Ads 468x60px

STIGMA


Tulisan Goenawan Mohamad
"STIGMA"
Ahok kalah; pilkada DKI 2017 sudah menentukan itu. Segera, apa yang terjadi dengan hiruk pikuk selama ini, akan jadi sejarah.
Banyak yang lega -- karena Anies menang ataupun karena kita akhirnya melampaui kebencian yang meracuni udara kampanye, suasana yang meretakkan banyak pertemanan.
Tapi saya harap satu hal tak dilupakan.
Ahok maju ke dalam arena dengan belenggu di tubuhnya: belenggu sebagai "penista agama". Ia bisa bergerak dan bisa bicara, tapi ia tak sepenuhnya bebas. Prestasinya sebagai kepala daerah, yang diakui sebagian besar warga -- yang membuat ia sebenarnya tak tertandingi -- nyaris tak tampak dan terdengar lagi.
Dalam sejarah politik Indonesia, mungkin apa yang dicapkan pada Ahok merupakan teknik membuat stigma yang paling berhasil.
Stigma itu bermula dari fitnah. Ia tak menghina agama Islam, tapi tuduhan itu tiap hari diulang-ulang; seperti kata ahli propaganda Nazi Jerman, dusta yang terus menerus diulang akan jadi "kebenaran". Kita mendengarnya di masjid-masjid, di media sosial, di percakapan sehari-hari, sangkaan itu menjadi bukan sangkaan, tapi sudah kepastian.
Ahok pun harus diusut oleh pengadilan, dengan undang-undang "penistaan agama" yang diproduksi rezim Orde Baru -- sebuah undang-undang yang batas pelanggarannya tak jelas, dan tak jelas pula siapa yang sah mewakili agama yang dinista itu.
Walhasil, Ahok diperlakukan tidak adil dalam tiga hal: (1) difitnah, (2) dinyatakan bersalah sebelum pengadilan, (3) diadili dengan hukum yang meragukan.
Mengakui adanya ketidak-adilan di dalam kasus ini tapi bertepuk tangan untuk kekalahan politik Ahok -- yang tak bisa diubah -- adalah sebuah ketidak-jujuran.
Ahok kalah, ia bahkan masih bisa di jatuhi hukuman dalam proses pengadilan yang di bawah tekanan aksi massa itu. Jangan-jangan kebenaran juga kalah -- di masa yang merayakan "pasca-kebenaran" kini.
NB:
APA KATA HABIB STING SOAL KEKALAHAN AHOK.....
Ada yg tanya. Kalo Ahok kalah gimana?
Ya gak apa2. Dia dr awal sudah siap kok. Buat gw ini cara Tuhan menyelamatkan orang baik itu dr hukuman dugaan penistaan agama. Dia akan lebih damai hidupnya. Gak ada beban. Gak ada hutang. Merdeka dr himpitan SARA yg memborbardirnya dgn sangat kejam. Bayangkan, kalo sudah menang bebas pula.
Selamat Pak Ahok atas kerja kerasnya selama ini. Warga Jakarta memang butuh gubernur baru. Butuh rumah dgn DP no persen. Butuh duit dr KJP Plus buat anak2 mereka yg gak sekolah. Apa nanti akan terealisasi, bukan urusan Pak Ahok. Yg pasti Pak Ahok telah menerapkan standar tinggi buat kinerja gubernur berikutnya.
Sekali lagi selamat. Khususnya buat ibu Vero, anak2, dan ibu Ahok yg pasti bahagia suami, ayah, dan anaknya kembali hidup normal.
Salam.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar