Ads 468x60px

ANTOLOGI RENUNGAN HIK


Aneka Ria Renungan HIK.
"Donato ergo sum - Aku berbagi maka aku ada."
Kis 5:34-42; Mzm 27:1.4.13-14; Yoh 6:1-15
Kisah mukjizat penggandaan lima roti dan dua ikan menunjukkan dinamika kasih yang mau dibagikan, seperti yang saya tulis dalam buku "HERSTORY" (RJK, Kanisius), kitapun dipanggil menjadi pribadi ekaristis yang siap untuk mengalami "4 DI-mensi", yakni: "DIpilih-DIberkati-DIpecah-DIbagi bagi".
Adapun tiga rumus iman supaya kita sebagai pribadi ekaristis bisa belajar berbagi dengan penuh "hik"- "harapan iman dan kasih", antara lain:
1. "A”: Awali dari apa yang ada":
Bukankah kita sudah punya "5 roti dan 2 ikan"? Ada 5 jari tangan di kiri juga di kanan. Ada 5 jari kaki di kanan juga di kiri. Ada juga 5 indera kita bukan? Ada 2 tangan, 2 kaki, 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung dll. Jangan tunggu tapi mulailah dari "2 tangan" dan "5 jari" kita. Sederhana bukan? Kasih yang mau dibagikan diawali dengan kerelaan hati untuk rela mempersembahkan milik yang kita sudah punyai kepada Tuhan.
2. "B”: Bagikanlah sepenuh hati":
Roti dan ikan ini dibagikan untuk 5000 orang laki-laki. Inilah simbol bahwa cinta yang dibagikan itu seharusnya terbuka bagi banyak org: tidak bersekat dan berjarak, melintasi batas sosio-historis, agama-budaya, suku dan latarbelakang karena jelaslah bahwa cintakasih adalah sesuatu yang universal dan bebas dari aneka kepentingan/"hidden agenda".
3. "C”: Cinta Tuhan yang akan mnyempurnakannya":
5 roti dan 2 ikan untuk 5000 orang adalah sesuatu yang mustahil, tapi dalam Tuhan tidak ada sesuatu yang mustahil: "Impossible" menjadi I'm possible". Ya, dalam segala niat dan karya baik, Tuhan tidak tinggal diam, Tuhan pasti yang akan selalu menyelenggarakannya, Deus providebit. Tugas kita hanyalah terus menabur kasih tanpa jemu kepada semuanya dan biarkanlah "invisible hand" - tangan Tuhan yang menyempurnakannya.
"Mas Sugi pergi ke Pulau Bidadari - Mari berbagi setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
“Panis Angelicus - Roti para malaikat.”
Itulah judul sebuah lagu berbahasa latin yang kadang dipakai dalam perayaan ekaristi.
Lirik lengkapnya:
Panis Angelicus fit panis hominum. Dat Panis caelicus figuris terminum.
O res mirabilis.
Manducat Dominum pauper servus et humilis
Roti malaikat menjadi roti manusia. Roti surgawi mendapat bentuk terbatas. Oh begitu mengagumkan.
Hamba yang miskin dan hina makan Tuannya.
Memang, ada begitu banyak roti yang kita kenal di mall atau resto: Ada roti tawar sampai roti tart, dari Bread Talk di Singapura, Bread In, J Co, Dunkin Donuts di Amerika, Holland Bakery sampai roti Unyil di Bogor.
Tapi "roti para malaikat" ini istimewa: “Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Maka dari itulah, saya mengartikan "roti" ini sebagai: “Rahmat Oleh Tuhan, yaitu Iman”.
Yesus dalam mukjizat penggandaan roti ini kadang disebutkan “naik ke atas gunung” dan “duduk” di situ dengan murid-murid-Nya. “Naik ke atas gunung” mengingatkan kita akan figur Musa yang naik ke atas gunung untuk menerima ‘Dekalog – 10 Perintah Allah’. Gunung sendiri adalah tempat favorit para nabi, terutama Musa.
Sedangkan kata “duduk” menjelaskan suatu kebiasaan bahwa para rabi biasanya duduk dulu, baru kemudian mengajar. Selain itu menggambarkan Yesus sebagai hakim, raja, dan imam. Mukjizat ini sendiri adalah satu-satunya mukjizat yang terdapat dalam keempat Injil: dalam Markus disebut dua kali, 6:31-44 dan 8:1-10; dalam Matius disebut dua kali juga, 14:13-21 dan 15:32-38; dalam Lukas disebut satu kali, 9:10-17; dalam Yohanes disebut satu kali di Yoh 6:1-15.
Mengapa juga ditampilkan roti dan ikan? Inilah sebuah kombinasi karya antara Allah dan manusia. Roti adalah makanan olahan (budaya dan karya manusia), sedangkan ikan adalah makanan alamiah (karya Allah). Di dalam ekaristilah, terkait dua hasil karya, ilahi dan insani. Keduanya menjadi tersatukan di tangan seorang pribadi bernama Yesus, dengan tiga keutamaan iman, al:
A. Bersyukur:
Secara sederhana, iman dalam kacamata Magisterium (kuasa/wewenang mengajar yang sah), berarti gratia, semacam karunia cuma-cuma dari Allah (grace-gratia-gratis).
Lewat roti ekaristi inilah (hosti: kurban), kita dipilih dan diberkati untuk mendapatkan rahmatNya. Bukankah ditampakkan dalam kisah ini, Yesus yang berkenan mengambil – memberkati - memecahkan dan memberikan roti pada kita. Demikian juga, para pastor melakukan hal demikian dalam Ekaristi, (Yun: eucharisteo, bersyukur), bukan?
B. Berbagi:
Dengan memberi, bukan dengan menerima, kita bisa menjadi kaya, bukan? Dalam mata iman, kita diajak menjadi roti bagi yang lain dengan siap “dipecah” dan “dibagi bagi”. Seperti Yesus yang tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, kita juga diajak untuk rela berbagi “5 roti” dan “2 ikan” yang ada pada kita dengan doa, kata dan tindakan nyata kita . Tidak cukup kita memiliki Yesus, kita harus juga membagi berkat itu kepada sesama yang berkekurangan, karena tak seorang pun sia-sia di dunia ini, ketika ia meringankan beban kehidupan bagi orang lain.
C. Bertanggung jawab:
“Kamu harus memberi mereka makan." Inilah perintah Yesus pada para murid. Ia ingin agar para murid-Nya peka dan ikut bertanggung jawab dengan segala “kekurangan” di sekitarnya. Bukankah segala hal dan usaha baik yang dipersembahkan kepada-Nya, diterima-Nya, diberkati, dilipatgandakan. Hasilnya? Lima roti dan dua ikan itu mengenyangkan 500 orang, bahkan sisa 12 bakul: ”Mulailah dari apa yang ada, bagikanlah sepenuh cinta dan biarkanlah Tuhan yang akan menyempurnakannya.”
“Pak Margi di Taman Asri – Mari berbagi setiap hari.”
2.
Ada tiga sikap yang bisa kita petik supaya mukjizat ilahi juga terjadi dalam peristiwa insani, antara lain:
A."Sukarela":
Mukjizat terjadi karena ada seorang anak kecil yang sukarela memberikan "5 roti dan 2 ikan" kepada Yesus. Bukankah kita juga sudah punya "5 roti" (5 indra, 5 jari tangan, 5 jari kaki dll) dan "2 ikan" (2 tangan+2 kaki dll). Roti dan ikan sendiri adalah kombinasi antara karya insani (roti/olahan mns) dan karya ilahi (ikan/olahan alam) yang disatukan secara sukarela. Sudah "sukarela"-kah atau masih "sukar rela"-kah kita?
B."Sukacita":
Ia mengambil roti dan mengucap syukur. Adapun bahasa Yunani untuk bersyukur adalah "eucharisteo, yang menjadi akar dari kata "ekaristi". Dengan kata lain: Kita diajak mempunyai hati dan hidup yang selalu bersukacita karena Tuhan berkenan menjadi daging "in carne", bersatu dengan kita.
C."Sungguh sungguh":
Kita diajak belajar untuk sungguh-sungguh menjadikan mukjizat penggandaan roti ini terjadi lagi secara nyata di hidup kita.
Karena, bukankah roti yang diambil dan disyukuri itu juga dibagikan kepada yang lain?
Dengan kata lain: Kita diajak untuk sepenuh hati "bersolider", menjadi roti yang juga siap dibagi-bagi secara sungguh kepada sesama.
Ya, lewat "roti para malaikat" yang sudah dibagikan pada "altar" ekaristi, kita juga diutus untuk sungguh menjadi "roti" yang siap untuk dipersatukan dan diteguhkan dan diutus di "pasar" kehidupan, menjadi gereja yang menerangkan/informing, mencerahkan/enlightening dan memerdekakan/liberating.
"Banyak bakat jadi penari - Jadilah berkat setiap hari."
3.
Alkisah, ada seorang profesor muda sengaja mendatangi seorang romo paroki dan bermaksud menertawakan imannya. Dia mulai bertanya, “Mo, bagaimana mungkin roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus ?” Romo itu menjawab, “Tentu saja bisa. Anda sendiri mengubah makanan menjadi tubuh dan darahmu, lalu kenapa tidak bisa melakukan hal yang sama?”
Namun, profesor itu tidak menyerah. Dia bertanya lagi, “Tapi bagaimana seluruh tubuh Kristus bisa masuk ke dalam hosti kecil itu ?” “ Sama seperti pemandangan yang luas di hadapanmu bisa masuk ke dalam mata yang kecil itu.” Jawab sang pastor.
Tapi lagi-lagi profesor itu masih belum menyerah, “Bagaimana bisa bahwa Kristus yang satu dapat hadir di semua gereja pada saat yang bersamaan ?” Romo itu lalu mengambil cermin dan memberikannya kepada profesor itu. Lalu memintanya menjatuhkan cermin itu sehingga pecah berkeping-keping. Romo itu berkata kepada sang profesor tersebut, “Anda hanya satu tapi sekarang anda bisa melihat wajahmu tercermin di dalam setiap keping cermin itu.” Dari ilustrasi kecil di atas, kita diajak mengingat bahwa Ekaristi adalah perayaan iman yang menerangkan (informing), sekaligus mencerahkan (enlightening), dan dengan demikian perayaan iman itu juga memerdekakan (liberating).
4.
"Credo - Aku percaya."
Kis. 5:27-33; Mzm. 34:2,9,17-18,19-20; Yoh. 3:31-36. BcO Kis. 7:1-16
Itulah nama lain dari syahadat iman yang kita ucapkan setiap misa mingguan.
Ya, kepercayaan kepada Allah itu seyogyanya mempengaruhi "capi/carapikir, capan-carapandang dan catin/cara bertindak", singkatnya, seperti yang saya tulis dalam buku "3 Bulan 5 Bintang 7 Matahari" (RJK, Kanisius), keberimanan itu seharusnya mewarnai "cahi/cara hidup" kita secara real-aktual dan operasional sehingga iman kita tidak berjalan di atas awan.
Adapun tiga syarat dasar orang yang percaya supaya memperoleh hidup kekal, antara lain:
a. "Humilitas/kerendahan hati":
Bukankah dengan hati yang terbuka dan miskin di hadapanNya, kita lebih berdaya makna, mudah menjadi peka dengan segala karya dan rencana Allah yang kadang juga tersamar?
b. "Fidelitas/kesetiaan":
Kita dipanggil bukan melulu untuk sukses, tapi juga untuk setia, karena dengan setia inilah kita lebih bisa hidup dengan berdayatahan, bahkan ketika banyak mengalami "salib": pergulatan dan pencobaan dalam kehidupan, terlebih ketika terjatuh/dijatuhkan karena dengki/irihati sesama kita.
c. "Veritas/kebenaran":
Inilah "core value" yang membuat kita bisa berdayaguna karena yakin bahwa Allah yang kita ikuti adalah Allah sang Kebenaran, maka kita juga diajak untuk berani berperasaan-berpikiran dan bertindak secara benar, tidak ada kepalsuan/kemunafikan, tidak ada intrik-taktik-konflik dan hal-hal problematik, yang ada hanyalah kejujuran/kepercayaan tulus yang berkobar-kobar bahwa Allah sang Kebenaran/Veritas benar-benar mencintai kita dan mengajak kita untuk mewartakan "veritas-veritas" kecil setiap harinya dengan pikiran-kata dan tindakan nyata kita.
"Ada buaya di Taman Sari - Kami percaya pada Allah setiap hari."
5.
"Potius sero quam numquam - Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali."
Inilah sebuah ajakan untuk terus bangkit dan berbenah menjadi lebih baik setiap harinya. Adapun, Yohanes Pembaptis juga terus bangkit dan memberi kesaksian tentang Yesus di hadapan murid-muridnya. Dengan kata lain: Kita juga diajak untuk terus bersaksi tentang Tuhan lewat setiap hal baik yang kita miliki.
Bagi saya, menjadi saksi ("Siap Ajarkan Kabar Sukacita Ilahi"), sendiri adalah panggilan kita semua yang sudah dibaptis. Lihatlah Kisah 1:8, bahwasannya kita diajak menjadi saksi mulai dari "Yerusalam, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi." Hal ini mengindikasikan beberapa ajakan supaya kita "siap mengajarkan kabar sukacita ilahi, antara lain:
A."Yerusalem":
Kita menjadi saksi, mulai dari lingkungan basis, keluarga dan para saudara seiman, yang ada di sekitar kita setiap harinya.
B."Yudea":
Kita diutus menjadi saksi bagi lingkungan masyarakat. sekitar, lintas agama dan budaya.
C."Samaria":
Kita menjadi saksi dan diutus untuk berguna bagi lingkungan masyarakat kecil, korban bencana/dunia yang miskin dan tersingkirkan, yang kadang dicap buruk dan dikambinghitamkan.
D."Ujung bumi":
Kita diajak menjadi saksi di setiap tempat dan saat, dimanapun dan kapanpun. Disinilah, kita diajak menjadi "surat surat cinta Kristus" yang terbuka dan dapat dibaca oleh semua orang.
"Makan nasi di Taman Safari - Mari bersaksi setiap hari."
6.
"Gloria Dei Vivens homo est - Kemuliaan Allah adalah kehidupan manusia."
Ya, kebangkitan Yesus menghadirkan kemuliaan bagi Allah sekaligus kehidupan bagi manusia. Inilah misteri iman Paska karena Yesus jelas hadir sebagai MESIAS, yang mulia dan hidup, yang dibenarkan dan dikembalikan kepada Allah (Kis 5:27-33).
Nah, pengenalan akan Yesus menyadarkan para murid bahwa Ia memiliki 3 identitas imani, antara lain: berasal dari Allah, diutus oleh Allah dan diangkat menjadi anak Allah.
Karena itulah, kepada yang percaya kepada Yesus, Dia memberikan hidup yg kekal (Yoh 3:31-36). Sebaliknya, yang tidak percaya pada Yesus akan mendapat hidup yang binasa.
Ya. Betapa luar biasanya kekuatan iman. Dengan iman kepada-Nya, kita memperoleh jaminan keselamatan dan kehidupan yang kekal. Namun, iman/kepercayaan kepada-Nya tentu bukanlah sekedar diungkapkan/dirayakan saja tapi juga mesti diwujudnyatakan.
Jelasnya, iman tidak bisa dipisahkan dari kehidupan harian, bahwa kalau kita mengaku percaya kepada Tuhan, kita harus juga hidup seturut kehendak dan kasihNya, meski kadang terasa berat, tidak mudah kita mengerti atau bahkan seolah-olah tidak masuk akal dan rugi di mata dunia.
"Dari Matraman ke Kanosa - Makin beriman makin berbelarasa."
7.
“Noli Me tangere - Jangan menyentuh Aku!”
Kis. 2:36-41;
Yoh. 20:11-18
Inilah kalimat yang dikatakan Yesus kepada Magdalena. Yesus tidak memilih 12 rasulnya yang mulia tapi Ia memilih orang "hina", yang seperti Magdalena, yang dalam duka lara dan sengsara tetap setia memelihara kasih untuk Tuhan.
Ia yang dulunya adalah perempuan berdosa-" yang daripadanya Yesus pernah mengusir 7 setan" (Mrk 16,9), tapi yang kini memperoleh pengampunan dan persahabatan dengan Kristus.
Adapun 3 teladan iman dari Magdalena, "Illuminata et illuminatrik- yang cerah dan mencerahkan, al:
a.MencariNya:
Meskipun para murid telah pergi meninggalkan makam, Magdalena tetap tinggal.
Ia mencari Dia yang tidak ia jumpai dan sementara ia mencari, ia menangis dan terbakar oleh kasih yang hebat kepada Tuhannya.
Ia menjadi figur orang yang setia mendekati Tuhan, bahkan ketika harus menanggung duka lara sendirian.
b.MenjumpaiNya:
Duka berganti suka ketika Magdalena mendengar Yesus memanggil namanya.
Ia bersukacita karena ia adalah orang yang pertama melihat Tuhan bangkit: disapa dan menyapa Tuhannya.
c.MewartakanNya:
Magdalena adalah seorang saksi karya Yesus (8:2-3),
saksi sengsara dan wafat Yesus
(Mat 27:56; Mark 15:40, Yoh 19:25),
saksi pemakaman Yesus
(Mat 27:61, Mark 15:47).
Dan pastinya, ia adalah saksi kebangkitan Yesus:
Ia melihat makam terbuka
(Yoh 20:2).
Ia bertemu malaikat
(Mat 28:1; Mrk 16:1; Luk 24:10),
bahkan ia juga bertemu dengan Yesus
(Mat 28:1; Mrk 16:9; Yoh 20:8).
Selanjutnya?
Ia pergi mewartakan kepada yang lain:
“Aku melihat Tuhan!”
Inilah tugas seluruh Gereja untuk pergi dan memberitakan bahwa kita telah melihat Tuhan.
Yang pasti, pengalaman "bertemu" dengan Tuhan seharusnya juga menjadi isi kesaksian kita yang telah banyak mengalami perjumpaan pribadi dengan Dia.
"Dari Tangerang ke Rawa Buaya - Jadilah terang Halelluya!"
8.
"Ab imo pectore - Dari lubuk hati yang paling dalam."
Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-6Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6; Yoh 8:1-11
"Ab imo pectore - Dari lubuk hati yang paling dalam." Inilah yang diharapkan dari semangat pengampunan seperti pada Injil hari ini yang menampilkan sosok Yesus yang mengampuni perempuan yang dicap buruk dan disingkirkan karena dianggap berzinah. Disinilah, kita diajak untuk menjadi pribadi yang mengampuni karena “yang murah hati akan memperoleh kemurahan Allah.”(Mat 5:7). Etika Kristiani memang selalu menekankan hubungan timbal balik: Kita ingin dihormati orang? Hormatilah orang lain! Kita minta dilayani? Jadilah pelayan! Bila kita mengharapkan pengampunan maka tiket yang mesti kita bayar adalah tiket kesediaan untuk mengampuni: ”Penghakiman yang tak berbelas-kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasih” (Yak 2:13). Adapun 2 jenis pengampunan:
a.”pengampunan formal”: mulut memaafkan tapi hati tetap panas. Pemazmur menegur pengampunan jenis ini: ”Biarlah doanya menjadi dosa”(Mzm 109:7). Mengapa? Sebab berdoa dengan mulut memuji Tuhan tapi dengan hati yang sesak oleh amarah dan dendam adalah dosa. Norman Vincent Peale menegaskan: “kebencian/dendam tidak menyakiti orang yang kita benci tapi setiap hari dan setiap malam perasaan itu malahan akan menggerogoti kita sendiri
b.”pengampunan sementara”: sekarang memaafkan tapi siap untuk mengungkitnya kembali. Dengan kata lain: Kesalahan orang disimpan di ”gudang”. Padahal sebenarnya orang yang tidak pengampun adalah orang yang dengan sengaja menutup pintu pengampunan bagi dirinya sendiri, karena begitu mudah minta pengampunan tapi begitu sulit mengampuni. Disinilah, satu hal yang paling penting bahwa Allah hanya berkenan mengampuni orang yang pengampun: "jika kamu tidak mengampuni maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”(Mark11:25-26). Bukankah setiap relasi itu kerap 70% memaafkan dan 30% mencintai, maka marilah kita belajar menjadi pribadi yang murah hati dan lebih berhati-hati, yang mau belajar untuk saling mengampuni.
"Ada arang di Bakauheni -Jadilah orang yang mengampuni."
9.
“Deo Vindice"
Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15
“Deo Vindice - Tuhan adl Pelindung (Kita).” Inilah motto Konfederasi Amerika yg sy tulis dlm buku “Carpe Diem” dan terkait-paut dg pesan hari ini bhw Ia sll melindungi kt. Adapun tiga seruan dasarNya hari ini, al:
a. Percayalah:
Bahasa lbraninya “PERCAYA” adl tertelungkup tanpa daya dg segenap hati/ketergantungan yg mutlak. Nah, sadar bhw kecendrungan kita adl lbh percaya pd diri sendiri maka Yesus berkali-kali menampakkan diri kpd para muridNya: dari Magdalena, dua murid Emaus sampai pd Thomas spy para murid dikuatkan+mjd percaya pd Allah. Slh satu buah penampakanNya adl adanya pengakuan iman para rasul, diwakili o/Tomas yg berseru: “Ya Tuhanku+Allahku!” (Yoh 20:28). Karena itu dg perantaraan Tomas, Yesus berbicara pd kita ttg pentingnya “percaya”: Berbahagialah mrk yg tdk melihat tp percaya” (Yoh 20:28-29). Bukankah dulu mrk ragu-ragu spy kini kita tdk ragu-ragu lagi? Bukankah teladan iman kt ditandai o/kenyataan bhw kita “hidup krn percaya bukan krn melihat?
b. Pergilah:
Meskipun Yesus mencela ketidakpercayaan para murid tp Ia tetap percaya+mengutus mrk u/”pergi”. Ya, kita bukan cuma dikuatkan, tp kita dipercaya u/”action”, pergi membereskan diri+keluar dari kemapanan pribadi: "Menjadi sibuk saja tidaklah cukup; semut-semut juga sibuk, persoalannya adalah apa yang menyibukkan kita, bukan? Yg pasti, jika kita sll menyibukkan diri untuk pergi bersama Allah, kita boleh yakin bhw Dia akan menyertai “kepergian” kita, asal smuanya demi kemuliaan Tuhan. Yah, sperti kata Paus Benediktus XVI pada salah satu Audiensi Umumnya, "semoga cinta akan kebenaran dan keinginan terus-menerus untuk mengenal Tuhan merupakan dorongan bagi setiap umat Kristiani untuk tanpa merasa
lelah mencari persatuan yang makin mendalam dengan Kristus: Jalan,
Kebenaran dan Kehidupan”.
c. Beritakanlah:
Ia mengajak kita u/mjd “juru kampanye ilahi”, dg doa-kata dan trlebih tind nyata. Dkl: Kita tdk hanya dikuatkan+dipercaya tp kt juga diutusNya u/bersaksi dan mjd “kabar baik” bagi org lain. Seorang saksi+utusan Tuhan harus menyuarakan hati
nurani kolektif, sabda, wahyu Ilahi sekaligus kemanusiaan yg hakiki, sehingga apa yang diharapkan sungguh menjadi kenyataan bagi dunia: “gaudere cum gaudentibus, et fiere cum fientibus” (Bersukacitalah dengan yang bersukacita dan menangislah dengan yang menangis). Adapun pasca Konsili Vatikan II, Tahta Suci memberikan ruang lbh luas kpd awam u/berpartisipasi aktif membantu karya pastoral gereja di tengah dunia. Oleh karena itu, inilah tugas kita bersama utk memberitakan karya Tuhan di tgh carut marut dunia global.
“Sambel terasi sambel bawang - Mari kita bersaksi bg stiap orang”
NB:
"URBI ET ORBI"
PESAN PASKAH "URBI ET ORBI" PAUS FRANSISKUS (5 April 2015)
Saudara dan saudari terkasih,
Yesus Kristus telah bangkit!
Kasih telah menang atas kebencian, kehidupan telah mengalahkan kematian, terang telah mengusir kegelapan!
Karena kasih bagi kita, Yesus Kristus menelanjangi diri-Nya dari kemuliaan ilahi-Nya, mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba dan merendahkan diri-Nya sampai mati, mati di kayu salib. Karena alasan itu Allah meninggikan Dia dan menjadikan Dia Tuhan alam semesta. Yesus adalah Tuhan!
Dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menunjukkan kepada semua orang jalan kepada kehidupan dan kebahagiaan: jalan ini adalah kerendahan hati, yang melibatkan kehinaan. Ini adalah jalan yang mengarah kepada kemuliaan. Hanya orang-orang yang merendahkan diri mereka bisa pergi ke arah "perkara yang di atas", ke arah Allah (bdk. Kol 3:1-4). Orang sombong melihat "ke bawah dari atas"; orang rendah hati melihat "ke atas dari bawah".
Pada pagi Paskah, diperingatkan oleh para perempuan, Petrus dan Yohanes berlari ke kubur. Mereka mendapatinya terbuka dan kosong. Kemudian mereka mendekat dan "membungkuk" untuk memasukinya. Masuk ke dalam misteri tersebut, kita perlu "membungkuk", merendahkan diri kita. Hanya mereka yang merendahkan dirinya memahami pemuliaan Yesus dan mampu mengikuti Dia pada jalan-Nya.
Dunia mengusulkan agar kita menempatkan diri kita di depan bagaimana pun juga, agar kita bersaing, agar kita menang ... Tetapi orang-orang Kristiani, oleh rahmat Kristus, yang wafat dan bangkit, adalah benih-benih kemanusiaan yang lain, yang di dalamnya kita berusaha untuk hidup dalam pelayanan bagi orang lain, tidak sombong, melainkan penuh hormat dan siap untuk membantu.
Ini bukan kelemahan, tetapi kekuatan sejati! Orang-orang yang menanggung di dalam diri mereka kuasa Allah, kasih-Nya dan keadilan-Nya, tidak perlu menggunakan kekerasan; mereka berbicara dan bertindak dengan kuasa kebenaran, keindahan dan kasih.
Dari Tuhan yang bangkit kita memohon rahmat untuk tidak menyerah pada kesombongan yang menjadi bahan bakar kekerasan dan peperangan, tetapi memiliki keberanian akan pengampunan dan kedamaian yang rendah hati. Kita mohon Yesus, Sang Pemenang atas kematian, untuk meringankan penderitaan banyak saudara dan saudari kita yang dianiaya karena nama-Nya, dan penderitaan semua orang yang mengalami ketidakadilan sebagai akibat dari konflik dan kekerasan yang sedang berlangsung.
Kita memohon perdamaian, terutama, untuk Suriah dan Irak, agar deru senjata dapat berhenti dan agar hubungan penuh damai dapat dipulihkan di antara berbagai kelompok yang menghiasi negara-negara tercinta tersebut. Semoga masyarakat internasional tidak berdiri di belakang tragedi kemanusiaan besar yang sedang berlangsung di negara-negara ini dan drama dari sejumlah besar pengungsi.
Kita berdoa bagi perdamaian untuk semua penduduk Tanah Suci. Semoga budaya perjumpaan tumbuh di antara orang-orang Israel dan Palestina dan proses perdamaian dilanjutkan, untuk mengakhiri tahun-tahun penderitaan dan perpecahan.
Kita memohonkan perdamaian untuk Libya, agar pertumpahan darah yang tidak masuk akal saat ini dan semua tindakan kekerasan yang biadab dapat berhenti, dan agar semua pihak yang peduli akan masa depan negara itu dapat bekerja untuk mendukung rekonsiliasi dan membangun sebuah masyarakat bersaudara yang penuh hormat akan martabat pribadi. Bagi Yaman juga kita mengungkapkan harapan kita untuk pertumbuhan sebuah keinginan bersama untuk perdamaian, untuk kebaikan seluruh rakyat.
Pada saat yang sama, dalam pengharapan kita mempercayakan kepada Tuhan yang penuh belas kasih kerangka pemikiran yang baru-baru ini disepakati di Lausanne, agar ia dapat menjadi sebuah langkah definitif menuju sebuah dunia yang lebih aman dan bersaudara.
Kita memohonkan kepada Tuhan yang bangkit karunia perdamaian untuk Nigeria, Sudan Selatan dan untuk berbagai wilayah Sudan dan Republik Demokratik Kongo. Semoga doa yang berkesinambungan timbul dari semua orang berkehendak baik bagi mereka yang kehilangan nyawa mereka - saya memikirkan khususnya orang-orang muda yang tewas Kamis lalu di Kolose Universitas Garissa di Kenya -, bagi semua orang yang telah diculik, dan bagi orang-orang yang dipaksa untuk meninggalkan tempat tinggal mereka dan orang-orang yang mereka sayangi.
Semoga kebangkitan Tuhan membawa terang bagi Ukraina tercinta, terutama bagi mereka yang telah mengalami kekerasan dari konflik beberapa bulan terakhir. Semoga negara tersebut menemukan kembali kedamaian dan harapan berkat komitmen dari semua pihak yang berkepentingan.
Kita meminta perdamaian dan kebebasan bagi banyak laki-laki dan perempuan yang tunduk terhadap bentuk-bentuk perbudakan lama dan baru dari pihak perorangan dan kelompok kriminal. Perdamaian dan kebebasan untuk para korban dari para pengedar narkoba, yang sering bersekutu dengan kekuatan-kekuatan yang seharusnya membela perdamaian dan keselarasan dalam keluarga manusia. Dan kita memohonkan perdamaian bagi dunia ini yang menjadi sasaran para pedagang senjata.
Semoga orang-orang yang terpinggirkan, orang-orang yang dipenjara, orang-orang miskin dan para migran yang sering ditolak, dianiaya dan dibuang, orang-orang sakit dan orang-orang menderita, anak-anak, terutama mereka yang menjadi korban kekerasan; semua orang yang hari ini sedang berduka, dan semua laki-laki dan perempuan yang berkehendak baik, mendengar suara menghibur dari Tuhan Yesus : "Damai sejahtera bagi kamu" (Luk 24:36). "Jangan takut, karena Aku telah bangkit dan Aku akan selalu menyertai kamu" (bdk. Roman Missal, Antifon Pembuka untuk Hari Paskah).
****************
Saudara dan saudari terkasih,
Yesus Kristus telah bangkit!
Kasih telah menang atas kebencian, kehidupan telah mengalahkan kematian, terang telah mengusir kegelapan!
Karena kasih bagi kita, Yesus Kristus menelanjangi diri-Nya dari kemuliaan ilahi-Nya, mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba dan merendahkan diri-Nya sampai mati, mati di kayu salib. Karena alasan itu Allah meninggikan Dia dan menjadikan Dia Tuhan alam semesta. Yesus adalah Tuhan!
Dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menunjukkan kepada semua orang jalan kepada kehidupan dan kebahagiaan: jalan ini adalah kerendahan hati, yang melibatkan kehinaan. Ini adalah jalan yang mengarah kepada kemuliaan. Hanya orang-orang yang merendahkan diri mereka bisa pergi ke arah "perkara yang di atas", ke arah Allah (bdk. Kol 3:1-4). Orang sombong melihat "ke bawah dari atas"; orang rendah hati melihat "ke atas dari bawah".
Pada pagi Paskah, diperingatkan oleh para perempuan, Petrus dan Yohanes berlari ke kubur. Mereka mendapatinya terbuka dan kosong. Kemudian mereka mendekat dan "membungkuk" untuk memasukinya. Masuk ke dalam misteri tersebut, kita perlu "membungkuk", merendahkan diri kita. Hanya mereka yang merendahkan dirinya memahami pemuliaan Yesus dan mampu mengikuti Dia pada jalan-Nya.
Dunia mengusulkan agar kita menempatkan diri kita di depan bagaimana pun juga, agar kita bersaing, agar kita menang ... Tetapi orang-orang Kristiani, oleh rahmat Kristus, yang wafat dan bangkit, adalah benih-benih kemanusiaan yang lain, yang di dalamnya kita berusaha untuk hidup dalam pelayanan bagi orang lain, tidak sombong, melainkan penuh hormat dan siap untuk membantu.
Ini bukan kelemahan, tetapi kekuatan sejati! Orang-orang yang menanggung di dalam diri mereka kuasa Allah, kasih-Nya dan keadilan-Nya, tidak perlu menggunakan kekerasan; mereka berbicara dan bertindak dengan kuasa kebenaran, keindahan dan kasih.
Dari Tuhan yang bangkit kita memohon rahmat untuk tidak menyerah pada kesombongan yang menjadi bahan bakar kekerasan dan peperangan, tetapi memiliki keberanian akan pengampunan dan kedamaian yang rendah hati. Kita mohon Yesus, Sang Pemenang atas kematian, untuk meringankan penderitaan banyak saudara dan saudari kita yang dianiaya karena nama-Nya, dan penderitaan semua orang yang mengalami ketidakadilan sebagai akibat dari konflik dan kekerasan yang sedang berlangsung.
Kita memohon perdamaian, terutama, untuk Suriah dan Irak, agar deru senjata dapat berhenti dan agar hubungan penuh damai dapat dipulihkan di antara berbagai kelompok yang menghiasi negara-negara tercinta tersebut. Semoga masyarakat internasional tidak berdiri di belakang tragedi kemanusiaan besar yang sedang berlangsung di negara-negara ini dan drama dari sejumlah besar pengungsi.
Kita berdoa bagi perdamaian untuk semua penduduk Tanah Suci. Semoga budaya perjumpaan tumbuh di antara orang-orang Israel dan Palestina dan proses perdamaian dilanjutkan, untuk mengakhiri tahun-tahun penderitaan dan perpecahan.
Kita memohonkan perdamaian untuk Libya, agar pertumpahan darah yang tidak masuk akal saat ini dan semua tindakan kekerasan yang biadab dapat berhenti, dan agar semua pihak yang peduli akan masa depan negara itu dapat bekerja untuk mendukung rekonsiliasi dan membangun sebuah masyarakat bersaudara yang penuh hormat akan martabat pribadi. Bagi Yaman juga kita mengungkapkan harapan kita untuk pertumbuhan sebuah keinginan bersama untuk perdamaian, untuk kebaikan seluruh rakyat.
Pada saat yang sama, dalam pengharapan kita mempercayakan kepada Tuhan yang penuh belas kasih kerangka pemikiran yang baru-baru ini disepakati di Lausanne, agar ia dapat menjadi sebuah langkah definitif menuju sebuah dunia yang lebih aman dan bersaudara.
Kita memohonkan kepada Tuhan yang bangkit karunia perdamaian untuk Nigeria, Sudan Selatan dan untuk berbagai wilayah Sudan dan Republik Demokratik Kongo. Semoga doa yang berkesinambungan timbul dari semua orang berkehendak baik bagi mereka yang kehilangan nyawa mereka - saya memikirkan khususnya orang-orang muda yang tewas Kamis lalu di Kolose Universitas Garissa di Kenya -, bagi semua orang yang telah diculik, dan bagi orang-orang yang dipaksa untuk meninggalkan tempat tinggal mereka dan orang-orang yang mereka sayangi.
Semoga kebangkitan Tuhan membawa terang bagi Ukraina tercinta, terutama bagi mereka yang telah mengalami kekerasan dari konflik beberapa bulan terakhir. Semoga negara tersebut menemukan kembali kedamaian dan harapan berkat komitmen dari semua pihak yang berkepentingan.
Kita meminta perdamaian dan kebebasan bagi banyak laki-laki dan perempuan yang tunduk terhadap bentuk-bentuk perbudakan lama dan baru dari pihak perorangan dan kelompok kriminal. Perdamaian dan kebebasan untuk para korban dari para pengedar narkoba, yang sering bersekutu dengan kekuatan-kekuatan yang seharusnya membela perdamaian dan keselarasan dalam keluarga manusia. Dan kita memohonkan perdamaian bagi dunia ini yang menjadi sasaran para pedagang senjata.
Semoga orang-orang yang terpinggirkan, orang-orang yang dipenjara, orang-orang miskin dan para migran yang sering ditolak, dianiaya dan dibuang, orang-orang sakit dan orang-orang menderita, anak-anak, terutama mereka yang menjadi korban kekerasan; semua orang yang hari ini sedang berduka, dan semua laki-laki dan perempuan yang berkehendak baik, mendengar suara menghibur dari Tuhan Yesus : "Damai sejahtera bagi kamu" (Luk 24:36). "Jangan takut, karena Aku telah bangkit dan Aku akan selalu menyertai kamu" (bdk. Roman Missal, Antifon Pembuka untuk Hari Paskah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar