of love everyone becomes a poet." -Plato
6. Takut akan cinta berarti takut akan kehidupan, dan mereka yang takut kehidupan sudah ¾ mati -- "To fear love is to fear life, and those who fear life are already three parts dead." -Bertrand Russell
7. Bila kau mengadili orang, kau tak punya waktu untuk mencintai mereka. -- "If you judge people, you have no time to love them." -Mother Theresa
8. Cinta berarti bersedia memberi sampai menyakitkan. love means to be willing to give until it hurts.-- Mother Teresa
9. Cinta, bukan akal, yang lebih kuat daripada kematian. It is love, not reason, that is stronger than death. -- Thomas Mann
10. Kau baru memahami cinta tatkala kau membuat seseorang bahagia, kendati kau bukan menjadi bagian dari kebahagiannya. -- You know its love when all you want is that person to be happy, even if you're not part of their happiness.-- Jean Zheng
11. Hanya dengan hati kita dapat melihat dengan jelas: sesuatu yang hakiki tak tampak oleh mata – It’s only with the heart one can see clearly; what’s essential is invisible to the eye.
12. Hidup akan bermakna, bila manusia mau memberi, dan tidak mengambil -- Hubert Selby
13. Cara tercepat untuk mendapatkan cinta adalah dengan memberinya, cara tercepat untuk kehilangan cinta adalah dengan menggenggamnya sekencang mungkin
14. Cinta berarti jangan menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan. --Ibu Teresa
15. Kegelapan bisa menyembunyikan pohon, batu dan apa saja. Tetapi kegelapan tidak bisa menyembunyikan cinta.--
16. Cinta berarti mencintai yang terlupakan-terabaikan, kalau tidak begitu itu bukan kebajikan – G.K. Chesterton
17. Jatuh cinta terdiri melulu dari membuka botol imajinasi dan menyimpan rasio dalam botol yang sama -- Falling in love consists merely in uncorking the imagination and bottling the common sense. --Helen Rowland
18. Usia tidak melindungi kau dari cinta. Tapi cinta, sampai batas tertentu, melindungi kau dari usia. -- "Age does not protect you from love. But love, to some extent, protects you from age." -- Jeanne Moreau
19. Kecuali hidupmu adalah untuk orang lain, hidupmu sia-sia. – Unless life is lived for others, it is not worthwhile. – Mother Teresa
Disinilah menjadi jelas, bahwa setiap pribadi yang siap menampakkan cinta ilahi mesti memiliki pelbagai kunci cinta di atas. Tapi, sesungguhnya pelbagai kunci yang begitu banyak di atas itu sendiri bisa kita miliki dengan cara sederhana sekaligus kaya makna, yakni: semakin mengenal dan mendalami esensi Sepuluh Perintah Allah.
Bicara soal Sepuluh Perintah Allah: Dalam dunia Perjanjian Lama, terlebih dalam Kitab Taurat (Keluaran 20:1-17 dan Ulangan 5:4-22) tercantumlah teks tentang Sepuluh Perintah Allah ini (The Ten Commandments). Kesepuluh Perintah Allah ini pada awalnya tertulis pada dua loh batu yang dibawa oleh Nabi Musa ketika turun dari Gunung Sinai. Gunung Sinai sendiri (juga dikenal dengan nama Jabal Musa جبل موسَى dalam bahasa Arab) adalah sebuah gunung yang terletak di Semenanjung Sinai di Mesir. Tingginya 2.285 meter dan berada di barisan pegunungan di sebelah selatan semenanjung tersebut
Sebetulnya esensi Sepuluh Perintah Allah itu sendiri terbagi dari dua bagian besar kunci. Bagian kunci pertama, berisi empat perintah (Kel 20:3-11), yakni hubungan manusia dengan Allah pada bagian kiri. Bagian kunci kedua, berisi enam perintah (Kel 20:12-17), yakni hubungan manusia dengan manusia pada bagian kanannya. Sepuluh Perintah Allah ini disadari atau tidak disadari menjadi kunci inti bagi semua anggota keluarga apa pun agamanya.
Dalam dunia Perjanjian Baru, terlebih dalam Roma 2:12-16, disebutkan bahwa Tuhan sudah menuliskan Sepuluh Perintah-Nya ini (Hukum Taurat) dalam hati sanubari setiap manusia. Dalam Injil, ditegaskan juga bagaimana Yesus datang untuk menggenapi semua yang dilambangkan dalam Kitab Taurat. Dalam Injil, esensi Sepuluh Perintah Allah tersebut juga diringkas-bernas oleh Yesus menjadi dua perintah utama bagi kita. “Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:37-40).
Maka, berangkat dari konteks dunia Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru inilah, secara clara et distincta – jelas dan terpilah-pilah dapat dikatakan bahwa:
- Perintah pertama sampai dengan keempat dalam Sepuluh Perintah Allah menjadi Hukum Kasih kepada Allah. Seperti contohnya,“Jangan ada ilah lain, jangan membuat patung berhala dan menyembahnya, jangan menyebut nama Allah dengan sembarangan, serta kuduskan dan hormati hari Sabat. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Bdk. Ulangan 6:4-5).
- Perintah kelima sampai dengan kesepuluh dalam Sepuluh Perintah Allah menjadi Hukum Kasih kepada sesama manusia. Seperti contohnya, “Hormatilah orangtuamu, jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan berdusta, dan jangan mengingini milik sesama.” Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Dkl: Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat, bukan? (Bdk. Roma 13:9-10).
Sangatlah tepat yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, “dimana ada cinta disitu ada kehidupan -- "Where there is love there is life.”
Jelasnya, lewat Sepuluh Perintah Allah ini kita sebagai sebuah anggota keluarga diajak memiliki dua buah kunci cinta yang pokok, yakni: kasih kepada Allah dan sekaligus kasih kepada sesama: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yohanes 13:34). Bukankah kasih itu adalah kasih yang dapat dirasakan oleh hati, kasih yang dapat dilihat oleh orang buta, dan kasih yang dapat didengar oleh orang tuli? Kalau begitu, apakah kedua jenis kunci kasih ini sudah juga tumbuh mekar-berkembang dalam taman bunga keluarga kita masing-masing?
“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga.
Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga
dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga."
Yesus Kristus, Matius 16:19
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar