Ads 468x60px

Jumat, 21 Juli 2017


HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH.
Jumat, 21 Juli 2017
Hari Biasa Pekan XV
Keluaran (11:10-12:14)
(Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18)
Matius (12:1-8)
“Audiatur et altera pars - Dengarlah semua sisi”.
Ini adalah sebuah ungkapan yuridis yang konteksktual karena kita kadang mudah menghakimi dan mengadili yang lain, tanpa pernah mencoba memahami konteksnya yang lain secara utuh, penuh dan menyeluruh.
Kita mudah asyik “berbicara tentang dia”, tapi belum atau bahkan tidak pernah “berbicara dengan dia”. Ini bisa terjadi di masyarakat tapi juga sangat bisa terjadi di lingkungan gereja kita sendiri.
Mungkinkah ini wajah sebuah masyarakat “farisi” jaman sekarang ketika kita sibuk memperbincangkan belaskasihan tapi sebenarnya tak pernah punya rasa belaskasihan? Kasih yang hanya pada kata-kata tapi tidak menjadi “daging” karena apa yang dikatakan tidak sekaligus dinyatakan.
Kata Farisi sendiri berasal dari bahasa Ibrani פרושים p'rushim, dari perush, yang berarti penjelasan. Jadi kata Farisi berarti "orang yang menjelaskan" (לפרש, "lefareish").
Dari literatur rabinik, mereka adalah perkembangan dari kelompok Hasidim, yang menganggap diri sebagai orang beragama yang saleh dan terpisah dari orang biasa serta tergambarkan sebagai pengamat dan penegak hukum Taurat yang sangat teliti. Mereka mudah memandang hukum sebagai sesuatu yang statis dan mereka seolah merasa berhak menjadi “hakim” untuk sesamanya yang lain.
Dalam bahasa Paulo Coelho, “sang Alchemist”: mereka kerap menghakimi dosa orang meski mungkin banyak diantara mereka yang berbuat dosa yang serupa bahkan lebih, mereka kadang mengancam orang dengan api neraka atas pelbagai kesalahan yang sebetulnya juga kerap mereka lakukan.
Nah, di tengah maraknya kebiasaan bergunjing dan menjadi hakim” atas yang lain karena lebih mudah “menjelaskan” daripada “melaksanakan”, lebih mudah “besar mulut” dibanding “lebar telinga”, Yesus mengajak kita kembali menjadi orang yang berhati tulus, yang tidak penuh akal bulus tapi sungguh mau berhati nurani.
Adapun tiga jalannya, al:
1.Via positiva:
Kata-kata dapat membantu ketika penuh pujian tapi dapat pula membatu ketika penuh makian dan gosipan.
De iure, kata kata dalam hukum bisa berarti “Hadir Untuk Keselamatan Umat Manusia”, sehingga wajarlah Hukum Gereja berkata “Salus animarum suprema lex – Hukum yang tertinggi adalah keselamatan jiwa jiwa.
Inilah sebuah dasar yang bukan hanya dikatakan tapi harus dinyatakan termasuk juga oleh “para ahli hukum” untuk melihat segalanya secara positif.
De facto, semua perkataan kita kadang seperti orang farisi yang mudah kritis pada orang lain tapi lupa kritis pada diri sendiri, karena kita mudah juga memberi cap buruk kepada “yang lain”, dan itu biasanya “semper accusat – selalu menuduh.
Yang pasti, bukankah orang miskin kekurangan banyak , tetapi orang yang mudah berpikir buruk akan kekurangan segala-galanya?
2.Via purgativa:
”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” Inilah teguran Yesus kepada orang Farisi yang mudah menghakimi sesamanya dengan dalih hukum Taurat.
Seperti orang Farisi yang punya banyak dalih dan kepentingan, kita kadang juga punya banyak kepentingan terselubung, semacam “hidden agenda” agar orang lain salah dan kita benar/dibenarkan.
Disinilah kita perlu jujur memurnikan (purgativa) niat dan tindakan kita, karena kadang hati kita bukan melulu punya “intentio pura” (maksud yang murni) tapi “intentio pura-pura” (maksud yang palsu).
3.Via misericordia:
"Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan". Persembahan kepada Tuhan dan derma kepada sesama tentu saja baik tapi hal itu tidak bermakna sama sekali jika tidak dilakukan atas dasar belas kasih (misericordia).
Bukankah iman adalah tindakan, ya tindakan yang membuat manusia menjadi lebih manusia, menjadi lebih punya hati nurani dan bukan basa basi yang sibuk menghakimi.
Dkl: Orang yang sungguh-sungguh hidup adalah seseorang yang sudah mengalami banyak "kematian", minimal kematian dari cinta diri dan kesombongan yang berlebihan.
Singkatnya:
Ketika kita menghayati hukum Allah dalam hati kita, kita harus tahu cara bertindak dengan penuh kasih dan belarasa pula. Dalam kasus ini, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai penafsir hukum yang penuh wibawa dan ia melakukan itu dalam perspektif (membela) kemanusiaan. Ia menegaskan bahwa belas kasih lebih utama dari sekadar ritualisme belaka.
Inilah sebuah "core value", nilai dasar kristiani yang sebenarnya harus dilandasi oleh citarasa yang ber-belaskasihan, "misericordia". Ia melihat esensi/isi-bukan dekorasi/kemasannya, bukan besarnya persembahan tapi kerelaan hati.
Bisa jadi, itu sebabnya Gereja Katolik tidak lagi mewajibkan umatnya untuk memberi 10% penghasilan bulanannya seperti praksis umat Perjanjian Lama (Kej 14:17-24; Ul 14:22-23; Neh 10:37-38; Im 27:32-33) karena "Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor 9:7).
Ia mengajak kita menjadi orang yang memberi dengan hati riang dan ringan, tidak mengharapkan balas jasa tapi dilandasi oleh rasa syukur karena didasari cinta pada yang ilahi, sehingga kita tulus dan tidak munafik karena: "celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang Farisi karena yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan (Mat 23:23).
Jelaslah bahwa semangat dasar yang ditekankan bukanlah kewajiban berdasar hukum/aturan/"legalitas" tapi lebih pada semangat kasih/"karitas" kepada Allah. Tidak ada artinya sebuah persembahan, jika tidak didasari oleh nada dasar C "cinta kasih", yang merupakan hukum utama dan pertama (Mat 22:37-40).
“Siti Hajar naik delman - Mari belajar memiliki semangat kerahiman”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Donato ergo sum - Aku berbagi maka aku ada."
Inilah sebuah "core value", nilai dasar kristiani yang sebenarnya harus dilandasi oleh citarasa yang ber-belaskasihan, "misericordia": "Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan." Jelasnya, Ia melihat esensi/isi-bukan dekorasi/kemasannya, bukan besarnya persembahan tapi kerelaan hati.
Dari fenomen ini, diharapkan ada 3 semangat, antara lain:
1.Sukarela:
"Hendaknya masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya." Inilah pesan iman supaya kita ikut "membangun" Gereja, tidak dengan "sukar-rela tapi dengan sukarela, terlebih dalam "KHK/Kitab Hukum Kanonik" ditegaskan bahwa "kita wajib membantu Gereja, agar tersedia hal-hal yang perlu untuk ibadat ilahi, karya kerasulan dan amal-kasih serta sustentasi(balas jasa) bagi para pelayan" (KHK, Kanon 222 § 1+2)
2.Sukacita:
"Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Kor 9:7). Ia mengajak kita menjadi orang yang memberi dengan hati riang dan ringan, tidak mengharapkan balas jasa tapi dilandasi oleh rasa syukur.
3.Suka akan Tuhan:
Kita diajak untuk memberi didasari cinta pada yang ilahi, sehingga kita tulus dan tidak munafik karena: "celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang Farisi karena yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan (Mat 23:23).
Jelaslah bahwa semangat dasar yang ditekankan bukanlah kewajiban berdasar hukum/aturan/"legalitas" tapi lebih pada semangat kasih/"karitas" kepada Allah. Tidak ada artinya sebuah persembahan, jika tidak didasari oleh nada dasar C "cinta kasih", yang merupakan hukum utama dan pertama (Mat 22:37-40).
"Dari Kediri ke Surakarta - Mari kita selalu memberi dengan sukacita."
B.
Kutipan Teks Misa:
Tuhan sedang mengetuk pintu hati kita. Apakah kita menaruh tanda pada pintu hati kita: 'Jangan ganggu aku?'" (Paus Fransiskus)
Antifon Pembuka (Mzm 115:17-18)
Aku mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu sambil menyerukan nama Tuhan. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Mahabaik, sebagai bekal dalam perjalanan Engkau telah memberi kami rezeki, yaitu Yesus, Anak Domba Paskah baru. Semoga Engkau berkenan datang dan mencipta baru kami pada waktu kami berkumpul memuji nama-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (11:10-12:14)
"Hendaklah kalian menyembelih anak domba pada waktu senja. Apabila Aku melihat darah, maka Aku akan melewati kalian!"
Musa dan Harun telah melakukan segala mukjizat di depan Firaun. Tetapi Tuhan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak membiarkan orang Israel pergi dari negeri Mesir. Maka bersabdalah Tuhan kepada Musa dan Harun di tanah Mesir, “Bulan ini akan menjadi permulaan segala bulan bagimu, bulan yang pertama bagimu tiap-tiap tahun. Katakanlah kepada segenap jemaat Israel, ‘Pada tanggal sepuluh bulan ini hendaklah diambil seekor anak domba oleh masing-masing menurut kaum keluarga, seekor untuk tiap-tiap rumah tangga. Tetapi jika rumah tangga itu terlalu kecil jumlahnya untuk menghabiskan seekor anak domba, maka hendaklah ia bersama dengan tetangga yang terdekat mengambil seekor menurut jumlah jiwa; tentang anak domba itu kamu buatlah perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang. Anak domba itu harus jantan, tidak bercela dan berumur setahun, boleh domba, boleh kambing. Anak domba itu harus kalian kurung sampai tanggal empat belas bulan ini. Lalu seluruh jemaat Israel yang berkumpul harus menyembelihnya pada senja hari. Dan darahnya harus diambil sedikit dan dioleskan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas rumah tempat orang makan anak domba itu. Pada malam itu juga mereka harus makan dagingnya yang dipanggang; daging panggang itu harus mereka makan dengan roti tak beragi dan sayuran pahit. Janganlah kalian memakannya mentah atau direbus dalam air; tetapi hanya dipanggang di api, lengkap dengan kepala, betis dan isi perutnya. Janganlah kalian tinggalkan apa-apa dari daging itu sampai pagi. Apa yang tinggal sampai pagi harus dibakar habis dalam api. Beginilah kalian memakannya: pinggang berikat, kaki berkasut dan tongkat ada di tanganmu. Hendaknya kalian memakannya cepat-cepat. Itulah Paskah bagi Tuhan. Sebab pada malam ini Aku akan menjelajahi negeri Mesir, membunuh semua anak sulung, baik anak sulung manusia, maupun anak sulung hewan, dan semua dewata Mesir akan Kujatuhi hukuman. Akulah, Tuhan. Adapun darah domba tersebut menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah tempat kalian tinggal. Apabila Aku melihat darah itu, Aku akan melewati kalian. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah kalian pada saat Aku menghukum negeri Mesir. Hari itu harus menjadi hari peringatan bagimu dan harus kamu rayakan sebagai hari raya bagi Tuhan turun-temurun. Hari itu harus kalian rayakan sebagai suatu ketetapan untuk selama-lamanya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Aku akan mengangkat piala keselamatan dan menyerukan nama Tuhan.
Ayat. (Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu! Engkau telah melepaskan belengguku!
3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu dan akan menyerukan nama Tuhan; aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Yoh 10:27)
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan; Aku mengenal mereka dan mereka mengenal Aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:1-8)
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di lading gandum. Karena lapar murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada Yesus, “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Tetapi Yesus menjawab, “Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam bait Allah, dan mereka semua makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam. Atau tidakkah kalian baca dalam Kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi bait Allah. Seandainya kalian memahami maksud sabda ini, ‘Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan’, tentu kalian tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Antifon Komuni (Mzm 116:12-13)
Bagaimana akan kubalas segala kebaikan Tuhan kepadaku? Aku mengangkat piala untuk merayakan keselamatan sambil menyerukan nama Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar