Inilah pernyataan iman dalam lagu KUDUS yang kerap kita nyanyikan sebelum Doa Syukur Agung.
Adapun Yesus yang diberkati ini menegur para pemimpin Israel dan para hakim yang tidak diberkati: “Kamu adalah Allah?” Kalimat yang juga terdapat di dalam Mzm 82:6 ini diucapkanNya untuk para pemimpin dan hakim yang tidak benar karena membela orang fasik serta kejam terhadap anak-anak (Mzm 82:1-4).
Para pemimpin ini yang menganggap dirinya allah tidak akan diberkati tapi malahan akan menerima hukuman (Mzm 82:6-7), sebab memanglah "penghakiman berasal dari Allah"
(Ul 1:17; 19:17; Kel 21:6; Mzm 58).
(Ul 1:17; 19:17; Kel 21:6; Mzm 58).
Karena teguranNya dan sekaligus pernyataan bahwa diriNya bersatu dengan Allah membuatNya terancam dilempari batu oleh lawan-lawan-Nya karena dianggap menghojat.
Indahnya, waktu menghadapi perlawanan mereka, Yesus beralih dari perkataan-Nya kepada perbuatan-Nya. Perbuatan-Nya lebih mudah dipahami karena semua yang dibuatNya merupakan perbuatan baik: “Mungkinkah orang-orang Yahudi itu sungguh-sungguh hendak melempari seseorang karena perbuatan baik yang telah dilakukan-Nya?”
Pastinya, klaim Yesus yang diberkati dan bersatu dengan Allah dibuktikanNya bukan melalui teori tapi praktek, bukan melalui kata-kata tapi tindakan yang nyata. Inilah salah satu bukti orang yang diberkati dan yang datang dalam nama Tuhan dimana kata dan tindakannya selaras, doa dan karyanya serasi, hidupnya terus menaburkan pelbagai kebaikan di tengah aneka rintangan dan gosipan kehidupan.
Bagaimana dengan kita?
"Cari baju di Efesus - Mari maju bersama Yesus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Miserere nobis - Kasihanilah kami
1.
"Miserere nobis - Kasihanilah kami
Setiap nabi kerap mengalami “salib”: Yeremia (bac I) dan Yesus (Injil) mendapat "penolakan": Musuh-musuh bahkan "sobat" Yeremia merancang intrik dan taktik licik supaya ia tersingkir. Yesus juga dilempari batu oleh "sobat", yakni orang-orang sebangsanya sendiri.
Jelasnya, kita perlu meminta pengasihan Tuhan karena jangan-jangan kita yang malahan membuat "penolakan dengan "melempari batu" "yeremia/yesus" jaman sekarang dengan kata/warta dan sikap hidup kita yang penuh intrik taktik konflik akal bulus yang problematik yang banyak mengorbankan/nmenjatuhkan orang lain.
Adapun 3 semangat dasar untuk meminta pengasihan Tuhan, antara lain:
A. "Passio-penderitaan":
Sebagai muridNya, bukankah wajar kalau kita juga mengalami hal yang sama dengan guru kita: "dilempari batu"? Kita sudah banyak berbuat baik tapi masih saja kadang mengalami trilogi penyaliban seperti yang saya tulis dalam buku "357" (RJK, Kanisius), yakni "dicap jelek-disingkirkan-dikorbankan" bahkan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi "teladan/panutan".
Sebagai muridNya, bukankah wajar kalau kita juga mengalami hal yang sama dengan guru kita: "dilempari batu"? Kita sudah banyak berbuat baik tapi masih saja kadang mengalami trilogi penyaliban seperti yang saya tulis dalam buku "357" (RJK, Kanisius), yakni "dicap jelek-disingkirkan-dikorbankan" bahkan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi "teladan/panutan".
Ya, pastinya iman tidak melenyapkan "passio/derita", tapi sekaligus selalu memberi "consolatio/penghiburan" karena Tuhan selalu ada dalam derita hidup dan iman kita.
B. "Oratio-pengendapan":
Ia mengajak kita untuk selalu mencecap-recap dan mengunyah-kunyah semua "penyaliban dan pergulatan" dengan selalu bertekun dalam doa, bukankah dengan doa, tepatlah kataNya hari ini: "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa"?
Ia mengajak kita untuk selalu mencecap-recap dan mengunyah-kunyah semua "penyaliban dan pergulatan" dengan selalu bertekun dalam doa, bukankah dengan doa, tepatlah kataNya hari ini: "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa"?
C. "Actio-Tindakan":
Ia tidak ngambek/"muntaber-mundur tanpa berita" (Jawa: "mutung"), atau memaksakan kehendakNya bagi orang yang masih "tertutup" hatinya. Ia "just do it": Ia "pergi" dan terus bersaksi dengan "aneka perbuatan baik" kepada semua orang.
Ia tidak ngambek/"muntaber-mundur tanpa berita" (Jawa: "mutung"), atau memaksakan kehendakNya bagi orang yang masih "tertutup" hatinya. Ia "just do it": Ia "pergi" dan terus bersaksi dengan "aneka perbuatan baik" kepada semua orang.
Bagaimana dengan hidup kita sendiri?
“Makan bakut di Kramat Jati – Jangan takut Tuhan selalu memberkati.”
2.
"Homo homini lupus - Manusia adalah serigala buat sesamanya."
"Homo homini lupus - Manusia adalah serigala buat sesamanya."
Inilah kutipan dari Hobbes yang ditampilkan oleh banyak orang Yahudi terhadap Yesus pada bacaan hari ini. Mereka menjadi "serigala" yang ganas dan buas karena hati mereka sudah dipenuhi dengan iri dan dengki. Mereka membenci-memusuhi dan bahkan tega melempari Yesus dengan batu.
Di satu sisi, kita mungkin pernah/sedang menjadi "korban" seperti Yesus: dibenci-dimusuhi dan "dilempari batu" lewat kritikan-gosipan-fitnah dll. Di lain sisi, bisa jadi kita juga pernah/sedang menjadi "pelaku" seperti orang Yahudi, yang mudah memusuhi-membenci dan melempar batu kepada orang lain hanya karena sentimen dan iri hati. Batu-batunyapun bisa berupa kata-kata yang pedas dan sinis, sindiran-tuduhan/fitnahan yang memojokkan, sikap yang cenderung negatif dan suka menghakimi, dll.
Nah, entah kita pelaku/korban, marilah kita belajar memiliki beberapa sifat dasar, antara lain:
A."Bersyukur dalam pengharapan":
Di balik setiap masalah, Tuhan selalu setia untuk hadir dan menyertai kita lewat banyak hal baik dan orang yang baik pada kita.
Di balik setiap masalah, Tuhan selalu setia untuk hadir dan menyertai kita lewat banyak hal baik dan orang yang baik pada kita.
B."Bersabar dalam kesesakan":
Kita diajak untuk berdaya tahan karena semua perlu proses, kita tidak mudah jadi orang yang putus asa tapi selalu meyakini bahwa ada pelangi setelah hujan, dalam bahasa RA Kartini, "habis gelap terbitlah terang."
Kita diajak untuk berdaya tahan karena semua perlu proses, kita tidak mudah jadi orang yang putus asa tapi selalu meyakini bahwa ada pelangi setelah hujan, dalam bahasa RA Kartini, "habis gelap terbitlah terang."
C."Bertekun dalam doa":
Seperti Yesus yang membawa semuanya kepada Bapa, kita juga diajak terus bertekun dalam segala perbuatan baik dan doa-doa yang baik kepada Bapa sehingga kita lebih berhati-hati dan bermawas diri.
Seperti Yesus yang membawa semuanya kepada Bapa, kita juga diajak terus bertekun dalam segala perbuatan baik dan doa-doa yang baik kepada Bapa sehingga kita lebih berhati-hati dan bermawas diri.
"Dari sukabumi ke Jagakarsa - Ampunilah kami orang yang berdosa."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar