Ads 468x60px

DOA ANGELUS DOMINI DAN SERDADU-SERDADU SWISS


HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
DOA ANGELUS DOMINI DAN SERDADU-SERDADU SWISS
Ora et labora
vivat Deus unus et Trinus in cordibus nostris Berdoa dan bekerjalah
Semoga Allah yang Satu dan Tritunggal hidup di dalam hati semua orang.
Setiap siang di Kantor Pusat Serdadu-serdadu Swiss di dalam Vatikan, menjelang jam 12.00 tengah hari, pasti terdengar lonceng berdering. Ada apa ? Mereka serentak berdoa Angelus.
Biasanya mereka pergi bersama ke sebuah sudut di mana ada Salib dan Bunda Maria dan semua memegang buku Doa Angelus yang khusus dirancang untuk Serdadu-serdadu Swiss. Satu dari mereka yang bertugas Minggu ini mengangkat Doa Angelus dan semua aktif berdoa dengan lancar.
Di akhir Doa, didaraskan pula sebuah doa khusus untuk Paus, Pemimpin Gereja Katolik yang mereka layani secara khusus, siap mengorbankan nyawa sekalipun, sejak 500-an tahun yang lalu.
Di dalam doa khusus itu mereka memohon agar Paus selalu dilindungi dan diberkati oleh Tuhan dalam menjalankan tugas kerasulan Kepausan yang diserahkan kepadanya, melanjutkan tugas perutusan Santo Petrus.
Sekalipun semua mereka sibuk, tetapi ketika lonceng berdering, mereka yang kebetulan tidak berjaga di gerbang-gerbang Vatikan bergegas datang berkumpul untuk berdoa Angelus yang berdurasi hanya sekitar 5 menit itu.
Doa Angelus, sebuah tradisi lama di dalam Gereja Katolik yang dulu sering orangtua dan nenek-nenek kita lakukan. Sekalipun sedang mencangkul, mereka melepaskan cangkul lalu langsung berdoa Angelus di tempat.
Saat ini tradisi bagus itu sayangnya sudah berangsur hilang padahal Sri Paus masih tetap menjaga dan melanjutkan tradisi Doa Angelus. Juga di setiap Kantor Vatikan masih dipelihara tradisi itu.
Setiap hari Minggu, kalau Paus berada di Vatikan, beliau naik ke Istana Kepausan sekitar jam 11.30 pagi, berdiri di jendela kedua dan berdoa Angelus bersama para peziarah dan turis-turis yang memadati Lapangan Santo Petrus dan beliau akhiri dengan berkat.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Doa Angelus: Riwayat dan Hikayat.
Angelus Domini nuntiavit Mariae et concepit de Spiritu Sancto.
Ave Maria...
Ecce, ancilla Domini. Fiat mihi secundum verbum Tuum.
Ave Maria...
Et verbum caro factum est et habitavit in nobis.
Ave Maria...
Ora pro nobis, Sancta Dei Genetrix, ut digni efficiamur promissionibus Christi.
=============
The angel of the Lord declared unto Mary, and she conceived by the power of Holy Spirit.
Hail Mary...
Behold the handmaid of the Lord, be it done unto me according to your Word.
Hail Mary...
And the Word was made flesh, and dwelt among us.
Hail Mary...
Pray for us, O Holy Mother of God. That we may be made worthy of the promises of Christ.
=============
Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.
Salam Maria ...
Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.
Salam Maria ...
Sabda sudah menjadi daging, dan tinggal di antara kita.
Salam Maria ...
Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah, supaya kami dapat menikmati janji Kristus.
**********
Doa “Malaikat Tuhan - Angelus Domini” adalah salah satu devosi bersama Bunda Maria untuk menghormati misteri inkarnasi, penjelmaan Tuhan menjadi manusia, dan didoakan tiga kali dalam sehari, pada pagi hari, siang hari dan sore hari, ketika lonceng gereja dibunyikan.
Doa Malaikat Tuhan sendiri terdiri dari tiga kali doa Salam Maria yang diselingi dengan beberapa ayat, jawaban, dan sebuah doa (Puji Syukur No. 15).
Doa ini disebut “Doa Angelus” karena bermula dari salam dan kabar sukacita yang disampaikan oleh Malaikat (Latin: Angelus) kepada Maria, dan dalam rumusan bahasa Latinnya “Angelus” adalah kata pertamanya (Angelus Domini nunciavit Mariae”: “Malaikat Tuhan memberi kabar kepada Maria”).
Kebiasaan untuk mendoakan pada pagi hari dimulai di Parma, Italia pada abad ke-13, ketika tiga kali doa Bapa Kami dan tiga kali doa Salam Maria diperintahkan untuk didoakan, dengan intensi mendapatkan berkat kedamaian. Lonceng yang memberikan tanda waktu berdoa ini dulunya dikenal sebagai “Peace Bell”.
Adalah Santo Bonaventura dalam sidang umum Ordo Fransiskan di tahun 1263 yang juga menetapkan bahwa setiap senja baiklah dibunyikan lonceng, agar para biarawan dan awam membiasakan diri menyampaikan salam kepada Yesus, yang adalah Allah yang menjadi manusia melalui rahim Maria.
Dan setiap malam hari, lonceng yang sama dibunyikan lagi untuk mengingatkan para biarawan dan awam akan kasih Allah yang nyata dalam Yesus dan kepengantaraan Maria dalam karya keselamatan Allah.
Kebiasaan berdoa dari para biarawan dan awam tersebut terus dilakukan dan berkembang terlebih pada abad ke-14, bahkan sudah dilakukan juga pada pagi hari.
Pada abad ke-14 inilah, di Prancis dibiasakan juga untuk membunyikan lonceng ini pada siang hari. Adapun, lonceng yang dibunyikan pada siang hari dimaksudkan untuk memanggil orang-orang beriman supaya melakukan meditasi sebagai peringatan akan sengsara Yesus, dan hanya dibunyikan pada hari Jumat.
Tetapi setelah beberapa waktu kemudian, lonceng juga dibunyikan pada hari-hari lainnya, dimana pada awalnya Doa Malaikat Tuhan hanya terdiri dari bagian pertama doa Salam Maria yang diulang tiga kali.
Dalam bingkai historiografi, doa ini dipanjatkan untuk keberhasilan para tentara Salib dalam peperangan pada masa itu.Selanjutnya di Jerman dan terlebih di Italia, kebiasaan ini juga terus dilakukan - dimana Doa Kemuliaan ditambahkan sesudah setiap Salam Maria untuk menghormati Tritunggal Mahakudus dalam hubungannya dengan Maria.
Pada tahun 1475, Paus Sixtus IV memberikan indulgensi bagi mereka yang mendaraskan doa Angelus pada siang hari. Namun pada tahun 1517, Paus Leo X, memberikan indulgensi kepada siapapun yang mendaraskan baik pada pagi, siang maupun sore atau malam hari.
Selanjutnya Paus Pius V dalam tahun 1571 merevisi dan melengkapi sampai menjadi seperti yang kita kenal saat ini. Pada waktu itu, doa Angelus diucapkan pada dini hari untuk menghormati kebangkitan Yesus, pada siang hari untuk menghormati sengsara Yesus dan pada senja hari untuk menghormati peristiwa Inkarnasi.
Paus Paulus VI dalam ensiklik “Marialis Cultus” menulis, “Doa Angelus ini sesudah berabad-abad, tetaplah mempertahankan nilainya dan kesegaran aslinya.”
Paus ke-264, Yohanes Paulus II, menyatakan bahwa Doa Angelus adalah sangat sederhana, berasal dari injil, asal-muasalnya dari doa perdamaian, dan sesuai dengan misteri Paskah. Karena itu, Paus Yohanes Paulus II menekankan bahwa Doa Angelus tidak perlu diubah lagi.
Pastinya, narasi yang diringkaskan dengan begitu indah di dalam doa ini dapat ditemukan pada bab pertama Injil Lukas dan dari Injil Yohanes. Jadi, dengan mendoakannya, kita diingatkan pada pagi hari, siang hari dan sore hari akan Dia yang atas namanya kita akan diselamatkan dan Bunda Maria. Bapa Suci sendiri memimpin umatnya berdoa Angelus setiap hari Minggu siang.
Adapun lonceng angelus biasanya didentangkan pada saat jam-jam tepat untuk pendarasan doa angelus ( Pkl.06.00, 12.00, 18.00 ), dimana:
doa yang jam 6 pagi: untuk menghormati kebangkitan Kristus;
doa yang jam 12 siang: untuk menghormati sengsara Kristus;
doa yang jam 6 sore: untuk menghormati misteri inkarnasi (Allah menjadi manusia).
Sedangkan di pertapaan Trappist Rawaseneng, lonceng pagi didentangkan pada pukul 04.45 setelah Ibadat Vigili dan meditasi pagi; siang pada pukul 12.20 setelah Ibadat Sexta dan Examen Conscientiae, dan terakhir pada pukul 20.10 setelah Ibadat Penutup/Completorium.
Secara umum, dentangan lonceng yang biasa didentangkan di pelbagai gereja dan biara Katolik, berpola sebagai berikut :
-Pendentangan pertama secara bertubi-tubi ( Saat waktu menunjukkan jam doa Angelus )
- Pendentangan lonceng sebanyak 3 kali, pada setiap bait doanya.
-Pendentangan terakhir dengan pola 3x3, sesudah kata marilah berdoa. 3a-3b-jeda, 3a-3b-jeda, dan seterusnya hingga doa selesai.
Paus Yohanes XXIII dalam catatannya tentang “Lonceng Angelus” menyatakan bahwa yang didentangkan pada pada pagi hari/dini hari merupakan, “tanda pergantian malam yang tenang menjadi siang yang gemilang, pada saat itulah langit menunduk untuk bertemu muka dengan bumi.”
B.
GARDA SWISS: TENTARA VATIKAN.
Setiap tahun pada tanggal 6 Mei, para anggota baru dari Garda Swiss Kepausan dilantik dan diambil sumpah dalam upacara yang mengesankan dan penuh tradisi di Lapangan Santo Damaso di Istana Apostolik Vatikan.
Garda Swiss adalah angkatan bersenjata tertua di dunia, dan Garda Swiss Kepausan adalah yang bertugas untuk Vatikan.
40 Garda Swiss baru yang dilantik tahun 2017 ini adalah kelompok rekrutan pertama yang menjalani model pelatihan baru, yang mencakup satu bulan pengajaran di sekolah Garda Swiss yang terkenal di Isone di kanton Ticino sebelum memulai tugas mereka di Vatikan.
Menjelang upacara pelantikan, para rekrutan baru, bersama keluarga dan teman-teman mereka, dan anggota Garda Swiss lainnya, diterima oleh Paus Fransiskus dalam audiensi di Sala Clementina.
Di hadapan banyak pengunjung dari negeri Swiss ini, Paus mengatakan, "ini adalah sebagai perwujudkan kasih sayang umat Katolik Swiss kepada Takhta Suci, pendidikan Kristen, dan teladan yang baik dimana para orang tua telah menularkan kepada anak-anak mereka iman, nilai yang berkaitan dengan Komunitas Kristen, dan pentingnya pelayanan gerejani."
Paus Francis mengingat kembali bahwa upacara tersebut berlangsung pada hari peringatan Sack of Rome/ penjarahan Roma yang terjadi pada tahun 1527, ketika 147 orang Garda Swiss mengorbankan hidup mereka untuk membela dan melindungi Paus, saat itu Paus Klemen VII.
Di masa ini, kata Paus, Garda Swiss "tidak dipanggil untuk mempersembahkan kehidupan fisik Anda ini, tetapi untuk pengorbanan lain yang tidak kalah sulitnya: melayani, yaitu kekuatan iman."
Ini, lanjutnya, " Adalah penghalang efektif untuk melawan berbagai perangkat dan kekuatan di dunia ini, dan terutama dia yang adalah 'pangeran dunia ini,' 'bapa dari kebohongan,' dia yang 'berjalan seperti singa, mencari seseorang untuk dimakan.' "
Paus menekankan pentingnya pertumbuhan rohani bagi para Garda Baru selama mereka berada di Roma. Dia mengundang mereka untuk melewatkan waktu mereka di kota abadi tersebut "dengan persaudaraan yang tulus, saling mendukung dalam menjalani kehidupan teladan Kristen yang dimotivasi dan didukung oleh iman Anda."
Paus mendorong mereka untuk menganggap diri mereka "bagian aktif dari orang-orang hebat dari Tuhan, murid misionaris yang berkomitmen untuk memberi kesaksian tentang Injil "baik dalam pekerjaan mereka maupun di waktu luang mereka di Roma."
Peristiwa penjarahan Roma sendiri terjadi pada 5 Mei 1527, di mana pada saat itu Roma diserang dan telah mencapai Vatikan.
100 orang lebih Garda Swiss terbunuh di lapangan Basilika Santo Petrus, sementara yang masih selamat berhasil mengamankan Bapa Suci Paus Klemen dengan melarikannya ke dalam terowongan yang menghubungkan Istana Apostolik dengan Kuil Saint Angelo.
Untuk mengingat peristiwa ini, rekrutan dan sumpah para Garda Swiss yang baru selalu diselenggarakan pada tanggal 6 Mei setiap tahun.
Pengambilan sumpah dilakukan dengan tiap anggota baru memegang panji dengan tangan kirinya, dan tangan kanan mengacungkan tiga jari ke atas, sebagai lambang kesetiaan iman kepada Tritunggal Mahakudus, sembari mengucapkan sumpah :
”Saya, (nama), bersumpah dengan tekun dan setia akan mematuhi semua yang baru saja dibacakan kepada saya, maka anugerahkanlah kepada saya ya Allah, dan tolonglah saya ya para Kudus-Nya.”
Syarat umum untuk menjadi seorang Garda Swiss antara lain, berumur antara 19-30 tahun, belum menikah, dan berperilaku sangat baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar