Ads 468x60px

Spiritus Sanctus - Roh Kudus


HIK- HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH

Kis 17:15.22-18:1;
Mzm 148:1-2.11-12b.12c-14a.14bcd;
Yoh 16:12-15
“Spiritus Sanctus - Roh Kudus.”
Katekismus nomor 1831 menyatakan “Roh Kudus itu di utus ke seluruh Bumi, supaya menolong orang percaya tetap hidup baik.”
Jika Roh Kudus itu turun dan diam di dalam diri kita, maka tentu buah-buahnya akan terpancar di dalam kehidupan harian kita, yaitu: Ruah Hokema/Roh Hikmat, Ruah Bin'ah/Roh Pengertian, Ruah Etsa/Roh Nasehat, Ruah Geburah/Roh Keperkasaan, Ruah Yahweh Yir'et/Roh Takut akan Tuhan, Ruah Yahweh Da'at/Roh Pengenalan akan Tuhan, serta juga Roh Kesalehan (Bdk: Yesaya 11:12).
Seperti yang saya tulis dalam buku “XXX-Family Way” (RJK, Kanisius), Roh Kudus sendiri kerap mempunyai tiga arti biblis, al:
Pertama: קרוש (qadosy) yang berarti 'bersifat kudus atau khusus' (Keluaran 29:31).
Kedua, ךןתאלהים (ruah elohim), yang berarti 'Roh Allah, nafas Allah, angin Allah’.
Ketiga, ךןתקרוש (ruah qadosy), yang berarti 'Roh Kudus' (Kejadian 1:2; Yehezkiel 37:1-14; Yunus 1:4; Zakharia 4:6).
Hari ini, Yesus secara khusus berbicara soal Roh Kudus (qadosy, ruah elohim, ruah qadosy) sebagai Roh Kebenaran (Veritas). Adapun tiga indikasi dasar Roh Kebenaran, yakni:
A. Hangat:
Selain digambarkan sebagai merpati, Roh ini kerap digambarkan sebagai “api” (Kat 696). Dalam "lidah-lidah seperti api", Roh Kudus turun sebagai kebenaran atas para Rasul pada pagi hari Pentakosta dan memenuhi mereka (Kis 2:3-4).
Dalam Alkitab, kita juga mengetahui bahwa Nabi Elia, yang membawa kebenaran "tampil bagaikan api dan perkataannya bagaikan obor yang menyala" (Sir 48:1), yang menarik api turun atas kurban di gunung Karmel (1 Raj 18:38-39).
Bahkan, Yohanes Pembaptis, yang mendahului Tuhan "dalam roh dan kuasa Elia" (Luk 1:17) mengumumkan Kristus sebagai Dia, Sang Kebenaran yang "akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api" (Luk 3:16).
Jelasnya, dalam tradisi rohani, lambang api ini dikenal sebagai salah satu lambang yang paling berkesan mengenai karya Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran yang membuat setiap orang beriman menjadi hangat dalam kata dan tindakan nyatanya.
B. Handal:
Para murid Yesus pada hari mereka menerima Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran, mampu mempertobatkan tiga ribu jiwa.
Ya, Roh Kebenaran membantu mereka untuk menjadi pewarta yang handal, yang mengatakan dan melakukan apa yang Allah telah katakan. Disinilah wajar jika Rasul Paulus juga pernah menegaskan, "Janganlah padamkan Roh Kudus" (1 Tes 5:19).
Katekismus Gereja Katolik menyatakan hal-hal berikut dalam alinea pertama yang menjelaskan Pengakuan Iman Rasuli Aku percaya akan Roh Kudus, demikian: "Tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah" (1 Kor 2:11). Roh yang mewahyukan Allah itu, membuat kita mengenal Kristus, Sabda-Nya yang hidup; tetapi ia tidak berbicara tentang diri-Nya sendiri. Ia, yang "bersabda melalui para nabi", membuat kita mendengarkan Sabda Bapa. Tetapi kita tidak mendengarkan Dia sendiri. Kita hanya mendengarkan Dia secara tidak langsung, bila ia mewahyukan Sabda kepada kita dan mempersiapkan kita, menerima-Nya dalam iman. Roh kebenaran, yang "mengungkapkan" Kristus bagi kita, tidak berbicara "dari diri-Nya sendiri" (Yoh 16:13). Sikap rendah hati yang ilahi ini menjelaskan, mengapa "dunia tidak dapat menerima-Nya, karena ia tidak melihat-Nya dan tidak mengenal-Nya", sedangkan mereka yang percaya kepada Kristus mengenal-Nya, karena Ia menyertai mereka (Yoh 14:17).
C. Hikmat:
Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran mengajar kita bertindak secara benar (bijaksana). Inilah kemampuan iman sekaligus sepenuhnya adalah rahmat Allah supaya kita bisa mengambil keputusan dan membuat pilihan-pilihan yang benar, sehingga mampu menjalani kehidupan dengan arif dan trampil.
Salomo dan Ayub menyadari betul fungsi hikmah kebijaksanaan dalam kehidupannya. Hikmah juga memiliki pelbagai muatan dasar, al: berhati tulus, pendamai, peramah, pemurah, penuh belas kasihan, tidak memihak dan tidak munafik (Yak 3:17).
“Cari kardus di Pangandaran - Datanglah Roh Kudus Roh Kebenaran.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
“Fides quarens intellectum - Iman mengandaikan pemahaman.”
Inilah konsep Anselmus supaya kita sungguh “memahami”: mencecap dan mengalami apa yang kita yakini dan imani, termasuk pemahaman iman soal Tritunggal. Secara etimologis, kata “Tritunggal” sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni: “Trinitas”. Kata “trinitas” ini terdiri dari dua kata, yaitu “tres”=“tiga”, dan “unus”= “esa”, “tunggal” atau “satu”: Adanya keberadaan dari satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari keallahan ini ada tiga pribadi yang sama kekal, sama sepadan dan sama di dalam hakikat”. Dkl: Ada tiga sosok, yang semuanya adalah Yang Tidak Terbatas. Yang Tiga itu adalah Yang Satu yang tak terpisahkan yaitu Yang Tak Terbatas. Ebuah contoh: jika ada orang yang berkata: "Mana mungkin 1+1+1=1 ? Benar bahwa 1+1+1=1 adalah tidak mungkin, jika yang dijumlahkan itu bakpau, cincau atau kwetiau (yang terbatas). Tetapi jika ketiganya adalah Yang Tak Terbatas, maka persamaan itu menjadi mungkin. Satu Yang Tak Terbatas + satu Yang Tak Terbatas + satu Yang Tak Terbatas = satu Yang Tak Terbatas. Persamaan ini menjadi mungkin bukan?
Dalam analogi sederhana yang tidak sepenuhnya tepat juga, api dapat digunakan sebagai penjelasan Tritunggal: Api terbagi menjadi tiga komponen, “panas, cahaya (tepatnya gelombang cahaya), dan daya bakar. Jadi walau api itu satu, namun api bisa kita temui dalam tiga wujud sesuai dengan keinginan kita, misal sebagai panas (waktu kita memasak), sebagai cahaya (waktu lampu mati dan kita menyalakan lilin), dan dalam wujud pembakar (waktu kita membakar kertas). Atau juga sebuah telur ayam: ia mempunyai kulit/cangkang, kuning telou dan putih telur. Atau seorang pribadi yang dipanggil dengan tiga nama, misalnya saya: ketika di rumah dipanggil sebagai “mas”, di gereja di panggil sebagai “romo”, ketika mengajar di kampus kerap dipanggil sebagai “bapak.”
Lebih lanjut, seperti yang saya tulis dalam buku “XXX-Family Way” (RJK, Kanisius), adapun tiga ajakan dasar yang bisa kit wartakan hari ini adalah sebuah iman berpola “tritunggal”, yakni:
A. TRImalah dalam iman:
Gereja mengimani bahwa Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel 1155: DS 421). Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K.Lateran IV 1215: DS 804). Disinilah, bukankah tepat jika dikatakan: Tuhan itu Maha Sempurna dan Mahabesar, sedangkan manusia itu kecil dan sangat terbatas, baik panca indera maupun pikirannya. Berangkat dari pernyataan inilah, manusia dengan segala keterbatasannya sangat sulit untuk mengerti misteri Allah yang sesungguhnya kecuali dalam mata iman.
B. BerganTUNGlah pada Tuhan:
Ada sebuah kisah tentang pelindung kota Milano, Santo Agustinus yang mengajak kita belajar bergantung pada Tuhan. Begini cerita populernya: Ketika Agustinus sedang berjalan-jalan di pantai dan mencoba memikirkan Allah Tritunggal yang tak bisa dimengerti ini, ia melihat anak kecil yang bemain air di pantai. Agustinus mendekati anak itu dan bertanya: " Sedang apa kau di sini ?" Anak itu menjawab: "Saya ingin memasukkan seluruh air lautan ini dalam botol". Agustinus tertawa mendengar jawaban anak itu, katanya: "Bodoh benar kau ini, mana mungkin seluruh air lautan ini bisa kau masukkan dalam botol.” Anak itu menjawab balik: "Sama seperti kau juga, mana mungkin bisa memasukkan Allah dalam otak manusia yang juga sebesar botol ini.¨ Setelah berkata, anak itu langsung menghilang. Agustinus terkejut dan sekaligus sadar akan kebodohannya. Betapa benar kata-kata anak dalam penglihatannya itu. Ia ibarat anak kecil yang ingin memasukkan seluruh air lautan ini ke dalam botol, yang lupa bahwa hidupnya sesunggunya terbatas dan tergantung pada kerahiman Tuhan semata.
C. TangGALkanlah kegelapan:
Dalam Katekismus 234, dikatakan bahwa: “Misteri Tritunggal adalah rahasia sentral iman dan kehidupan Kristen.” Disinilah bisa dikatakan bahwa merayakan Tritunggal berarti merayakan dan menyatakan misteri kasih Allah yang Esa demi keselamatan kita: Karya keselamatan yang direncanakan oleh Allah Bapa dilaksanakan oleh Allah Putera dan diteruskan oleh Allah Roh Kudus (bdk. Rm 5:1-5). Ketiga pribadi Tritunggal mewahyukan Diri masing-masing dalam tugas yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan karena ketiganya merupakan satu-kesatuan yang sempurna sehingga keesaan Allah tidak berubah. Karena Allah telah begitu baik maka kita juga diajak untuk hidup secara kudus dan menanggalkan kegelapan, seperti kata-kata Paulus: “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang!”
“Ada pepaya ada buaya - Aku percaya akan Allah Tritunggal yg penuh daya.”
2.
"Magistra aeterna - Guru sejati."
Inilah salah satu julukan yang diberikan pada Yesus ketika mengajarkan banyak hal baik kepada para muridNya. Kitapun juga diajak menjadi "guru" bagi yang lain dengan menerapkan tiga sikap dasar Yesus pada bacaan hari ini, antara lain:
A."Simplicitas": Kesederhanaan.
Ia mengatakan dengan jujur bahwa "masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu tapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya." Ia menjadi guru yang mnjelaskan dengan sederhana, bertahap dan memahami kemampuan para muridNya yang tidak langsung mudah mengerti (Lih: Mat 16:5-12; Mrk 9:30-32).
B."Solidaritas": Kebersamaan.
Ia selalu hadir, terlebih ketika akan meninggalkan para muridNya, Ia sehati dan sejiwa, selalu memberikan banyak peneguhan dan penghiburan bahwa Ia selalu ada bersama mereka.
C."Sanctitas": Kekudusan.
Ia menyatakan akan mengirim roh penghibur yakni roh kebenaran yang kerap kita sebut sebagai roh kudus. Dengan kata lain: Kitapun diajak untuk hidup kudus karena Allah yang kita imani dan roh yang kita hayati adalah benar-benar kudus. Roh kudus sendiri yang mengajak kita hidup kudus adalah penolong (Yoh 14:16-17), penghibur (Yoh 14:26) dan pemimpin kepada kebenaran (Yoh 16:13).
"Dari Tarsus ke Kramat Jati - Tuhan Yesus itu Guruku yang sejati."
3.
“Exsultate in laetitia - Bernyanyilah dengan sukacita.”
Inilah yang kita wartakan menjelang Pentakosta bahwasannya pekerjaan Roh Kudus bukan saja ditujukan kepada orang yang belum percaya (Yoh 16:7-8), tapi juga bekerja dalam hidup kita sebagai orang yang percaya untuk mengajar, membetulkan kesalahan dan menuntun kepada kebenaran (Mat 18:15; 1Tim 5:20; Wahyu 3:19).
Ya, Roh Kudus akan meneguhkan kita, supaya:
(a) kita menjadi seperti Kristus (2Kor 3:18)
(b) kita dipimpin dlm kebenaran
(c) kita memuliakan Kristus (Yoh 16:14).
Demikianlah, Roh Kudus bekerja di dalam diri kita untuk menghasilkan kehidupan Kristus di dalam kehidupan harian kita.
Lebih lanjut, apabila kita menolak pimpinan Roh Kudus dan jikalau kita tidak "mematikan perbuatan-perbuatan tubuh" (Rom 8:13), maka kita akan dijatuhi hukuman.
Hanya orang yg menerima kebenaran dan "dipimpin Roh Allah" adalah "anak-anak Allah" (Rom 8:14) dan dengan demikian sanggup hidup terus dalam kepenuhan Roh (Ef 5:18). Jelasnya, dosa membinasakan kehidupan dan kepenuhan Roh Kudus di dalam hdp kt (Rom 6:23; 8:13; Gal 5:17; Ef 5:18; 1Tes 5:19).
Roh Kudus menyatakan kepada kita hal-hal yang diterima-Nya dari Kristus.
Dia menghadirkan kasih, pengampunan, kekudusan, kuasa, karunia-karunia rohani, kesembuhan, dan segala hal yang menjadi milik kita melalui hubungan kita dengan Kristus.
Ya, melalui Roh Kuduslah, Yesus datang kembali kepada kita untuk menyatakan kasihdan persekutuanNya (Yoh 14:16-23).
"Ada galah ada kardus - Datanglah ya Roh Kudus."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar