"Ecclesia - Gereja!"
Pada zaman Kitab Suci Perjanjian Lama, Gereja yang dalam tradisi Yahudi disebut Bait Allah/Beit HaMikdash בית המקדש dipandang sebagai tempat kediaman Allah. Secara singkat, semua Gereja sebagai Bait Allah itu sebenarnya mempunyai arti sebagai kumpulan orang beriman (Porto: Igreja, Lat: Ecclesia, Ibr: qahal).
St Ignatius menjelaskan, "Dimana Kristus ada, disanalah Gereja". St Irenaeus: "Dimana Roh Allah ada, disana ada Gereja". St.Timotius juga menekankan, Gereja adalah “jemaat Allah yang hidup”.
Pastinya Gereja sebagai “Bait Allah”, yaitu yang tidak dibuat dengan tangan manusia (1 Kor 3:16; Kis 7:48). Gereja adalah rumah tapi bukanlah bangunan, sebuah rumah untuk keluarga Allah yang dibangun di atas landasan batu penjuru "Yesus Kristus" dan batu-batu yang hidup yaitu kita. Itu sebabnya, kata “Gereja”, bisa dimulai dengan “G” (jemaatnya) atau “g” (tempatnya).
Mengacu pada kata "Gereja", ada 3 ajakan iman, antara lain:
1.GEmakan Tuhan dengan karya:
Seperti Yesus yang berkarya menyembuhkan orang lumpuh di Betesda, kita juga diajak selalu gemakan Tuhan dengan menjadi penyembuh untuk dunia sekitar kita lewat segala karya nyata yg baik.
Seperti Yesus yang berkarya menyembuhkan orang lumpuh di Betesda, kita juga diajak selalu gemakan Tuhan dengan menjadi penyembuh untuk dunia sekitar kita lewat segala karya nyata yg baik.
2.REsapkan iman dengan cinta:
Kita tidak dapat membuat Gereja tapi kita harus menjadi Gereja. Tidak seperti banyak orang Yahudi yang selalu buta aturan/memutlakkan hukum Sabat, Yesus tetap menganggap yang penting adalah "kselamatan jiwa-jiwa, itu sebabnya Ia tetap berbuat baik di hari sabat karena iman dan kasihNya mengatasi segala aturan dan hukum yg ada.
Kita tidak dapat membuat Gereja tapi kita harus menjadi Gereja. Tidak seperti banyak orang Yahudi yang selalu buta aturan/memutlakkan hukum Sabat, Yesus tetap menganggap yang penting adalah "kselamatan jiwa-jiwa, itu sebabnya Ia tetap berbuat baik di hari sabat karena iman dan kasihNya mengatasi segala aturan dan hukum yg ada.
3.JAuhkan setan dengan doa:
Seperti orang lumpuh yang diminta Yesus untuk "bangun-angkat tilammu dan berjalanlah", kiranya itulah juga yang dimintaNya kepada kita, yakni: "berbenah/bangun dari kubangan dosa dan kelemahan", "berpasrah/mengangkat tilam-beban hidup kepadaNya" serta "berkarya/berjalan sebg mns baru". Inilah yang kita dapat ketika tekun berjumpa dengan Nya lewat doa dan karya kasih, bukan?
Seperti orang lumpuh yang diminta Yesus untuk "bangun-angkat tilammu dan berjalanlah", kiranya itulah juga yang dimintaNya kepada kita, yakni: "berbenah/bangun dari kubangan dosa dan kelemahan", "berpasrah/mengangkat tilam-beban hidup kepadaNya" serta "berkarya/berjalan sebg mns baru". Inilah yang kita dapat ketika tekun berjumpa dengan Nya lewat doa dan karya kasih, bukan?
"Ada baja ada besi-Jadilah Gereja yang terus bersaksi."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.Seminari Tinggi St Paulus - Kentungan Yogyakarta:
Komunitas Komunikatif...
1.Seminari Tinggi St Paulus - Kentungan Yogyakarta:
Komunitas Komunikatif...
Prolog
Menyitir pesan sejumput baliho pariwara di perempatan Jalan Magelang, ’Menjadi Tua itu Pasti, Menjadi Dewasa itu Pilihan”, 70an tahun jelas-pasti adalah umur yang renta, tapi juga belum pasti usia begitu saja jelas menandakan kedewasaannya.
Menyitir pesan sejumput baliho pariwara di perempatan Jalan Magelang, ’Menjadi Tua itu Pasti, Menjadi Dewasa itu Pilihan”, 70an tahun jelas-pasti adalah umur yang renta, tapi juga belum pasti usia begitu saja jelas menandakan kedewasaannya.
Maka wajar selain rasa syukur, momentum perayaan ulang tahun juga bisa menjadi alas pijak co-refleksi ke depan. Seminari mau dibawa kemana dengan usia lanjut ini? Mau santun-pikun begitu saja menikmati masa tuanya yang penuh nostalgik? Mempersiapkan kematian tergilas-kuras roda ? Atau, mulai cerdas-bernas memikirkan semacam “re-inkarnasi”, seperti KOMPAS dengan ‘Lintas Generasi’nya atau SBY dengan ‘Bersama Kita Bisa’-nya?
Di sinilah lontaran pertanyaan kritisnya...selama 70an tahun berdiri, sungguhkah Seminari Tinggi sudah menjadi kota di atas gunung, dan cahaya di atas kaki dian? Ataukah sebaliknya, malah menjadi garam yang tawar - kehilangan asinnya , tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak-injak orang?
Kentungan
Ketika saya menjadi bidel umum, semacam ketua asrama para frater di Kentungan pada tahun 2003, ada beberapa pokok yang senantiasa terkenang, al:
Ketika saya menjadi bidel umum, semacam ketua asrama para frater di Kentungan pada tahun 2003, ada beberapa pokok yang senantiasa terkenang, al:
Pokok pertama, syukur bahwa Seminari Tinggi Kentungan ini ada di Yogyakarta! Yogyakarta,......siapa tidak mengenalnya? Keindahan, kemegahan pun kekhasan kota Ngayogyakarta Hadiningrat ini begitu kental-terkenal di antero nusantara bahkan sampai negeri manca. Secara sederhana, sebetulnya ada rajutan tekstur benang-benang yang menjadi kekhasan Yogyakarta, al: padatnya para mahasiswa dari pelbagai kota, hangatnya para seniwan-budayawan dan agamawan, serta maraknya pelbagai komunitas studi lintas tarekat dan diosis. Pertanyaannya, apakah formatio khas Seminari Tinggi, - yang berlindung pada Rasul Para bangsa, St.Paulus ini - juga memberikan ruang bagi adanya dialog perjumpaan dan latihan kerjasama para anggotanya dengan ‘yang lain’ tersebut?
Pokok kedua, Seminari Tinggi Kentungan ini identik dengan imam diosesan (projo). Imam diosesan sendiri, memang bukan bagian yang lebih besar (pars major) dalam Gereja Indonesia, tetapi syukur jika imam diosesan sadar dan mau berusaha menjadi bagian yang lebih baik (pars sanior). Mengapa imam diosesan harus berusaha menjadi bagian yang lebih baik?
Pertama, imam diosesan itu seorang religius yang sekulir, berdiam di tengah dunia dengan kepekaan akan tanda-tanda . Ia membawa hidup umat dan dirinya ke hadapan Tuhan dan memberikan pengharapan iman bagi hidup bersama umat lewat hasil permenungannya di tengah tanda-tanda , “Romo projo itu kalau kotbah, tangan kiri pegang koran, tangan kanan pegang Kitab Suci”, begitulah komentar yang pernah saya dengar. Jelasnya, ia hadir sebagai ‘pontifex maximus’: jembatan penghubung (in-between).
Dengan kata lain; kalau dulu, spiritualitas imam diosesan lebih
berdasar pada status ontologisnya sebagai imam-nya Gereja. Kini, spiritualitas yang mestinya dihayat-kenangi seorang (calon) imam diosesan adalah: dialektis. Di satu pihak, ia berakar dalam hidup iman dan doanya, sekaligus pada saat yang sama ia dibentuk-ditempa pelaksanaan imamat ministerialnya.
berdasar pada status ontologisnya sebagai imam-nya Gereja. Kini, spiritualitas yang mestinya dihayat-kenangi seorang (calon) imam diosesan adalah: dialektis. Di satu pihak, ia berakar dalam hidup iman dan doanya, sekaligus pada saat yang sama ia dibentuk-ditempa pelaksanaan imamat ministerialnya.
Kedua, imam diosesan adalah sebuah link – ex officio – antara manusia dan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dalam sebuah konteks keuskupan setempat. Ia sehati sejiwa (cor unum et anima una) dengan gerak keuskupannya. Mengacu pada pesan Kardinal Darmoyuwono, imam diosesan itu imamnya uskup, uskup yang tidak punya imam diosesan ibarat macan tanpa gigi.
Ketiga, memang, seorang imam diosesan mendapat ‘direct reward’ dari imamatnya karena berkarya langsung di tengah umat. Meminjam istilah Karen Armstrong, yakni keberhasilannya menjadi ’the spiral staircase’, tangga spiral: para anggotanya bisa terbantu menerabas keluar dari ‘altar’ ke-lokal-annya (desa) menuju ke ‘pasar’ dunia global. Di lain matra, imam diosesan itu khas milik rakyat setempat, bahasanya anak-anak Unio Purwokerto, laire sekang umat, gedhene sekang umat, gole berjuang bareng umat (lahir dari umat, besar dari umat dan berjuang bersama umat).
Memang, status sebagai imam bisa memberikan banyak kemudahan, tetapi satu pernyataan dari seorang anggota Unio Semarang, (alm) Romo Mangun, yang patut diingat, “Yang berat justru untuk tetap bertahan sebagai manusia biasa. Sebab pastor itu ‘kan seolah-olah kasta tersendiri. Mudah membuat orang menjadi sombong. Karena itulah orang seperti kami harus selalu sadar agar jangan sombong.”
Dari beberapa gelontoran fenomen di atas, saya teringat konsep kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, (yang menurut kesaksian Prof. Dr.Ir Harjasoedirja, si kemenakan menjelang wafatnya minta dibaptis secara Katolik), tepat juga digunakan dalam pelayanan imamat, yang terbulirkan dalam tiga tindakan “ingarsa sung tuladha, ing madya amangun karsa, tut wuri handayani. Di depan memberi teladan, ditengah merebak kehendak dan dibelakang memberdayakan”. Pertanyaannya, apakah roh formatio juga mendorong para anggotanya untuk terus belajar dari pengalaman: bagaimana menjadi seorang imam diosesan yang mempunyai visi, misi dan strategi serta berketrampilan melihat serta menanggapi tanda-tanda ?
Komunitas
Komunitas sendiri secara sederhana, terdiri dari dua kata dasar, yakni: com (dengan) dan unitas (bersatu). Komunitas Kentungan sendiri adalah komunitas (calon) imam. Jadi, walaupun sama-sama asrama, komunitas ini tidak persis sama dengan asrama Ratnaningsih di Gajahmada, Realino, Van Lith di Muntilan, Stella Duce di Supadi, Samirono, Trenggono atau asrama Syantikara.
Komunitas sendiri secara sederhana, terdiri dari dua kata dasar, yakni: com (dengan) dan unitas (bersatu). Komunitas Kentungan sendiri adalah komunitas (calon) imam. Jadi, walaupun sama-sama asrama, komunitas ini tidak persis sama dengan asrama Ratnaningsih di Gajahmada, Realino, Van Lith di Muntilan, Stella Duce di Supadi, Samirono, Trenggono atau asrama Syantikara.
Mengapa berbeda? Orang bijak berkata, karena hidup (calon) imam itu unik dan hanya para (calon) imam yang dapat memahaminya: Ia adalah alter christi, tapi juga sekaligus seseorang yang terpenjara dalam kelemahan insaninya (Ibrani 5:2). Maka, jelaslah bahwa komunitas muncul sebagai sebuah upaya meng-horisontal-kan Kentungan sebagai kawanan khusus para (calon) imam, karena jelaslah menjadi seorang (calon) imam tidak hanya sibuk pada urusan altar pribadi (dimensi vertikal) tapi juga ikut terlibat di tengah pasar nya bersama dengan banyak orang (dimensi horisontal). Mengacu pada para Bapa Konsili, di sinilah perlu semacam concientization: penyadaran terus menerus, bahwa Seminari Tinggi diharapkan menjadi mediator concientization, sebuah komunitas yang menunjang dialog antara altar dan pasar, antara Gereja dan masyarakat (Gravissimum Educationis 8). Bahasanya Stanley M. Grabowski, “Its function as socializing agency..are not utopian but realistic!
Kentungan sendiri sebagai komunitas idealnya adalah sebuah gerakan, karena didalamnya terjadi perjumpaan antar pribadi. Menjumpai berarti menggerakkan diri dari satu titik tertentu ke titik yang lain. Ini berarti keluar dari suatu pusat tertentu lalu masuk ke pusat yang lain. Namun ini tidak mudah, karena melibatkan diri dalam gerakan berarti meninggalkan diri sebagai pusat. Inilah halangan terbesar untuk membangun komunitas yang bernilai lebih, yakni: takut bergerak!!!! Komunitas yang acap dirindukan adalah komunitas sebagai sebuah gerakan, di mana masing-masing anggotanya tak merasa takut untuk bergerak, untuk menjumpai yang lain, dan untuk berpindah pusat.
Satu point pokok yang perlu diperHATIkan, komunitas adalah sebuah kesatuan yang terdiri dari pelbagai ragam karakter. Unitas in Diversitas! Setiap pribadi menyumbang rasanya yang unik. Seperti panggilan Samuel, Yeremia, Yesaya, kita dipanggil secara pribadi masuk komunitas seminari ini, tapi kita dipanggil juga dalam kesatuan, seperti jemaat perdana, kelompok dua belas atau gereja awal.
Di sinilah persis, komunitas diajak dan dipanggil untuk mempunyai hati seluas dunia, un coeur grand comme le monde, menerima dan menghargai setiap warna lain anggotanya dalam keberagaman. Pertanyannya, sudahkah Kentungan sebagai sebuah komunitas melakukan proses ‘lompatan penyesuaian’ dengan mengkaji ulang paham-paham lama dalam interaksi dengan realitas aktual, yang sungguh-sungguh mengekpresikan kebhinekaan hidup, gulat-geliat iman serta polah-gerak semua anggotanya?
Komunikasi
Adalah merupakan fakta bahwa dalam komunitas Kentungan ini terdapat banyak karakter, latar belakang dan kepentingan, dan sering kali perbedaan itu menjadi sumber konflik. Maka, wajarlah jika kita mau belajar menjadikan Seminari Tinggi ini sebuah komunitas komunikasi.
Adalah merupakan fakta bahwa dalam komunitas Kentungan ini terdapat banyak karakter, latar belakang dan kepentingan, dan sering kali perbedaan itu menjadi sumber konflik. Maka, wajarlah jika kita mau belajar menjadikan Seminari Tinggi ini sebuah komunitas komunikasi.
Bicara soal komunikasi, sepakat dengan pepatah Latin, animal est homo loquens (manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berkomunikasi), seorang filsuf Jerman, Habermas pernah menyatakan bahwa tindakan manusia paling dasar adalah tindakan komunikasi. Tujuan komunikasi sendiri adalah saling pengertian - mutual understanding.
Ada dua tindakan komunikasi, yaitu: tindakan demi sasaran dan demi pemahaman. Tindakan demi sasaran ini bisa berupa tindakan strategis, instrumental. Artinya, ada agenda kepentingan, stratak (staretgi-taktik) atau ada udang di balik batu, karena jelas di sinilah sebuah ketulusan digoncang-getirkan. Sedangkan, tindakan demi pemahaman sebetulnya dapat ditemukan dalam komunikasi antar manusia, di mana setiap pribadi mengambil alih peran pribadi yang lain. Dengan mengambil alih peran orang lain, kita dapat merefleksikan diri kita sendiri dan mengarahkan proses komunikasi yang jelas, benar, tepat dan tulus.
Sebagaimana kata sebuah pepatah Romawi, crescit in eundo, bertumbuh selagi berjalan, inilah yang perlu ditumbuhkembangkan dalam pembangunan sebuah komunitas komunikasi. Kentungan sebagai sebuah komunitas komunikasi, perlu menciptakan lingkup kehidupan harian yang memudahkan interaksi. Interaksi berdasarkan saling pengertian dan kaya akan kontak sosial. Karena, jelaslah komunikasi bukan bertujuan untuk mencari keseragaman atau kesimpulan stabil lagi logosentris, tapi saling berbagi. (“komunikasi”:communicare, “berbagi”) dalam kesalingan yang positif. Satu fenomen lapangan yang acap terjadi, yang privat dijadikan bahan pembicaraan publik, sementara urusan publik dicarikan penyelesaiannya secara privat.
Maka, lewat komunikasi, kita dapat meminimalisasi ruwet-rentengnya relasi ranah publik dan privat ini. Karena jelaslah, komunikasi dalam panggilan itu bukan sekedar supaya setiap dari kita bisa bertahan-to survive, tapi supaya satu sama lain sungguh-sungguh hidup-to live (fully alive-antusias: en-theos: dalam kuasa Allah, dipenuhi oleh Roh Allah).
Epilog
Saya sekarang jadi ingat petikan lagunya Anggun C Sasmi awal tahun 90-an, ’Tua Tua Keladi’. Harapan saya, semoga seminari yang semakin tua ini juga semakin dewasa dan komunikatif berbakti dalam Njembarke Kraton nDalem Gusti. Karena bagaimanapun tua, jelek dan membosankannya seminari kita kelak, toh kita ingin tetap melihat sebuah seminari yang at-home, tidak menjadi beban siapapun dan tetap memberi kontribusi nyata bagi gereja dan masyarakat.
Saya sekarang jadi ingat petikan lagunya Anggun C Sasmi awal tahun 90-an, ’Tua Tua Keladi’. Harapan saya, semoga seminari yang semakin tua ini juga semakin dewasa dan komunikatif berbakti dalam Njembarke Kraton nDalem Gusti. Karena bagaimanapun tua, jelek dan membosankannya seminari kita kelak, toh kita ingin tetap melihat sebuah seminari yang at-home, tidak menjadi beban siapapun dan tetap memberi kontribusi nyata bagi gereja dan masyarakat.
Jelasnya, kualitas internal seminari Tinggi akan mengalirkan sebuah kualitas eksternal dalam perikehidupan masyarakat. Begitu juga sebaliknya! Dalam pengertian John Dewey, seminari Tinggi dapat menjadi masyarakat mini, di mana nilai dan hidup masyarakat dilaksanakan dalam seminari tersebut. Ya, semoga saja “Kentungan sebagai Komunitas Komunikasi” terus ber-aggiornamento (mendapat bentuk barunya di tengah Gereja dan masyarakat).
2.APA KATA INJIL-INJIL APOKRIF SOAL MARIA MAGDALENA
INJIL APOKRIF THOMAS
(100-200 M):
114. Simon Peter said to them, "Make Mary leave us, for females don't deserve life."
Jesus said, "Look, I will guide her to make her male, so that she too may become a living spirit resembling you males. For every female who makes herself male will enter the kingdom of Heaven."
(100-200 M):
114. Simon Peter said to them, "Make Mary leave us, for females don't deserve life."
Jesus said, "Look, I will guide her to make her male, so that she too may become a living spirit resembling you males. For every female who makes herself male will enter the kingdom of Heaven."
INJIL APOKRIF MARIA MAGDALENA
(120-180 M):
5) Peter said to Mary, Sister we know that the Savior loved you more than the rest of woman.
6) Tell us the words of the Savior which you remember which you know, but we do not, nor have we heard them.
7) Mary answered and said, What is hidden from you I will proclaim to you.
(120-180 M):
5) Peter said to Mary, Sister we know that the Savior loved you more than the rest of woman.
6) Tell us the words of the Savior which you remember which you know, but we do not, nor have we heard them.
7) Mary answered and said, What is hidden from you I will proclaim to you.
INJIL APOKRIF MARIA MAGDALENA
4) Peter questioned them about the Savior: Did He really speak privately with a woman and not openly to us? Are we to turn about and all listen to her? Did He prefer her to us?
5) Then Mary wept and said to Peter, My brother Peter, what do you think? Do you think that I have thought this up myself in my heart, or that I am lying about the Savior?
6) Levi answered and said to Peter, Peter you have always been hot tempered.
7) Now I see you contending against the woman like the adversaries.
8) But if the Savior made her worthy, who are you indeed to reject her? Surely the Savior knows her very well.
9) That is why He loved her more than us. Rather let us be ashamed and put on the perfect Man, and separate as He commanded us and preach the gospel, not laying down any other rule or other law beyond what the Savior said.
10) And when they heard this they began to go forth to proclaim and to preach.
4) Peter questioned them about the Savior: Did He really speak privately with a woman and not openly to us? Are we to turn about and all listen to her? Did He prefer her to us?
5) Then Mary wept and said to Peter, My brother Peter, what do you think? Do you think that I have thought this up myself in my heart, or that I am lying about the Savior?
6) Levi answered and said to Peter, Peter you have always been hot tempered.
7) Now I see you contending against the woman like the adversaries.
8) But if the Savior made her worthy, who are you indeed to reject her? Surely the Savior knows her very well.
9) That is why He loved her more than us. Rather let us be ashamed and put on the perfect Man, and separate as He commanded us and preach the gospel, not laying down any other rule or other law beyond what the Savior said.
10) And when they heard this they began to go forth to proclaim and to preach.
DIALOG PENYELAMAT (150 M):
The Lord said to Mary, "Sister, [no one] will be able to inquire about these things except for someone who has somewhere to put them in his heart. [...] to come forth [...] and enter [...], so that they might not hold back [...] this impoverished cosmos."
Then the Lord [...] Judas and Matthew and Mary [...] the edge of heaven and earth. And when he placed his hand upon them, they hoped that they might [...] it.
Mary said, "Thus with respect to 'the wickedness of each day,' and 'the laborer is worthy of his food,' and 'the disciple resembles his teacher.'" She uttered this as a woman who had understood completely.
The Lord said to Mary, "Sister, [no one] will be able to inquire about these things except for someone who has somewhere to put them in his heart. [...] to come forth [...] and enter [...], so that they might not hold back [...] this impoverished cosmos."
Then the Lord [...] Judas and Matthew and Mary [...] the edge of heaven and earth. And when he placed his hand upon them, they hoped that they might [...] it.
Mary said, "Thus with respect to 'the wickedness of each day,' and 'the laborer is worthy of his food,' and 'the disciple resembles his teacher.'" She uttered this as a woman who had understood completely.
INJIL APOKRIF FILIPUS (180-350 M):
There were three who always walked with the Lord: Mary, his mother, and her sister, and Magdalene, the one who was called his companion. His sister and his mother and his companion were each a Mary.
As for the Wisdom who is called "the barren," she is the mother of the angels. And the companion of the [...] Mary Magdalene. [...] loved her more than all the disciples, and used to kiss her often on her mouth. The rest of the disciples [...]. They said to him "Why do you love her more than all of us?" The Savior answered and said to them,"Why do I not love you like her? When a blind man and one who sees are both together in darkness, they are no different from one another. When the light comes, then he who sees will see the light, and he who is blind will remain in darkness."
There were three who always walked with the Lord: Mary, his mother, and her sister, and Magdalene, the one who was called his companion. His sister and his mother and his companion were each a Mary.
As for the Wisdom who is called "the barren," she is the mother of the angels. And the companion of the [...] Mary Magdalene. [...] loved her more than all the disciples, and used to kiss her often on her mouth. The rest of the disciples [...]. They said to him "Why do you love her more than all of us?" The Savior answered and said to them,"Why do I not love you like her? When a blind man and one who sees are both together in darkness, they are no different from one another. When the light comes, then he who sees will see the light, and he who is blind will remain in darkness."
INJIL APOKRIF FILIPUS:
All who are begotten in the world are begotten in a natural way, and the others are nourished from the place whence they have been born. It is from being promised to the heavenly place that man receives nourishment. [...] him from the mouth. And had the word gone out from that place, it would be nourished from the mouth and it would become perfect. For it is by a kiss that the perfect conceive and give birth. For this reason we also kiss one another. We receive conception from the grace which is in one another.
All who are begotten in the world are begotten in a natural way, and the others are nourished from the place whence they have been born. It is from being promised to the heavenly place that man receives nourishment. [...] him from the mouth. And had the word gone out from that place, it would be nourished from the mouth and it would become perfect. For it is by a kiss that the perfect conceive and give birth. For this reason we also kiss one another. We receive conception from the grace which is in one another.
P I S T I S S O P H I A (250-300 M):
Now it happened when the First Mystery finished saying these words to the disciples, Mary came forward. She said: "My Lord, my mind is understanding at all times that I should come forward at any time and give the interpretation of the words which she spoke, but I am afraid of Peter, for he threatens me and he hates our race."
But when she said these things, the First Mystery said to her: "Everyone who will be filled with the Spirit of light to come forward and give the interpretation of those things which I say, him will no one be able to prevent "
... when Maria had said these things, the First Mystery said to her: "Excellent, well done, Maria, thou blessed one."
Now it happened when the First Mystery finished saying these words to the disciples, Mary came forward. She said: "My Lord, my mind is understanding at all times that I should come forward at any time and give the interpretation of the words which she spoke, but I am afraid of Peter, for he threatens me and he hates our race."
But when she said these things, the First Mystery said to her: "Everyone who will be filled with the Spirit of light to come forward and give the interpretation of those things which I say, him will no one be able to prevent "
... when Maria had said these things, the First Mystery said to her: "Excellent, well done, Maria, thou blessed one."
3.“Socius Dei
Kis 2:36-41; Yoh 20:11-18
Kis 2:36-41; Yoh 20:11-18
“Socius Dei - Sahabat Tuhan.”
Itulah slh satu julukan sy pd Maria Magdalena. Tercandra, dialah murid perempuan yg plg terkenal, yg tercatat-ketat dlm KSPB. Namanya disebut 12 kali dlm ke-4 Injil, kebanyakan pd wkt penyaliban+kebangkitan Yesus. Seperti yg saya tulis dlm buku "HERSTORY" (Kanisius), peran pentingnya adl sbg org pertama yg bertemu+mewartakan ttg Yesus yg bangkit: Ia melihat makam terbuka (Yoh 20:2); bertemu malaikat (Mat 28:1; Mark 16:1; Luk 24:10), bahkan brtemu jg dg Yesus (Mat 28:1; Mark 16:9; Yoh 20:8).
Mengacu pd bbrp naskah injil apokrif, Henri-Dominique de Lacordaire dlm “Sainte Marie Madeleine 1860”, menegaskan: “Magdalena tak setinggi Petrus dlm hirarki tp lbh dekat kpd Yesus melalui hatinya". Nah, kalau mengacu pada injil kanonik (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes), bbrp sketsa ttg Maria Magdalena, al:
- Wanita pendosa yg membasuh kaki Yesus dg air mata, mengeringkan dg rambut dan mengurapi dg minyak wangi (Lukas 7:36-50).
- Wanita yg mengurapi kepala Yesus (Mark 14:3-9; Mat 26:6-13)
- Maria dari Magdala yang dibebaskan dari 7 roh jahat (Lukas 8:2)
Adapun 3 sikap dsrnya sbg sahabat Tuhan, al:
A.Sabar:
“Dia adl seorang perempuan yg menemukan hidup baru dlm Kristus”, itulah kata Paus Gregorius ttg Magdalena. Ia adl perempuan berdosa tp ia dg sabar memohon pengampunan+persahabatan dg Kristus. Ia byk hadir di dkt Yesus: saksi karya Yesus, sengsara-wafat-pemakaman+kebangkitan Yesus. Jelasnya, ia adl seorang figur beriman yg dengan sabar+setia berdiri di bawah kaki salib. Ia adl teladan bg kt u/sll bersabar+berjuang mengejar kekudusan.
“Dia adl seorang perempuan yg menemukan hidup baru dlm Kristus”, itulah kata Paus Gregorius ttg Magdalena. Ia adl perempuan berdosa tp ia dg sabar memohon pengampunan+persahabatan dg Kristus. Ia byk hadir di dkt Yesus: saksi karya Yesus, sengsara-wafat-pemakaman+kebangkitan Yesus. Jelasnya, ia adl seorang figur beriman yg dengan sabar+setia berdiri di bawah kaki salib. Ia adl teladan bg kt u/sll bersabar+berjuang mengejar kekudusan.
B. Tegar:
Patutlah kita merenungkan sikap Maria yg tegar sekaligus cinta kasihnya yg sgt besar kpd Kristus; krn meskipun para murid tlh pergi meninggalkan makam, ia tetap tinggal. Ia tetap tegar+mencari Dia yg tidak ia jumpai. Ia jg menangis krn terbakar o/rasa kasih yg hebat kepada Tuhannya. Dan demikianlah terjadi bahwa ketegaran kasih perempuan yg setia mencari Tuhan mjdkan dia adl org yg pertama melihat Yesus yang bangkit: “orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
Patutlah kita merenungkan sikap Maria yg tegar sekaligus cinta kasihnya yg sgt besar kpd Kristus; krn meskipun para murid tlh pergi meninggalkan makam, ia tetap tinggal. Ia tetap tegar+mencari Dia yg tidak ia jumpai. Ia jg menangis krn terbakar o/rasa kasih yg hebat kepada Tuhannya. Dan demikianlah terjadi bahwa ketegaran kasih perempuan yg setia mencari Tuhan mjdkan dia adl org yg pertama melihat Yesus yang bangkit: “orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
C. Berkobar:
Pengalaman akan Yesus yg bangkit, membuat Maria Magdalena mjd ikut bangkit kembali. Dgn semangat berkobar, ia bersaksi di hadapan para murid, "Aku telah melihat Tuhan!" Hal yang sama terjadi dlm diri Petrus. Kebangkitan Yesus membuatnya berkobar dalam memberi kesaksian bhw Yesus adl Tuhan (penguasa, pemilik, pengatur) dan Kristus (Dia yg diurapi u/menebus+menyelamatkan mns).
Pengalaman akan Yesus yg bangkit, membuat Maria Magdalena mjd ikut bangkit kembali. Dgn semangat berkobar, ia bersaksi di hadapan para murid, "Aku telah melihat Tuhan!" Hal yang sama terjadi dlm diri Petrus. Kebangkitan Yesus membuatnya berkobar dalam memberi kesaksian bhw Yesus adl Tuhan (penguasa, pemilik, pengatur) dan Kristus (Dia yg diurapi u/menebus+menyelamatkan mns).
“Cari semangka di Istana-Kita bersuka punya Maria Magdalena”.
4."Ite et gaudete"
Kis 2:14.22-32; Mat 28:8-15
Kis 2:14.22-32; Mat 28:8-15
"Ite et gaudete - Pergi dan bersukacitalah."
Para perempuan yg byk diremehkan o/mata insani (mrk dicap sbg sumber dosa-"hawa nafsu", byk stereotif: "3ur/dapur-sumur-kasur", "4wa/wadah-wadi-waduk-wadon", "5ah/tunggu omah-olaholah-momongbocah-asahasah-mlumah") trnyata brharga di mata ilahi. Per"empu"an yg dlm buku sy, "HERSTORY" (Kanisius) dulu dicap sbg "problem maker" kini mjd "problem solver". Mrk mjd "empu yg ber"per-an" sbg saksi ("Paskah-Perempuan Adalah Saksi Kebangkitan Allah").
Perjumpaan akan kebangkitan Yesus jelasnya mendatangkan perutusan+sukacita bsr. Dlm bhs RA Kartini: "Habis mlm datanglah siang-hbs topan dtg reda-hbs perang dtg menang+hbs duka datanglah suka".
Yah, para perempuan adl wajah orang kecil yg diremehkan oleh dunia tapi sebenarnya mrk adl para saksi iman yg penuh afeksi+intimasi yg diutus lgsg o/Allah u/pergi+bersukacita dg bermodal 3 sapaan dsr yg adl inisiatif lgsg dr Allah, al:
A. "Salam bagimu":
"Salam" (Ibr: Shalom-syalom), dlm bhs Yunani mengandung 3 arti dasar, al:
- eirene / damai sejahtera,
- hugianinein / keadaan baik-sehat,
- soteria / pembebasan+kselamatan-sembuh.
"Salam" (Ibr: Shalom-syalom), dlm bhs Yunani mengandung 3 arti dasar, al:
- eirene / damai sejahtera,
- hugianinein / keadaan baik-sehat,
- soteria / pembebasan+kselamatan-sembuh.
Dkl: Yesus dtg sbg raja Shalom yg membawa "damai sejahtera, pembebasan+kselamatan". Maka, kt jg diajak untuk membawa "shalom" bg smua org dg doa,kata dan tindakan nyata kita setiap harinya.
B. "Jgn takut":
Ia sll hadir+tdk prnah mninggalkan kt. Ia adalah kehadiran ilahi. Sebuah analogi sederhana: kata “takut” memiliki 5 huruf, di tengah-tengah huruf itu ada huruf “K”, yang bisa berarti “Kristus.” Jadi, mengapa kita takut jika kita yakin dan mengimani ada “K”, yaitu “Kristus” di tengah-tengah pergulatan hidup kita? Dkl: Kt diajak u/brani bersaksi krn "K" (Kristus) sll hadir di setiap sisi kehidapan kt bukan?
Ia sll hadir+tdk prnah mninggalkan kt. Ia adalah kehadiran ilahi. Sebuah analogi sederhana: kata “takut” memiliki 5 huruf, di tengah-tengah huruf itu ada huruf “K”, yang bisa berarti “Kristus.” Jadi, mengapa kita takut jika kita yakin dan mengimani ada “K”, yaitu “Kristus” di tengah-tengah pergulatan hidup kita? Dkl: Kt diajak u/brani bersaksi krn "K" (Kristus) sll hadir di setiap sisi kehidapan kt bukan?
C. Pergilah ke Galiliea:
Inilah tempat Yesus berkarya, (Ibr: Ghelil: "wilayah") yg mencakup wil dari suku Neftali Zebulon Asyer+Isakhar (Yos 19:10-39) mulai zaman Yosua hingga Daud. Sejak zaman Salomo daerah itu dikenal juga dengan nama tanah Kabul (lRaj 9:10-13).
Inilah tempat Yesus berkarya, (Ibr: Ghelil: "wilayah") yg mencakup wil dari suku Neftali Zebulon Asyer+Isakhar (Yos 19:10-39) mulai zaman Yosua hingga Daud. Sejak zaman Salomo daerah itu dikenal juga dengan nama tanah Kabul (lRaj 9:10-13).
Daerah Galilea memiliki luas sekitar 100 x 50 km, dengan batas utara di Pegunungan Hermon, selatan di Dataran Esdraelon, timur di Sungai Yordan hulu dan barat di pantai Laut Tengah. Daerah itu dibagi menjadi Galilea atas dan Galilea bawah. Galilea atas meliputi wilayah bagian selatan Pegunungan Libanon hingga lembah Huleh dengan ketinggian maksimal 1.208 m di Gunung Meron. Galilea bawah mencakup wilayah dataran Akko hingga lembah Esdraelon dengan beberapa perbukitan yang bervariasi ketinggiannya, yakni perbukitan Hazon 504 m, Atsmon 548 m, Tir’an 548 m, Karmel 550, dan Tabor 588 m.
Galilea sendiri mempunyai 204 kampung dg kota2 kecil. Beberapa diantaranya, yakni:
- Nazaret (Ia tumbuh dlm keluarga kudus brsama Maria+Yosef"),
- Kana (Ia "kerja" membuat mukjizat pertama: air mjd anggur,, Yoh 2:1-11), - Kapernaum (Ia mnyembuhkan org yg sakit, Yohanes 4:46-54)
- Danau Galilea (Ia menguatkan Petrus dkk yg takut, Yohanes 6:16-24).
- Kana (Ia "kerja" membuat mukjizat pertama: air mjd anggur,, Yoh 2:1-11), - Kapernaum (Ia mnyembuhkan org yg sakit, Yohanes 4:46-54)
- Danau Galilea (Ia menguatkan Petrus dkk yg takut, Yohanes 6:16-24).
Dkl: Kt jg diajak u/"pergi+bangkit" mulai dr keluarga, tempat kerja, rasa sakit+ketakutan kt msg2 krn dsanalah Tuhan sll hadir brsama pergulatan hdp kt.
"Cari nafkah di RawaBuaya-Slmt Paskah sorak alleluya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar