Ads 468x60px

17 Juli - St. Leo IV, Paus.


HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
Aku tak pernah membiarkan masalah dan kesulitan menguasai diriku.
Aku tetap setia mempersembahkan segenap waktu dan kekuatanku untuk Yesus dan Gereja-Nya.
St. Leo IV, Paus.
(17 Juli - Carpe Diem Orang Kudus, RJK)
St Leo hidup pada abad kesembilan.
Ia dilahirkan sebagai seorang Romawi dan melewatkan masa hidupnya di kota Roma. Leo dididik dalam Biara Benediktin dekat Basilika St Petrus.
Ia ditahbiskan menjadi imam dan melaksanakan karya pelayanannya di Basilika St Yohanes Lateran yang besar dan terkenal.
Leo dikenal baik dan dikasihi oleh dua paus pendahulunya, yakni Paus Gregorius IV yang wafat pada tahun 844 dan Paus Sergius II yang wafat pada tahun 847.
Wafat Paus Sergius II membawa dampak langsung pada Leo. Desas-desus akan serbuan bangsa barbar Saracen menggentarkan bangsa Romawi. Mereka tak hendak ditinggalkan tanpa paus. Begitu pula para kardinal. Sebab itu, mereka segera memilih penerus paus. Penerusnya ini kemudian dikenal dalam sejarah sebagai Paus Leo IV.
Sebagai paus, Leo memerintahkan agar tembok-tembok kota diperbaiki.
Tembok-tembok itu telah rusak tahun sebelumnya akibat serangan Saracen.
Ia memperindah gereja-gereja dan membawa banyak relikwi ke Roma. Ia memulai suatu program pembaharuan bagi kaum klerus.
Pada tahun 853 ia mengadakan sinode yang dihadiri segenap imam Roma. Ia menetapkan peraturan demi membantu para imam hidup dalam doa, lebih tekun dan penuh sukacita.
Beberapa uskup amat menyedihkan Paus Leo dengan cara hidup mereka. Mereka menentang paus secara terbuka dan tak hendak mengubah cara hidup mereka.
Tak peduli betapa banyak ia dicemooh, Paus Leo tetap bersikap adil, sabar dan rendah hati. Ia tak pernah membiarkan masalah dan kesulitan mengusai dirinya.
Leo tetap setia mempersembahkan segenap waktu dan kekuatannya untuk Yesus dan Gereja-Nya. Ia mencintai doa-doa liturgi yang indah dan mendorong perkembangan nyanyian dan musik liturgis.
Umat mencintai St Leo. Bahkan semasa hidupnya, ia dianggap sebagai seorang pembuat mukjizat. Konon dialah yang menghentikan kobaran api dahsyat yang melalap pojok Inggris di Roma.
Paus Leo IV terus melayani Gereja dengan penuh sukacita hingga akhir hayatnya pada tanggal 17 Juli 855.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Per aspera ad astra - Dengan bekerja keras menggapai bintang-bintang."
Inilah pepatah latin yang saya tulis di cover belakang buku dan slide show tentang walikota Solo dengan "Spirit Of Loving Others"-nya ("FX-Sketsa Walikota Surakarta", 2014).
Hal ini mengindikasikan adanya sebuah usaha/perjuangan yang terus menerus untuk mencapai sebuah "keberhasilan".
Mengacu pada bacaan injili, kitapun juga diajak "bekerja keras" supaya bisa/berhasil mencapai "bintang", yakni Yesus sendiri. Adapun tiga jalan "kerja keras" yang diwartakan Yesus, antara lain:
1."Datanglah kepadaKu":
Ia mengajak kita mempunyai "daya juang" untuk selalu datang dan membawa semua pergulat-geliatan, suka-duka, tawa-tangis kita kepadaNya.
2."Pikullah kuk yang Kupasang":
Ia mengajak kita mempunyai "daya tahan", tetap tegar dan bertahan uji memikul setiap kuk/beban/salib kehidupan harian kita dengan sukacita. Dengan kata lain: Kita diajak bersyukur karena boleh ikut merasakan dan mengalami misteri salibnya Tuhan.
3."Belajarlah daripadaKu":
Ia mengajak kita menjadi "homo studentes", manusia pembelajar yang selalu berjuang untuk mengikuti jejak ilahi dengan dua sikap dasar, yakni lemah lembut dan rendah hati dalam setiap hidup harian kita.
Selain itu, Ia mengajak kita terus belajar untuk mempunyai "daya pikat" karena selalu mau untuk terus belajar menjadi "imago dei-citra/cerminan ilahi" bagi sesama lewat setiap karya, ucapan dan doa kita setiap harinya. Sudahkah kita mempunyai "daya juang-daya tahan dan daya pikat"?
"Dari Cawang ke Pati-Mari kita trus berjuang dengan sepenuh hati."
B.
"Animal symbolicum - Makhluk penanda."
Yah, selain sebagai "animal rationale", manusia juga kerap disebut sebagai makluk yang penuh dengan tanda. Bicara soal "tanda", seperti yangs aya tulis dalam buku “TANDA” (RJK, Kanisius), ada banyak tanda di hidup kita: STNK-STTB-KTP, tanda baca-tanda mata-tanda cinta-tanda tangan dll.
Adapun, orang-orang Yahudi dan Farisi meminta "tanda" pada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda daripadaMu" (Mat 12:38). Sebenarnya, sudah banyak "tanda" yang dibuat oleh Yesus tapi karena hati mereka tertutup oleh iri dan dengki, maka mereka tidak peka melihatNya.
Itulah sebabnya, "tanda" sebenarnya punya ajakan yang indah yakni "Tempat Aku Nampakkan Damai Allah."
Di lain matra, bukankah Tuhan sudah banyak memberikan tanda cinta yang penuh kedamaian kepada kita, lewat pelbagai "rahmat dan mukjizat" setiap harinya: akan sahabat yang meneguhkan, akan hari baru yang menyegarkan, akan kesehatan yang membahagiakan dan akan pelbagai kenangan dan "keindahan kecil" yang boleh kita alami dan syukuri.
Mengacu pada pesan biblis, Nabi Mikha (Mik 6:8) mengajak kita menjadi "TANDA -TempAt Nampakkan Damai Allah", dengan 3 poros sikap dasar "KRS", antara lain:
1. Keadilan:
Bersikap positif dan sportif, bekerja sesuai hati nurani, menghargai hak dan kewajiban, tidak menjadi "parasit", merampas hak orang lain, mengorbankan dan merugikan hidup orang lain demi kepentingan sendiri.
2.Rendah hati:
Dalam bahasa latin, "humilitas" dari kata dasar "humus", yakni lapisan tanah yang mempunyai dua ciri: tidak menonjolkan diri sendiri dan selalu bisa menyuburkan hidup yang lain, mudah memahami tidak mudah menghakimi, sedikit berkata tapi banyak berbuat.
3.Setia:
Dalam bahasa Inggris, "faithfulness", yang mengandaikan konsistensi iman karena "setia" juga bisa berarti sebuah ajakan loyalitas untuk "Slalu Taat dan Ingat Allah." Pastinya, dengan rahmat kerahimanNya, semoga "KRS" boleh selalu hadir dalam hidup kita setiap harinya.
"Naik kuda di Pasar ikan - Jadilah tanda yang penuh kebaikan."
C.
"Prophetic - Kenabian."
Inilah salah satu tugas dasar Yesus sebagai tanda hadirnya surga ditengah dunia. Ia tidak hanya datang sebagai "raja/imam" tapi juga digambarkan sebagai seorang nabi. (Mrk 6:4,15; Mat 21:11; Luk 4:24; Kis 3:20-23).
Adapun beberapa ciri panggilan nabi, antara lain:
A) Ia penuh dengan Roh dan Firman Allah (Mat 21:42; 22:29; Luk 4:1,18; 24:27; Yoh 3:34).
B) Ia memiliki hubungan erat dengan Allah (Luk 5:16).
C) Ia menyampaikan nubuat (Mat 24:1-51; Luk 19:43-44).
D) Ia melakukan tindakan simbolis yang mengungkapkan kemuliaan Allah (Mat 21:12-13; Yoh 2:13-17).
E) Ia membongkar kemunafikan para pemimpin agama dan mengecam ketaatan mereka kepada tradisi dan bukan kepada Firman Allah (Mr 7:7-9,13).
F) Ia ikut merasakan kesedihan dan penderitaan Allah atas keadaan terhilang dari mereka yang tidak mau bertobat (Luk 13:34; 19:41).
G) Ia menekankan ajaran moral dari Firman Allah (kesucian, keadilan, kebenaran, kasih, kemurahan) dibandingkan ketaatan seremonial (Mr 12:38-40; Mat 23:1-36).
H) Ia memberitakan dekatnya pemerintahan dan penghakiman Allah (Mat 11:22,24; 10:15; Luk 10:12,14).
I) Ia memberitakan perlunya pertobatan (Mrk 6:12; Mat 4:17).
Nah, sebagaimana ketidakpercayaan pada kenabian Yesus menghalangi pengadaan mukjizat di kota asalNya, demikian pula ketidakpercayaan iman kita masih menghambat bekerjanya kuasa kenabian Yesus dalam hidup kita. Kegagalan untuk mempercayai Allah 100%, menyangkal kemungkinan terjadinya karunia kenabian.
Disinilah, kita diajak untuk terus belajar menjadi orang beriman yang "rahim", yang sportif, positif dan produktif, yang tak mudah merendahkan dan meremehkan orang lain karena sejatinya kenabian Tuhan kerap hadir lewat perjumpaan harian dengan sesama dan semesta.
"Cari galah di Sukabumi - Tambahkanlah iman kami" (Luk 17:5).
D. "Ave crux spes unica - Salam hai Salib, harapan yang utama."
Inilah salah satu semangat yang juga saya tulis dalam buku "HERSTORY" (RJK, Kanisius). Hal ini menegaskan bahwa iman tak bisa lepas dari "pengalaman salib", seperti yang juga dialami Yesus ketika diragukan dan dipinggirkan.
Adapun "trilogi salib" yang dialamiNya, al:
A.Stigmatisasi:
Yesus dicap buruk sebagai pengacau dan penghojat Allah.
B.Marginalisasi:
“Barangsiapa mencari kebenaran, entah sadar/tidak, ia mencari Tuhan.” Yesus setia selalu menjadi dan mencari kebenaran meski untuk itu, Ia harus di-“marginalkan”-disingkirkan dari "tengah kota" ke "pinggir kota".
C.Victimisasi:
Yesus menjadi korban dan bahkan disalibkan karena dosa iri dan dengki orang banyak.
Hari ini, kita diajak untuk menjadi tanda yang hidup dengan merenungkan bahwa Yesus tidak memanggul salibnya sendiri: Ada orang banyak yang turut ambil bagian, misalnya: Maria, Simon Kirene, Veronika. Mereka membantu Yesus demi cinta kepadaNya.
Dalam pemaknaan iman inilah, kita diajak untuk ikut "memeluk salib", terlebih ketika kita juga dicapburuk/ditolak, disingkirkan/dikambinghitamkan oleh yang lain. Secara kontemplatif, memeluk berarti: menjadi satu-erat tak terpisahkan dan realitas itu menjadi bagian utuh dari hidup kita.
Selain itu, di balik trilogi penyaliban ini, ditegaskan juga bahwa "pengalaman salib" merupakan cara Tuhan supaya iman kita semakin "joss": berakar sekaligus bersayap, berakar karena yakin bahwa Tuhan benar-benar mencintai kita ("pengalaman mistik") sekaligus bersayap karena membuat kita semakin tangguh mewartakan iman secara kontekstual ("pengalaman profetik").
Bukankah segala sesuatu yang buruk tidak selalu buruk bagi pertumbuhan rohani? Kerap, “pengalaman salib” malah melahirkan orang yang berdaya tahan. Kadang pengalaman salib juga memunculkan kesadaran kita untuk memeluk derita sebagai wujud cinta yang konkret kepada Kristus.
Yang pasti, iman menjadi lebih teguh dan lebih murni jika dihadapkan pada situasi sulit, bukan?
"Cari pita dari bunga Tulip - ada cinta di balik setiap pengalaman salib."
E.
"Oratio sit brevis et pura - Doa itu seharusnya singkat dan sederhana!"
Inilah salah satu seruan dasar St Benediktus soal vitamin "D" (DOA). Sebenarnya selain vit D, kita juga mempunyai dua vitamin lainnya dalam iman kristiani, yakni "C" (CINTA) dan "E" (EKARISTI).
Bicara soal vit "D" yang bisa berarti "Dikuatkan Oleh Allah", Yesus hari inipun juga berdoa kpd BapaNya dengan 3 sikap dasar, antara lain:
1."Sukacita":
"Aku bersyukur kepadaMu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi." Ia membuka doanya bukan melulu meminta-minta tapi selalu dilandasi dengan hati yang penuh sukacita. Inilah dimensi dan relasi doa yang kadang kita lupakan bahwa doa bukan melulu bernuansa dan rasa permohonan tapi juga terlebih ucapan syukur atas pemeliharaan dan penyelenggaraan ilahi setiap harinya.
2."Setia":
Ia setia tidak hanya sebagai "healer/penyembuh dan teacher/pengajar" tapi juga sebagai "prayer/pendoa". Ia tidak hanya setia "sibuk untuk Allah" tapi juga setia "sibuk dengan Allah": Ia setiap pagi dan malam pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa kepada BapaNya .
3."Sederhana":
Ia mencintai orang kecil dan sederhana, "small is beautiful". Ia menegaskan bahwa misteri Kerajaan disembunyikan bagi org bijak dan pandai tapi dinyatakan kepada orang kecil dan sederhana. Ia mengajak kita miskin di hadapanNya supaya mudah dibentuk olehNya, menjadi orang yang tulus dan rendah hati karena Ia datang juga sebagai Allah yang tulus dan mencintai kesederhanaan dan kerendahan hati, sebagai bayi di Betlehem, sebagai anak tukang kayu di Nazareth, sebagai yang tersalib hina di Yerusalem dan terlebih dalam setiap ekaristi lewat hosti terkudus. Bagaimana dengan hidup kita sendiri? Sudahkah ber-"S3" setiap hari: sukacita-setia dan sederhana?
"Dokter gigi pergi ke Brastagi - Semangat pagi & selamat berbagi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar