HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu 22 April 2017
OKTAF PASKAH
Kis. 4:13-21; Mzm. 118:1,14-15,16ab-18,19-21; Mrk. 16:9-15
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu 22 April 2017
OKTAF PASKAH
Kis. 4:13-21; Mzm. 118:1,14-15,16ab-18,19-21; Mrk. 16:9-15
"Reformatio vitae - Perubahan hidup."
Itulah yang diharapkan ada dalam setiap pengalaman paskah karena pada dasarnya, paskah adalah sebuah "reformasi": “NEXT LEVEL”, perubahan dari kematian menjadi kehidupan, dari penyaliban menjadi kemuliaan, dari dukacita menjadi sukacita, dari gelap menjadi terang.
Adapun Yesus mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati orang banyak karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitanNya.
Disinilah, kita diajak memiliki perubahan hidup bahwa beriman itu tidak selalu harus melihat langsung tapi mempunyai 3 sikap dasar yang terwujud dalam hidup harian, antara lain:
1."Optimis":
Kita diajak hidup dengan penuh keyakinan, jauh dari sikap sinis-skeptis dan pesimis, tidak mudah curiga dan berpraduga tapi selalu bersemangat dan meyakini penyertaan ilahi dalam setiap pengalaman insani.
Kita diajak hidup dengan penuh keyakinan, jauh dari sikap sinis-skeptis dan pesimis, tidak mudah curiga dan berpraduga tapi selalu bersemangat dan meyakini penyertaan ilahi dalam setiap pengalaman insani.
2."Obyektif":
Kita diajak untuk mempunyai hati dan budi yang terbuka pada pelbagai pengalaman, entah personal/comunal, lewat diri/sesama, mudah bersahabat dan tidak terkungkung pada "subyektifitas", ego dan kepentingan pribadi yang kadang mudah menuduh dan melupakan konteks utuhnya secara arif.
Kita diajak untuk mempunyai hati dan budi yang terbuka pada pelbagai pengalaman, entah personal/comunal, lewat diri/sesama, mudah bersahabat dan tidak terkungkung pada "subyektifitas", ego dan kepentingan pribadi yang kadang mudah menuduh dan melupakan konteks utuhnya secara arif.
3."Optimal":
Kita diajak untuk menjadi orang beriman yang "magis", bersemangat lebih untuk "pergi dan memberitakan injil kepada semua makluk", lintas agama dan budaya, berani "keluar kandang" dan menjadi figur "in between", jembatan antara orang miskin dan kaya, orang kuat dan lemah dll lewat pelbagai sarana dan media duniawi.
Kita diajak untuk menjadi orang beriman yang "magis", bersemangat lebih untuk "pergi dan memberitakan injil kepada semua makluk", lintas agama dan budaya, berani "keluar kandang" dan menjadi figur "in between", jembatan antara orang miskin dan kaya, orang kuat dan lemah dll lewat pelbagai sarana dan media duniawi.
"Makan nasi di atas bukit - Mari bersaksi karena Allah telah bangkit."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Deo Vindice - Tuhan adalah Pelindung (Kita).”
1.
"Deo Vindice - Tuhan adalah Pelindung (Kita).”
Inilah motto Konfederasi Amerika yang saya tulis dlm buku “Carpe Diem” (RJK, Kanisius) dan terkait-paut dg pesan hari ini bahwa Ia selalu melindungi kita.
Adapun tiga seruan dasarNya hari ini, adalah:
A. Percayalah:
Bahasa lbraninya “PERCAYA” adalah tertelungkup tanpa daya dengan segenap hati/ketergantungan yang mutlak. Nah, sadar bahwa kecendrungan kita adalah lebih percaya pada diri sendiri maka Yesus berkali-kali menampakkan diri kepada para muridNya: dari Magdalena, dua murid Emaus sampai pada Thomas supaya para murid dikuatkan dan menjadi percaya pada Allah.
Bahasa lbraninya “PERCAYA” adalah tertelungkup tanpa daya dengan segenap hati/ketergantungan yang mutlak. Nah, sadar bahwa kecendrungan kita adalah lebih percaya pada diri sendiri maka Yesus berkali-kali menampakkan diri kepada para muridNya: dari Magdalena, dua murid Emaus sampai pada Thomas supaya para murid dikuatkan dan menjadi percaya pada Allah.
Salah satu buah penampakanNya adalah adanya pengakuan iman para rasul, diwakili oleh Tomas yg berseru: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:28). Karena itu dengan perantaraan Tomas, Yesus berbicara pada kita tentang pentingnya “percaya”: Berbahagialah mereka yang tidak melihat tapi percaya” (Yoh 20:28-29). Bukankah dulu mereka ragu-ragu supaya kini kita tidak ragu-ragu lagi? Bukankah teladan iman kita ditandai oleh kenyataan bahwa kita “hidup karena percaya bukan karena melihat?
B. Pergilah:
Meskipun Yesus mencela ketidakpercayaan para murid tapi Ia tetap percaya dan mengutus mereka untuk ”pergi”.
Ya, kita bukan cuma dikuatkan, tapi kita dipercaya untuk ”action”, pergi membereskan diri dan keluar dari kemapanan pribadi: "Menjadi sibuk saja tidaklah cukup; semut-semut juga sibuk, persoalannya adalah apa yang menyibukkan kita, bukan?
Meskipun Yesus mencela ketidakpercayaan para murid tapi Ia tetap percaya dan mengutus mereka untuk ”pergi”.
Ya, kita bukan cuma dikuatkan, tapi kita dipercaya untuk ”action”, pergi membereskan diri dan keluar dari kemapanan pribadi: "Menjadi sibuk saja tidaklah cukup; semut-semut juga sibuk, persoalannya adalah apa yang menyibukkan kita, bukan?
Yang pasti, jika kita selalu menyibukkan diri untuk pergi bersama Allah, kita boleh yakin bahwa Dia akan menyertai “kepergian” kita, asal smuanya demi kemuliaan Tuhan.
Yah, seperti kata Paus Emeritus Benediktus XVI pada salah satu Audiensi Umumnya, "semoga cinta akan kebenaran dan keinginan terus-menerus untuk mengenal Tuhan merupakan dorongan bagi setiap umat Kristiani untuk tanpa merasa lelah mencari persatuan yang makin mendalam dengan Kristus: Jalan, Kebenaran dan Kehidupan”.
C. Beritakanlah:
Ia mengajak kita untuk menjadi “juru kampanye ilahi”, dengan doa-kata dan terlebih tindakan nyata. Dengan kata lain: Kita tidak hanya dikuatkan dan dipercaya tapi kita juga diutusNya untuk bersaksi dan menjadi “kabar baik” bagi orang lain.
Ia mengajak kita untuk menjadi “juru kampanye ilahi”, dengan doa-kata dan terlebih tindakan nyata. Dengan kata lain: Kita tidak hanya dikuatkan dan dipercaya tapi kita juga diutusNya untuk bersaksi dan menjadi “kabar baik” bagi orang lain.
Seorang saksi dan utusan Tuhan harus menyuarakan hati nurani kolektif, sabda, wahyu Ilahi sekaligus kemanusiaan yang hakiki, sehingga apa yang diharapkan sungguh menjadi kenyataan bagi dunia: “gaudere cum gaudentibus, et fiere cum fientibus” (Bersukacitalah dengan yang bersukacita dan menangislah dengan yang menangis).
Adapun pasca Konsili Vatikan II, Tahta Suci memberikan ruang lebih luas kepada awam untuk berpartisipasi aktif membantu karya pastoral gereja di tengah dunia. Oleh karena itu, inilah tugas kita bersama untuk memberitakan karya Tuhan di tengah carut marut dunia global.
“Sambel terasi sambel bawang - Mari kita bersaksi bagi setiap orang”
2.
"Christus surrexit- Kristus telah bangkit!"
"Christus surrexit- Kristus telah bangkit!"
Adapun bacaan hari ini merupakan ringkasan dari penampakan-penampakan Kristus yang telah bangkit, ditutup dengan kenaikan-Nya. Penampakan kepada sebelas orang murid terjadi langsung sesudah dua orang dari Emaus melaporkannya. (Luk. 24:36-49: Yoh. 20: 19-25).
Para penginjil tidak memberikan kesan bahwa Yesus memarahi mereka atas ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, tetapi bahwa Dia mengetahui betapa sulit bagi mereka untuk percaya.Dan Yesus berusaha menghilangkan kesulitan mereka dengan menawarkan bukti-bukti kebangkitan-Nya.
Ya, para murid sangat lamban untuk percaya.Mereka sulit menerima kesaksian dari orang-orang yang sudah melihat Yesus yang bangkit.Mereka tidak langsung menerima pemberitaan Maria Magdalena dan dua murid dalam perjalanan ke Emaus (Luk. 24:13-35), sehingga Yesus sendiri harus menampakkan diri dan menegur kedegilan hati mereka.
Meski demikian, Yesus terus mendorong mereka dengan otoritas-Nya untuk menjalankan misi mereka memberitakan Injil ke seluruh dunia.
Yesus menjanjikan penyertaan-Nya. Itulah yang menjadi kekuatan yang mengubah hidup para murid.Seperti apakah penyertaan Yesus kepada para murid?
Pertama, Yesus turut bekerja di dalam dan melalui para murid sehingga berita Injil dapat disebarkan sehingga banyak orang yang bertobat.
Kedua, firman yang Yesus ajarkan kepada mereka menjadi dasar yang teguh bagi pemberitaan Injil.
Ketiga, tanda-tanda yang menyatakan otoritas Kristus memperteguh para murid bahwa mereka memberitakan Injil bukan dengan kekuatan sendiri melainkan dengan kuasa Allah yang dicurahkan bagi mereka.
Pastinya, kuasa yang sama, yang menyertai para murid generasi pertama, juga menyertai kita, sampai sekarang bukan?
"Ada pepaya ada srikaya - Haleluia Tuhan bercahaya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar