Ads 468x60px

"Beati pauperes spiritu - Berbahagialah mereka yang rendah hati".

"Beati pauperes spiritu - Berbahagialah mereka yang rendah hati". (Hos 6:1-6; Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab; Luk 18:9-14)
Inilah salah satu inti bacaan ketika Yesus lebih mencintai pemungut cukai yang merasa berdosa dan merendahkan hati daripada orang farisi yang merasa suci dan tinggi hati.
Dalam bahasa Escriva: “Kita adalah kuas di tangan pelukis dan katakanlah kepadaku apa gunanya sebuah kuas jika ia tidak menuruti kehendak sang pelukis?
Alkitab sendiri sangat menjunjung sikap rendah hati: Ganjaran kerendahan hati adl kekayaan-kehormatan dan kehidupan (Ams 22:4) bahkan orang rendah hati akan mewarisi bumi: makan dan kenyang (Mzm22:7), dimahkotai dengan keselamatan (Mzm 149:4) dan menerima pujian (Ams 29:23).
Yang pasti: Kerendahan hati bukanlah suatu sikap yang sekadar menganggap diri penuh kekurangan tapi adalah suatu sikap yang merendah dan terbuka, yang menganggap orang lain sama penting dan mulianya dengan diri sendiri dan karena itu dengan ikhlas menghargai serta mengasihinya tanpa merasa hina/rendah.
Lebih dalam, kerendahan hati adalah suatu sikap hidup yang terus menerus membuka diri untuk dikoreksi dan tak pernah mengklaim kebenaran sebagai monopoli diri sendiri.
Pada akhirnya, kerendahan hati adalah sikap yang membuka diri kepada orang lain dan terutama Allah.
St. Hieronimus mengatakan: “Kerendahan hati adalah dasar dan perlindungan dari segala kebajikan. Jikalau orang rendah hati maka ia akan terlindung dari bahaya tapi jika tidak ada kerendahan hati, maka semua kebajikan bisa berubah menjadi jerat.”
St. Thomas mengatakan, “kerendahan hati menduduki tempat nomor satu dalam diri seseorang karena membuat Allah menjadi bebas untuk menyatakan diriNya kepadanya.”
Yesus sendiri memuji orang yang bersemangat “miskin”, yang merendah di hadapanNya: "Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Bagaimana dengan kita?
"Cari galah di Kalimati - Jadilah orang yang selalu rendah hati!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
“Fides et humilitas - Iman dan kerendahan hati"
Inilah dua semangat dasar bahwa Tuhan mencintai orang beriman yang rendah hati tapi sangat membenci yang tinggi hati.
Dalam buku saya “3 Bulan 5 Bintang 7 Matahari” (RJK, Kanisius), bukankah sebuah bangunan rohani membutuhkan fondasi kerendahan hati? Kita perlu hati-hati karena Iblis selalu masuk lewat celah cinta diri dan kesombongan hati kita.
Dengan kata lain: perbuatan baik kita bisa jadi ternoda karena cinta diri dan kesombongan. Doa-karya pelayanan dan matiraga itu baik, tapi jika hal baik itu tercemar cinta diri dan kesombongan maka bukan kebajikan lagi tapi malah menjadi titik lemah dan kejatuhan.
Inilah sikap munafik (penuh akal bulus) yang ditunjukkan oleh orang Farisi dan justru dipandang rendah oleh Tuhan karena orang sombong selalu menjadikan dirinya sebagai pusat dan mudah mencibir/memandang rendah orang lain.
Ingatlah nats nabi Yesaya 2:11: “Manusia sombong akan direndahkan - yang angkuh akan ditundukkan dan hanya Tuhan saja Yang Maha Tinggi.”
Sebaliknya, Tuhan mencintai orang yang rendah hati - yang selalu terbuka dan merasa hina - yang selalu mengharapkan belas kasihanNya. Inilah sikap munajat (berhati tulus) yang ditunjukkan oleh pemungut cukai yang merendah dan dibenarkan Tuhan.
Yang pasti, jika kita selalu memiliki “iman dan kerendahan hati”, bukankah benar bahwa setiap hari hidup kita akan diberkati oleh tangan Tuhan yang tak kelihatan?
"Cari arang di Kalimati - Jadilah orang yang selalu rendah hati".
2.
“Salva nos Domine - Selamatkanlah kami ya Tuhan!”
Inilah rahmat yang kita mohonkan dan ada tiga cara dasar untuk menjadi orang yang diselamatkanNya, antara lain :
A.Kebenaran:
Hal inilah yang terjadi pada si pemungut cukai yang datang dengan penuh kerendahan hati dan penyesalan diri. Ia menyadari diri tidak layak untuk diampuni, oleh karenanya ia hanya memohon belas kasihan. Tetapi, justru kesadaran diri berdosa dan tidak layaklah yang membuatnya dilayakkan menerima anugerah kebenaran.
B.Ketulusan:
Sikap inilah yang dihadirkan pemungut cukai, yakni sikap tulus dan jujur bahwa dirinya membutuhkan jamahan Allah. Sebaliknya, orang Farisi malahan hadir dengan tidak tulus.
Ia tidak menjadi “anak-anak” (child) tapi “kekanak-kanakan”(childish) karena begitu yakin akan kebenaran diri dan memandang rendah orang lain. Lihat saja, bagaimana ia melaporkan/memamerkan kepada Allah mengenai semua kewajiban agama yang telah dia laksanakan. Seolah-olah keberadaannya menjadi berkat bagi Allah, bukan sebaliknya.
C.Kegigihan:
Keutamaan yang didasarkan pada karakter Allah (Luk. 18:1-8) ini juga dialaskan pada kerendahan hati dan pertobatan (Luk. 18:9-17). Inilah cara kita mendekat pada Allah.
Di satu sisi, kita berdoa dengan gigih agar kuasa Allah dan keadilan-Nya dinyatakan. Di sisi lain, kita harus datang dengan kesadaran akan siapa kita di hadapan Allah.
Datang pada Allah bukan karena perbuatan baik atau karena segala sesuatu yang dimiliki, tetapi karena kebutuhan akan Allah yang penuh dengan kasih karunia.
"Dari Cikarang ke Kalimati -
Jadilah orang yang rendah hati."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar