Beatifikasi Justus Takayama Ukon - "SAMURAI KRISTUS".
Sebuah "sangkar besi", tidak bisa mengubah Rajawali menjadi seekor Nuri.
Rajawali adalah pacar langit, dan di dalam sangkar besi, Rajawali merasa pasti bahwa langit akan selalu menanti. -
Pada tanggal 7 Februari yang lalu, beatifikasi Justus Takayama Ukon, Martir Kristus dari Jepang, telah menjadi kenyataan.
Di Osaka, Misa Kudus Beatifikasi dipimpin oleh Kard. Angelo Amato, Prefek dari Kongregasi Penyebab Orang Kudus, yang mengatakan bahwa "Beato Justus Takayama Ukon adalah saksi dari iman Kristen yang luar biasa pada masa-masa yang sulit, penuh pertentangan dan penganiayaan".
Beato Justus adalah satu-satunya penerima Kehormatan Altar secara tunggal di dalam sejarah agama Katolik Jepang. Memang dari Jepang ada 42 Santo dan 393 Beato, semuanya adalah Martir dalam periode Edo (1603-1867) dan semuanya diperingati oleh Gereja secara berkelompok (bukan secara tunggal).
Di Jepang, ada perkataan yang setiap tahun diulang dalam rangka peringatan jatuhnya bom atom: "Hiroshima berteriak, Nagasaki berdoa". Protes-protes di kota pertama yang menjadi korban bom, doa-doa didaraskan di kota kedua. Ini adalah fakta yang membuktikan kehadiran di negara Matahari Terbit dari "kawanan kecil" Kristen yang telah mampu bertahan selama berabad-abad dalam penganiayaan, menawarkan sebuah kesaksian yang mengajarkan tentang keheningan yang bermartabat.
Sikap seraphic ini diringkas dalam ekspresi patung dari Justus Takayama Ukon yang ada di Osaka. Seorang prajurit dengan tampilan gagah dan rambut dikuncir di belakang kepalanya dan di tangannya sebuah katana (pedang samurai) dengan Salib diatasnya.
Sebuah penghormatan dari seorang samurai untuk melayani Kristus. Itulah Justus Takayama Ukon, yang dianiaya demi mengikuti Injil di Jepang pada abad XVI. Menikah dan ayah dari lima anak, dibaptis menjadi Kristen saat berusia 12 tahun, ketika sang ayah mengalami pertobatan - dibaptis mengambil nama Dario dan memberikan nama Justus kepada anaknya - berkat pewartaan Injil dari seorang imam misionaris Jesuit pemberani, St. Fransiskus Xaverius, yang dulu ikut dalam penjelajahan samudra oleh bangsa Portugis ke Asia.
Supaya tidak mengkhianati iman Kristen, Justus Takayama Ukon beberapa tahun kemudian rela kehilangan semua gelar, jabatan dan pengakuan yang pernah diterimanya dan diwariskan kepadanya dari keluarganya dan rela mati dalam pengasingan.
Ketika itu, dinasti Takayama Tomoteru merupakan dinasti yang sangat berkuasa, mereka adalah tuan-tuan dari kastil di Sawa dan semua wilayah Takatsuki.Mereka adalah orang-orang yang kaya akan uang dan memiliki semangat prajurit.
Justus Takayama Ukon, seperti juga semua sanak-keluarganya, menjalani praktek bushido "jalan pedang", yang menerapkan disiplin militer dan standar moral yang sangat ketat. Ia juga seorang daimyō atas nama kekaisaran, oleh karena itu memiliki hak untuk memiliki para prajurit pribadi.
Jepang di mana ia hidup dulu (sekitar tahun 1580) dipimpin oleh shogun (diktator) Toyotomi Hideyoshi, yang dikenal juga dengan sebutan "pemersatu kedua dari tanah air". Pada tahun-tahun itu, berdatangan pula para misionaris awal, pengkotbah Kristen yang dipimpin oleh St. Fransiskus Xaverius. Khususnya di wilayah Nagasaki, mereka berhasil membawa kepada Kristus banyak orang, terutama keluarga-keluarga samurai yang berkuasa.
Namun demikian, pada tahun 1587, Hideyoshi memutuskan untuk membatasi apa yang disebut "agama Barat". Penyiksaan, pemerasan, pemaksaan pengunduran diri dan kekerasan memaksa sebagian besar orang-orang Kristen baru untuk meninggalkan iman.
Tetapi Justus Takayama Ukon dan ayahnya sebaliknya tetap bertahan. Mereka bersedia menghadapi kematian dan penghinaan namun menolak meninggalkan ajaran Kristen, mereka mengembalikan kepada kaisar semua tanah milik dan penghormatan militer.
Mereka menghadapi kehidupan yang sulit sampai tahun 1614, ketika kaisar memutuskan untuk melarang semua yang berhubungan dengan agama Kristen. Maka, Justus memilih jalan pengasingan, dan bersama dengan 300 orang Kristen lainnya, mereka pindah ke Manila.
Di Filipina inilah, ia menemukan dukungan dari umat Katolik setempat, para Imam Yesuit dan kekuasaan kolonial Spanyol. Ia meninggal di Manila hanya empat puluh hari setelah kedatangannya, tanggal 4 Februari 1615.
Pada saat pemakaman Katolik ia dianugerahi penghormatan militer tertinggi. Juga di Jepang, tanah airnya, ia meninggalkan sebuah jejak yang bertahan sampai saat ini.
Sebelum mengasingkan diri, ia turut membiayai pendirian berbagai seminari di wilayah Nakasaki, komunitas-komunitas kecil yang memiliki tugas memelihara api Kristen agar tetap hidup selama berabad-abad. Sampai saat ini Nakasaki merupakan wilayah di mana terdapat jumlah besar para pengikut Kristus. Ingatan akan Justus Takayama Ukon tetap hidup dalam diri mereka.
Sejak abad XVII, berkat seorang imam di Manila, sudah diupayakan untuk membeatifikasi "samurai Kristus" ini. Namun karena kebijakan isolasionis dari Keshogunan Tokugawa, tidak lagi memungkinkan untuk mendapatkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk penyelidikan kanonik.
Pada tahun 1965 ada upaya kedua, yang sia-sia akibat beberapa kesalahan dari bentuk dalam penyusunan penyebab kekudusan ini.
Akhirnya, beatifikasi Justus Takayama Ukon, Martir Kristus dari Jepang, telah menjadi kenyataan pada tanggal 7 Februari. Kard. Angelo Amato mewakili Paus Fransiskus memimpin Misa Kudus upacara beatifikasi di Gereja Katolik di Osaka yang dihadiri sekitar 12.000 umat dan mengatakan, "Para martir ini memberkati Gereja Jepang dengan kesaksian mereka yang mengaggumkan." Sebuah cahaya yang bersinar untuk menghormati Justus Takayama Ukon, sang "Samurai Kristus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1). Pada bulan Februari 2016 yang lalu di kota Roma telah berlangsung pameran "Churches and Christian Sites of Nagasaki”. Komentar dari NAOTO MIYATAKE Assistant to the Nagasaki Governor (Japan):
"The history of Christian Japanese started in the 16th century, which was when the religion arrived to Japan. It has continued for 400 years until now. During these 400 years, there have been strong bans. Despite this, there were still many Christians. Later, in the 19th century, when the government began to lift some of the bans, they began building churches in a mixed form, some with Western style and others in the Oriental style.” "Francis Xavier is widely known in Japan. He was the first person to bring Christian culture to Japan. First, he arrived in the Kagoshima province and then to Nagasaki, always as a Christian missionary. As school children, his name appeared in all of our history classes. All of the Japanese people, we know him.”
2). Film "Ukon the Samurai" telah memenangkan penghargaan THE BEST SHORT DOCUMENTARY FILM dalam RUSHDOC FILM FESTIVAL di Los Angeles.
3). Film "Ukon the Samurai" juga menerima penghargaan mahkota bunga di Grand Prix Cinema di Bali, Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar