Ads 468x60px

Senin, 02 Januari 2017

St. Basilius Agung & Gregorius dr Nazianze
1Yoh. 2:22-28; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Yoh. 1:19-28.

"Nosce te ipsum - Kenalilah dirimu sendiri!"
Inilah kalimat yg tertulis di gerbang pintu masuk Kuil Apollo Yunani. Inilah juga yg menjadi ajakan Yohanes ketika menjawab pertanyaan banyak orang Yahudi hari ini: ‘Siapakah Engkau?’

Adapun Yohanes mewartakan identitas+kualitasnya secara tulus dan lurus dg 3 jln iman, yakni:

1.“Aku bukan Mesias!":
Ia mewartakan "veritas", kebenaran diri yg asli+tdk mengada-ngada, yg tulus+mengakui keterbatasan diri.

2."Akulah suara orang yg berseru-seru di padang gurun":
Ia mewartakan "humilitas", kerendahan hati yg membuatnya sadar bahwa hidupnya adlh "instrumentum cum Deo", sebuah "suara" atau "alat" dlm rencana karya Allah yg lebih besar.

3."Luruskanlah jalan Tuhan”:
Ia mewartakan "simplicitas", sebuah kesederhanaan hidup dng terbiasa hidup setia+lurus dlm nama Tuhan, tdk menjadi org yg "EGP-Emang Gue Pikirin" atau "HIV-Hemang Ike Vikirin", tdk menjadi orang yg penuh dng ketertutupan+pergunjingan tp org yg penuh dng keterbukaan+persahabatan.

Ya, semoga di tahun 2017 ini, kita juga memiliki semangat ala Yohanes, yakni "kebenaran-kerendahan hati+kesederhanaan dalam kata+tindakan nyata kita setiap hari karena diyakinkan dengan kata-kata Yesus sendii bahwa Ia senantiasa menyertai kita sampai kepada akhir zaman (Mat 28,20).

"Cari baju di Bali - Mari maju bersama Yg Ilahi."
Tuhan memberkati+Bunda merestui.
Fiat Lux!


NB:
"Aku adalah suara orang yang berseru di padang gurun"

"Simplicitas et humilitas – Kesederhanaan dan kerendahan hati."
Itulah dua sikap dasar Yohanes Pembaptis, anak dari Elisabet dan Zakharia. Ia disimbolkan sebagai pertapa yang mengenakan pakaian dari bulu hewan, bersanding dengan seekor domba. Ia bergelar Pembaptis karena tugasnya membaptis banyak orang menjelang datangnya Yesus.

Dalam KGK bab II No.523:
“Ia adalah perintis Tuhan yang langsung untuk menyiapkan jalan bagiNya. Sebagai "nabi Allah yang mahatinggi" (Luk 1:76), ia menonjol di antara semua nabi. Ia adalah yang terakhir dan sejak itu Kerajaan Allah diberitakan. Ia sudah bersorak dalam rahim ibunya tentang kedatangan Kristus dan ia bergembira sebagai "sahabat mempelai" (Yoh 3:29), yang ia lukiskan sebagai "Anak Domba Allah" (Yoh 1:29). Ia juga mendahului Yesus "dalam roh dan kuasa Elia" (Luk 1:17). Ia memberikan kesaksian lewat khotbah-baptisan-pertobatan dan mati syahidnya.”

Nah, kalau di seminari, ada motto “3 S-Sanctitas-Sanitas+Scientas" dan jika di paroki, ada metode "3S: senyum–sapa-salam”, ternyata "3S" juga menjadi "core values-nya agar mempunyai "simplicitas+humilitas" seperti yang saya tulis dalam buku "TANDA" (RJK, Kanisius), al:

1."Sederhana":
Ia tinggal di padanggurun. Ia memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit. Makannya cuma belalang dan madu hutan. Ia mengakui dengan rendah hati bahwa ia bukan Mesias atau Nabi yang akan datang. Dengan sederhana, ia mengatakan bahwa ia cuma "suara" yang berseru-seru di padang gurun

2."Setia":
Dia tinggalkan orangtuanya dan hal-hal lainnya demi tugas perutusan. Ia setia selalu siapkan jalan bagi Tuhan walau kadang terluka-kecewa, sepi dan disalahpahami. Apalagi tak lama setelah pembaptisan Yesus, ia dipenjarakan karena berani mengecam pernikahan Herodes Antipas dengan Herodias, isteri saudara sepupunya (Mat 14:1-12, Mrk 6:14-29, Luk 9:7-9).

3."Sabar":
Di usia 27 tahunan, ia muncul sebagai pengkhotbah yang terus berseru:“Bertobatlah, luruskanlah jalan untuk Tuhan.” (Yoh 1:23). Walau banyak orang yang kebal dan bebal hati, dia sabar untuk terus berseru di padang gurun dan seluruh daerah Yordan. Sudahkah kita juga mempunyai "3S", Sederhana-Setia dan Sabar?

"Beli nasi di Parangtritis - Mari bersaksi brsama Yohanes Pembaptis".
Tuhan memberkati + Bunda merestui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar