Ads 468x60px

Jumat, 7 April 2017


Hari biasa Pekan V Prapaskah

Yer 20:10-13
Mzm 18:2-3a,3bc-4,5-6,7
Yoh 10:31-42.
"Benedictus qui venit in nomine Domini - Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan.”
Inilah pernyataan iman dalam lagu KUDUS yang kerap kita nyanyikan sebelum Doa Syukur Agung di sebuah “holy feast” atau misa kudus.
Adapun Yesus yang diberkati ini menegur para pemimpin Israel dan para hakim yang tidak diberkati: “Kamu adalah Allah?” Kalimat yang juga terdapat di dalam Mzm 82:6 ini diucapkanNya untuk para pemimpin dan hakim yang tidak benar karena membela orang fasik serta kejam terhadap anak-anak (Mzm 82:1-4).
Para pemimpin ini yang menganggap dirinya allah tidak akan diberkati tapi malahan akan menerima hukuman (Mzm 82:6-7), sebab memanglah "penghakiman berasal dari Allah"
(Ul 1:17; 19:17; Kel 21:6; Mzm 58).
Karena teguranNya dan sekaligus pernyataan bahwa diriNya bersatu dengan Allah membuatNya terancam dilempari batu oleh lawan-lawan-Nya karena dianggap menghojat.
Indahnya, waktu menghadapi perlawanan mereka, Yesus beralih dari perkataan-Nya kepada perbuatan-Nya. Perbuatan-Nya lebih mudah dipahami karena semua yang dibuatNya merupakan perbuatan baik:
“Mungkinkah orang-orang Yahudi itu sungguh-sungguh hendak melempari seseorang karena perbuatan baik yang telah dilakukan-Nya?”
Pastinya, klaim Yesus yang diberkati dan bersatu dengan Allah dibuktikanNya bukan melalui teori tapi praktek, bukan melalui kata-kata tapi tindakan yang nyata. Inilah salah satu bukti orang yang diberkati dan yang datang dalam nama Tuhan dimana kata dan tindakannya selaras, doa dan karyanya serasi, hidupnya terus menaburkan pelbagai kebaikan di tengah aneka rintangan dan gosipan kehidupan.
Bagaimana dengan kita?
"Cari baju di Efesus - Mari maju bersama Yesus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Miserere nobis - Kasihanilah kami
Setiap nabi kerap mengalami “salib”: Yeremia (bac I) dan Yesus (Injil) mendapat "penolakan": Musuh-musuh bahkan "sobat" Yeremia merancang intrik dan taktik licik supaya ia tersingkir. Yesus juga dilempari batu oleh "sobat", yakni orang-orang sebangsanya sendiri.
Jelasnya, kita perlu meminta pengasihan Tuhan karena jangan-jangan kita yang malahan membuat "penolakan dengan "melempari batu" "yeremia/yesus" jaman sekarang dengan kata/warta dan sikap hidup kita yang penuh intrik taktik konflik akal bulus yang problematik yang banyak mengorbankan/nmenjatuhkan orang lain.
Adapun 3 semangat dasar untuk meminta pengasihan Tuhan, antara lain:
A. "Passio-penderitaan":
Sebagai muridNya, bukankah wajar kalau kita juga mengalami hal yang sama dengan guru kita: "dilempari batu"? Kita sudah banyak berbuat baik tapi masih saja kadang mengalami trilogi penyaliban seperti yang saya tulis dalam buku "357" (RJK, Kanisius), yakni "dicap jelek-disingkirkan-dikorbankan" bahkan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi "teladan/panutan".
Ya, pastinya iman tidak melenyapkan "passio/derita", tapi sekaligus selalu memberi "consolatio/penghiburan" karena Tuhan selalu ada dalam derita hidup dan iman kita.
B. "Oratio-pengendapan":
Ia mengajak kita untuk selalu mencecap-recap dan mengunyah-kunyah semua "penyaliban dan pergulatan" dengan selalu bertekun dalam doa, bukankah dengan doa, tepatlah kataNya hari ini: "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa"?
C. "Actio-Tindakan":
Ia tidak ngambek/"muntaber-mundur tanpa berita" (Jawa: "mutung"), atau memaksakan kehendakNya bagi orang yang masih "tertutup" hatinya. Ia "just do it": Ia "pergi" dan terus bersaksi dengan "aneka perbuatan baik" kepada semua orang.
Bagaimana dengan hidup kita sendiri?
“Makan bakut di Kramat Jati – Jangan takut Tuhan selalu memberkati.”
2.
"Homo homini lupus - Manusia adalah serigala buat sesamanya."
Inilah kutipan dari Hobbes yang ditampilkan oleh banyak orang Yahudi terhadap Yesus pada bacaan hari ini. Mereka menjadi "serigala" yang ganas dan buas karena hati mereka sudah dipenuhi dengan iri dan dengki. Mereka membenci-memusuhi dan bahkan tega melempari Yesus dengan batu.
Di satu sisi, kita mungkin pernah/sedang menjadi "korban" seperti Yesus: dibenci-dimusuhi dan "dilempari batu" lewat kritikan-gosipan-fitnah dll. Di lain sisi, bisa jadi kita juga pernah/sedang menjadi "pelaku" seperti orang Yahudi, yang mudah memusuhi-membenci dan melempar batu kepada orang lain hanya karena sentimen dan iri hati. Batu-batunyapun bisa berupa kata-kata yang pedas dan sinis, sindiran-tuduhan/fitnahan yang memojokkan, sikap yang cenderung negatif dan suka menghakimi, dll.
Nah, entah kita pelaku/korban, marilah kita belajar memiliki beberapa sifat dasar, antara lain:
A."Bersyukur dalam pengharapan":
Di balik setiap masalah, Tuhan selalu setia untuk hadir dan menyertai kita lewat banyak hal baik dan orang yang baik pada kita.
B."Bersabar dalam kesesakan":
Kita diajak untuk berdaya tahan karena semua perlu proses, kita tidak mudah jadi orang yang putus asa tapi selalu meyakini bahwa ada pelangi setelah hujan, dalam bahasa RA Kartini, "habis gelap terbitlah terang."
C."Bertekun dalam doa":
Seperti Yesus yang membawa semuanya kepada Bapa, kita juga diajak terus bertekun dalam segala perbuatan baik dan doa-doa yang baik kepada Bapa sehingga kita lebih berhati-hati dan bermawas diri.
"Dari sukabumi ke Jagakarsa -Ampunilah kami orang yang berdosa."
3.
“JUMPER”
Lihatlah "HATI" itu !
“TGIF”
Tau Gak Ini Friday
Thx God Its Friday
Ada hubungan erat antara Devosi Hati Kudus Yesus dg Misa JumPer/Jumat Pertama, krn Misa JumPer merupakan salah satu bentuk Devosi kpd Hati Kudus Yesus.
Adapun devosi yg berfokus kepada Hati Yesus dimulai pd tahun 1000, pd jaman St Anselmus dan St Bernard (1050-1150) dan juga byk orang kudus di abad pertengahan (St Albertus Agung, St Catherine Siena, St Fransiskus Sales, para Benediktin-Dominikan-Carthusian), namun Santa yg kerap diasosiasikan dg devosi Hati Kudus Yesus adl St Margaret Mary Alacoque (1647-1690).
Ia memperoleh wahyu pribadi dari Yesus yang menghendaki perayaan liturgis Hati Kudus Yesus dan praktek mempersembahkan silih (reparation) trhdp dosa-dosa, pada setiap Jumat pertama di setiap bulan.
1856, Paus Pius IX menetapkan Pesta (perayaan liturgis) Hati Kudus Yesus.
1928, Paus Pius XI mengeluarkan surat ensiklik "Miserentissimus Redemptor" ttg silih kpd Hati Kudus Yesus.
1956, Paus Pius XII mengeluarkan ensiklik "Haurietis aquas", ttg devosi kpd Hati Kudus Yesus yg umumnya dilakukan menjelang perayaan Pesta Hati Kudus Yesus.
Kemudian, devosi ini populer diadakan setiap bulan, yaitu pada hari Jumat pertama.
Indahnya, hari Jumat sebagai peringatan sengsara dan wafat Yesus baik jika ditandai dg "matiraga", sbg tanda silih/pertobatan.
Hari Jumat juga kerap disebut sebagai Hari Kerahiman Ilahi.
KHK/Kitab Hukum Kanonik 1983 no: 1250 mengatakan:
"Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah."
"Dari Kramat mencari kurma -Slmt ber-jumat pertama."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar