Ads 468x60px

DIAM - Dalam Iman Aku Menang

“DIAM - Dalam Iman Aku Menang”
(Buku “Tanda”, RJK – Kanisius)
Puasa bicara adalah lebih sulit daripada puasa biasa.
Menahan diri dari berbicara ternyata jauh lebih berat daripada menahan makan dan minum.
Lewat puasa bicara, sebetulnya kita dikondisikan untuk melakukan refleksi, melakukan permenungan, duc in altum (bertolak lebih dalam).
Dalam istilah khas seminari: silentium magnum (Bhs Latin: silentio, diam, puasa bicara, nyepi) laku ini selalu dilakukan para biarawan dan biarawati di lingkungan Gereja Katolik, biasanya setiap jam 22.00 sampai jam 08.00.
Selama silentium, kita diajak melakukan refleksi, semacam introspeksi diri, mendengarkan suara hati, membaca kitab suci dan melakukan permenungan batin (baca: pengendapan: internalisasi).
Meneladani Bunda Maria : “Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Lukas 2:19).
Seorang pemikir klasik Denmark, Soren Kiekegard, dalam The Seven Different Types of Prayer, mengatakan, “jika aku seorang ahli kejiwaan dan jika aku diijinkan untuk membuatkan resep bagi semua orang yang sakit di dunia, maka aku akan memberi resep mereka supaya mengusahakan keheningan dalam hidup mereka.”
Michelangelo, seniman Italia menyatakan bahwa buah karya seni besar tak lepas dari kesepian (hening).
Kesepian itu memungkinkan kita berdialog dengan diri kita sendiri dan tidak ikuti begitu saja apa yang menjadi model umum.
Hening membuat kita jadi mampu berpikir dan peka merasa.
RA.Kartini dari Jepara, juga mengutip kata-kata seorang perempuan tua yang menyuruhnya berdiam dan berpuasa: 'Melalui menahan diri dan tafakur, kita pergi menuju terang'.
Baginya, 'berpuasa adalah cara mengatasi yang jasmani oleh yang rohani; kesendirian adalah sekolah untuk tafakur”.
Tuhan sendiri, kata Bunda Teresa, sebetulnya bersahabat dengan diam.
Kembang tumbuh tanpa kata, bulan tanpa gaduh.
Biarawan/wati trapist di Rawaseneng dan Gedono Salatiga, menjalani hidup tanpa banyak bicara. Orang Jawa menyebut, mereka ‘berkata dalam hati’ (mbatin).
Orang Hindu menyebut sunyata (kosong/suwung).
“Karena bukan berlimpahnya pengetahuan yang memenuhi dan memuaskan hati, tetapi merasakan dan mencicipi perkaranya”
(Latihan Rohani no.2).

Sudahkah kita berdiam diri sejenak hari ini?
"Deus iluminatio mea - Tuhan adalah cahaya hidupku! "

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar