Ads 468x60px

Deus bonus est - Allah itu baik


HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
 HARAPAN IMAN KASIH
“Deus bonus est - Allah itu baik.”
Kis 8:9-18; Yoh 16:20-23a
Inilah semboyan iman Yulia Billiart yang saya tulis dalam buku “HERSTORY” (Kanisius). Dia adalah seorang perempuan yang penuh dengan perjuangan dan gulat geliat iman, walaupun beragam penderitaan dan keterbatasan diri terus mendera hidupnya.
Ia juga menjadi salah satu pendiri dan ibu rohani bagi Kongregasi Suster-suster Notre Dame (SND). “Ah, qu’il est bon, le bon Dieu”. Ah, betapa baiknya Allah yang baik! Yah lewat imannya, ia meyakinkan kita semua bahwa Allah sungguh baik. God is Good!
Hari ini, Yesus juga menjanjikan berkat dan penyertaan kasihNya jika kita setia padaNya. Ya, dalam proses ziarah kehidupan (Jw: siji sing diarah), kita juga pernah/sedang/akan mengalami masalah, seperti yang dialami Rasul Paulus (bacaan I).
Adapun tiga sikap iman yang boleh kita timba pada bacaan hari ini, antara lain:
1. Berkesadaran:
Mulailah dengan kesadaran iman bahwa Tuhan senantiasa menyelenggarakan dan menyertai kita (Kis 18:9-10). Deus bonus est. Allah itu baik. Yah, betapa baiknya Allah yang baik itu.” Hidup iman kita jelasnya mesti berpola GIG” - God is Good. Allah itu baik.
Disinilah baik jika kita terbiasa untuk tidak lagi mengatakan: “God I have a big problem”, tapi mulai terbiasa untuk mengatakan, “Problem, I have a big God.” Satu hal yang pasti, “audaces fortuna iuvat - Nasib baik menolong mereka yang berani.”
2. Berpengharapan:
Kita diajak untuk lebih bertolak ke dalam-Duc In Altum, masuk dan menimba suasana iman penuh kerahiman yang timbul dari divine depth - lubuk ilahi. Di sinilah juga, kita diajak untuk belajar hidup prihatin, lewat pengalaman salib, entah salib yang diderita orang lain ataupun kita derita sendiri.
Ya, disitulah kita diajak belajar untuk selalu mempunyai harapan dalam setiap dari salib, yang untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan, dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tapi jelas untuk kita semua yang beriman kristiani, salib melulu adalah kekuatan dan hikmat Allah yang mengantar pada kebangkitan (1 Kor 1:23).
Dkl: isilah hidup dengan adanya harapan bahwa akan tiba saatnya kita memetik buah perjuangan dengan penuh sukacita, tanpa ada seorang pun yang dapat merampasnya (Yoh 16:22): Ada pelangi setelah hujan, ada suka setelah duka. Dalam bahasa Meriam Belina: Indah rencanaMu, Tuhan.” Tepatlah sebuah pepatah latin yang berkata, “Aegroto dum anima est, spes est - selama seseorang yang sakit masih memiliki semangat, maka masih ada harapan.”
3. Berjuang:
Kita tidak boleh menyerah. Dalam nama Tuhan, kita tetap harus berjuang sampai apa yang menjadi tugas perutusan kita terlaksana dan tercapai.
Disinilah, kita diajak berjuang sekaligus berdaya tahan seperti seorang ibu yang terus berjuang sampai anaknya dilahirkan.
Ya, belajarlah dari sebuah tiram:
ketika sebutir pasir terbawa arus masuk ke dalam cangkangnya, melukai dagingnya yang halus dan lembut. Ia tak berdaya melepaskannya. Apa yang dilakukannya? Ia mengeluarkan lendir, membungkus pasir itu, dan setelah berbulan bertahun lewat, sebutir pasir itu telah berubah menjadi mutiara. Mulanya dari sesuatu yang remeh, kecil, menyakitkan, tapi Tuhan mengubah menjadi mutiara yang indah.
Pelan tapi pasti, rahmat Tuhan datang. Bukankah Benjamin Franklin juga pernah mengatakan bahwa “orang yang memiliki kesabaran juga akan memiliki apa yang dikehendakinya –One who has patience will have whatever he wants.”
“Si Johan semangatnya membara - Ikut Tuhan harus berani sengsara.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
NB:
1.
"Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati, terkembang dalam kata, terurai dalam perbuatan.
Kalau cinta sudah terurai menjadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon;
akarnya terhunjam dalam hati,
batangnya tegak dalam kata,
buahnya
menjumbai dalam perbuatan.
Seperti iman,
terpatri dlm hati,
terucap dalam kata,
dan dibuktikan dengan tindakan.
Memupuk dan memperkembangkan cinta dengan mencari sebanyak mungkin kesamaan, "quality time and quality talking", serta hal-hal yang bisa mendatangkan kegembiraan bersama ..."
2.
Kis 18:9-18;
Mzm 47:2-3.4-5.6-7;
Yoh 16:20-23a
“Dulcia non meruit, qui non gustavit amara" - yang tidak pernah mengecap kepahitan tidak dapat pula menikmati kemanisan".
Inilah pepatah latin yang terkenang ketika kita melihat pesan Yesus hari ini: "kamu akan menangis dan meratap; kamu akan berdukacita tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita."
Dengan kata lain: Kita diajak untuk berani menderita demi nilai yang lebih tinggi, demi kehidupan kekal yang lebih sejati. Ya, di tengah pelbagai derita dan pergulatan hidup yang kita alami, kita diajak untuk tetap memiliki 3 daya iman setiap hari, antara lain:
1."Daya tahan":
Kita diajak menjadi orang beriman yang ber-tahan uji, tidak mudah patah dan menyerah, tapi terus berjuang.
2."Daya pikat":
Kita menjadi teladan hidup yang berani dan mengesankan sehingga mengantar semakin banyak orang menuju pada Yesus.
3."Daya guna":
Kita diajak terus berjuang sebagai orang beriman sehingga benar-benar bisa berguna bagi yang lain, seperti Yesus yang juga jelas jelas berdaya guna: "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku" (Yoh 16:23).
"Baca firman di Kramat Jati - Jadilah orang beriman yang benar-benar sejati."
3.
Kis 16:22-34; Yoh 16:5-11
"In nomine Patris et Filii et Spiritu Sancti - Dlm nama Bapa+Putra+Roh Kudus."
Inilah tanda salib yg sll kita buat di awal+akhir doa kt bhw Bapa mengasihi, Putra menyelamatkan dan RohKudus yg sll menyertai, entah kita bersuka/berduka, bahagia/kecewa, penuh cinta/terluka.
Bicara lbh lanjut soal Roh Kudus yg datang sbg Penghibur (Yoh 14:14; 16:7)+Penolong (Yoh 14:26), adapun 3 arti dsrnya sperti yg sy tulis dlm buku "TANDA" (Kanisius), al:
1. Ruah (Bhs Ibrani): Angin yg menyegarkan+menyembuhkan.
2. Parakleitos (Bhs Yunani): Penghibur yg menguatkan.
3. Spiritus (Bhs Latin): Api yg menghangatkan.
Scr ideal, RohKudus dtg sbg "angin-penghibur+api" u/menyembuhkan-menguatkan+menghangatkan kt.
Secara real, bukankah kita kadang mrasa sakit-lemah+dingin? Sakit hatinya, lemah imannya+dingin cintanya!
Hari ini, truslah datang kpd Tuhan+mintalah pelbagai karunia RohKudus lwt doa+matiraga, devosi+ekaristi shg hidup harian kita juga memiliki buah-buah roh yg nyata+bisa dirasakan oleh keluarga+sesama kita scr aktual-real+operasional, shingga nama Tuhan smakin dimuliakan dan kselamatan jiwa sesama smakin didapatkan.
"Cari kardus cari galah - Wahai Roh Kudus datanglah."
4.
HR. Kenaikan Tuhan: Sebuah Persiapan.
Kis 1:1-11; Ibr 9:24-28,10:19-23; Luk 24:46-53
“Regnum caelum - Raja Surga.”
Inilah salah satu gelar Yesus pada saat kita merayakan Kenaikan Tuhan: “Ia telah masuk ke dalam tempat kudus untuk menghadap hadirat Allah demi kepentingan kita (Ibr 9:24) dan membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita” (Ibr 10:20).
Jelasnya, surga adalah sebuah tempat terakhir yang dipercaya sebagai lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat kebaikan. Istilah ini berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Svarga. Dalam bahasa Jawa kata tersebut diserap menjadi Swarga. Istilah Surga dalam bahasa Arab disebut Jannah, sedangkan dalam bahasa Hokkian digunakan istilah Thian (天).
Surga juga mempunyai nama lain, yakni Kahyangan. Istilah Kahyangan berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Sunda yang jika dipilah menjadi ka-hyang-an, atau bermakna "tempat tinggal para Hyang atau leluhur".
Secara khusus, dalam sejarah agama kristiani dan pustaka biblis, dikatakan bahwa bukit Zaitun, seperti banyak kita ketahui adalah tempat Yesus yang naik ke surga dan mengutus para rasulNya ke seluruh dunia untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada segala bangsa :
”Roh Kudus akan turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kis 1:8).
Ketika Yesus naik ke surga dari tempat ini, penginjil Lukas mencatat: “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke Sorga” (Luk 24:50-51).
Seperti yang juga pernah saya tulis dalam buku “Family Way” (Kanisius), adapun beberapa catatan Alkitab seputar ciri-ciri tentang “surga”, al:
• Diciptakan oleh Allah. (Kejadian 1:1; Wahyu 10:6)
• Kekal dan abadi. (Mazmur 89:30; 2 Korintus 5:1)
• Tidak terukur. (Yeremia 31:37)
• Tinggi. (Mazmur 103:11; Yesaya 57:15)
• Kudus. (Ulangan 26:15; Mazmur 20:7; Yesaya 57:15)
• Tempat kediaman Allah. (1 Raja-raja 8:30; Matius 6:9)
• Takhta Allah. (Yesaya 66:1; Kisah 7:49)
• Malaikat-Malaikat diam di dalam surga. (Matius 18:10; 24:36)
• Nama orang-orang kudus terdaftar di dalam surga. (Lukas 10:20; Ibrani 12:23)
• Orang-orang kudus mendapat upah di dalam surga. (Matius 5:12; 1 Petrus 1:4)
• Pertobatan menyebabkan sukacita di dalam surga. (Lukas 15:7)
• Kumpulkan harta benda di dalam surga. (Matius 6:20; Lukas 12:33)
• Daging dan darah tidak mendapat bagian di dalam surga. (1 Korintus 15:20)
Selain dinamai sebagai “firdaus” (2 Korintus 12:2,4), “perhentian (Ibrani 4:9), “sebuah lumbung” (Matius 3:12), dimana “orang jahat tidak mendapat bagian dalam surga” (Galatia 5:21; Efesus 5:5), adapun tiga nama lain dari surga, yakni:
1. Kerajaan Allah. (Efesus 5:5):
Allah menjadi raja di atas segalanya. Dalam kitab Wahyu, kondisi kerajaan ini digambarkan sebagai berikut, ”Tahta Allah dan Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambanya akan beribadah kepadaNya, dan mereka akan melihat wajahNya, dan namaNya akan tertulis di dahi mereka. Dan, malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan matahari sebab Tuhan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selamanya.” (Why. 22:3-5).
2. Rumah Bapa. (Yohanes 14:2):
Inilah tempat tinggal dimana Allah berada dan kita diperkenankan menjadi anggota keluarganya, dengan akrab hangat dan bersahabat. Satu hal yang pasti, kenaikan Tuhan ke surga memberikan harapan iman bagi kita bahwa Ia menjadi “anak kunci” sekaligus “anak tangga” yang membukakan jalan dan membukakan pintu masuk ke dalam Rumah Bapa yang sempurna dan paripurna.
3. Tanah air surgawi. (Ibrani 11:16):
Surga adalah tanah masa depan yang dijanjikan Yesus kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Inilah sebuah kehidupan kekal dan abadi, ciptaan yang sempurna dan paripurna, tempat dimana Allah menghendaki untuk tinggal secara permanen dengan umat-Nya (Wahyu 21:3). Tidak akan ada lagi pemisahan antara Allah dan manusia. Orang-orang beriman sendiri akan hidup dengan kemuliaan, dibangkitkan dengan tubuh yang baru; tidak akan ada penyakit, tidak ada kematian dan tidak ada air mata.
Dari pelbagai penjelasan diatas, sebenarnya adanya surga sekarang ini berdasar pada kejadian di dunia, surga yang luhur terletak secara nyata pada perasaan hati yang tenang dan senang: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33).
Ya, surga dan neraka ini tidak perlu menunggu hari kiamat, bukan? Adanya surga itu bisa dirasakan setiap kali kita mau menjadi saksi-saksi cinta Allah mulai dari Yerusalem (keluarga), Yudea (masyarakat), Samaria (orang kecil) sampai ke segala penjuru dunia:
“Sebab, Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman (saja), tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm 14:17).
Jelaslah, menyitir Karen Sunde bahwa mencintai adalah menerima secercah surga. – To love is to get a glimpse of heaven.
“Cari galah di Sungai Gangga - Carilah slalu Kerajaan Surga.”
5.
Alkisah, adalah seorang pertapa yang sudah begitu suci sehingga Allah memperbolehkan pertapa itu untuk melihat-lihat surga dan neraka lebih dahulu sebelum ia meninggal.
Di neraka, ia terkejut karena ternyata neraka itu tampak penuh kemilau kemewahan dan kenikmatan. Semua orang berpakaian bagus-bagus. Makanan terlezat tersedia di setiap meja.
Kemudian ia dibawa malaikat ke surga. Ia terkejut lagi karena menyaksikan pemandangan yang sama. Lah, dia pikir, apa bedanya surga dan neraka?
Setelah pertapa itu meneliti ulang, ternyata di neraka orang-orang tersiksa abadi karena tak bisa menggerakkan tangan dan mulut untuk menikmati makanan dan kemewahan.
Tapi di surga juga begitu. Bagaimana ini? Memang di surga, orang tidak juga memakai tangan mengambil makanan untuk diri sendiri, tetapi mereka selalu memberinya pada orang lain. Di neraka, tiap orang begitu hebat memikirkan kepentingan diri sendiri, hingga terpenjara dalam nafsunya sendiri. Di surga orang hanya memikirkan kepentingan orang lain hingga ia selalu menerima berlimpah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar