Ads 468x60px

Libertas, Egalitas, Fraternitas - Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan


HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH.
Am 8:4-6.9-12; Mzm 119:2.10. 20.30.40.131; Mat 9:9-13
“Libertas, Egalitas, Fraternitas - Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan”.
Inilah trilogi semboyan yang marak pada waktu Revolusi Perancis (1789–1799). Tiga semangat dasar inilah yang juga tampak pada bacaan hari ini ketika Yesus memanggil Matius: “Ikutlah Aku!”
Secara historis, latar belakang Matius mirip dengan Zakheus yang adalah seorang pemungut cukai. Pada masa itu pemungut cukai adalah profesi yang sangat dibenci dan dianggap sebagai pengkhianat bangsa Yahudi. Mereka dicap sebagai pengkhianat dan antek-antek penjajah karena menyetorkan pajak kepada bangsa Romawi.
Nama asli Matius sendiri sebelum panggilan Yesus datang kepadanya adalah Lewi. Bisa dipastikan, Lewi ini adalah seorang yang kaya dalam hal harta, selain karena profesinya sebagai pemungut cukai, juga disiratkan oleh Alkitab bahwa dia juga mengadakan jamuan makan bersama untuk Yesus dan rekan-rekan seprofesinya. Ketika kemudian menjadi salah satu di antara 12 rasul, Lewi lebih dikenal dengan nama Matius, yang dalam bahasa Yunani berarti “anugerah/hadiah dari Allah”.
Adapun tiga sikap dasar supaya kita juga bisa belajar menjadi “anugerah/hadiah dari Allah”, al:
1. Libertas:
Yesus bebas menyapa setiap orang. Ia bergaul dan bersahabat bukan hanya dengan orang-orang yang sudah dikenal baik, tapi dengan para pendosa dan pemungut cukai. Hatinya bebas dan merdeka karena penuh dengan cinta kasih dan keterbukaan. Ia tidak suka memberikan cap atau stigma negatif alias ”meng-eks-komunikasikan”: mengasingkan orang lain”. Padahal kalau mau jujur, pendirian/sikap yang suka meng-ekskomunikasikan yang lain malahan membuat kita "ter-ekskomunikasi" dari yang lain, terasing dari dunia dimana kita nyata nyata berada secara lebih luas.
Di lain segi, hati Matius juga merdeka sehingga ia peka mendengarkan sapaan Tuhan. Baginya: “Barangsiapa mencari kebenaran, entah sadar atau tidak, ia mencari Tuhan.” Bukankah mendengarkan adalah cara kita untuk mencintai dan mencari kebenaranNya? Sederhana tapi tidak sesederhana itu karena kita lebih mudah besar mulut dibanding lebar telinga bukan?
Disinilah menjadi jelas bahwa iman dan akal, hati dan budi, roh jahat dan roh baik selalu bertanding dan bersanding, sehingga mutlak diperlukan sikap kemerdekaan sebagai anak-anak Allah yang sejati: “live without pretending, love without depending”
2. Egalitas:
Yesus menyapa dan memanggil semua orang. Ia tidak hanya menyapa Nikodemus yang pintar atau Zakheus yang kaya atau Magdalena yang menarik. Ia juga menyapa Matius yang berdosa karena bekerja sebagai pemungut cukai, bahkan Ia berkenan untuk diundang makan bersama Matius dan para pendosa yang lainnya.
Karena itulah juga, Matius juga mengajak semua temannya yang kebanyakan para pemungut cuka dan pendosa untuk makan bersama di meja perjamuan yang sama. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, semua diajak makan dalam suasana kebersamaan yang setara. Bukankah kita tidak akan pernah menang jika kita tidak pernah memulai bukan? Dan Yesus bersama Matius telah menunjukkan jalan sederhananya kepada kita.
3. Fraternitas:
Idealnya:
Hidup diperkuat oleh banyak persahabatan – Life is to be fortified by many friendships!
Realnya:
Kita hidup di bawah langit yang sama tapi kita tidak selalu memiliki horizon yang sama. Kita menghirup udara yang sama tapi kita kadang sulit untuk bersa"udara". Lihatlah figur orang Farisi yang ahli agama dan kitab suci! Mereka malahan penuh pikiran negatif dan cenderung “semper accusat – selalu menuduh”: asyik bicara tentang DIA, tapi tak pernah bicara dengan DIA! Inilah yang juga yang kadang kita perbuat bukan, bahkan kepada saudara seiman sendiri ketika hati penuh dengki dan keiri hatian, gosipan dan pergunjingan, ketika diri menjadi “enak - egois, narsis, autis dan kritik sinis”.
Disinilah kita perlu persaudaraan yang penuh kasih dan ketulusan karena kasih dan ketulusan mempunyai persamaan, keduanya sama sama bisa memperkaya jiwa dan mencerahkan hati.Bukankah juga menjadi jelas bahwa ukuran integritas persaudaraan sejati adalah ketika ia bersemi dalam hati, terkembang dalam kata dan pastinya terurai berai dalam perbuatan kasih yang nyata?
Sst, dalam Injil sering dinyatakan bahwa Yesus mengetahui pikiran dan hati orang (Mat 9:4; 12:25; Luk 5:22; 11:17 dsb). Bagaimana dengan hatimu? Adakah libertas, egalitas dan fraternitas? Jangan lupa, kita adalah "tanda yang kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan" (the visible sign of an invisible grace)
“Cari galah cari paku - Mari ikutilah Aku”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!
NB:
A.
"Vaya con Dios - Pergilah bersama Tuhan!"
Bersamaan dengan kisah panggilan Matius yang diwartakan hari ini, kitapun diajak untuk selalu "pergi" bersama Tuhan.
Mengacu pada bingkai biblis, orang-orang yang "pergi" bersamaNya, yang dipanggil dan dipilihNya bukanlah selalu orang sempurna tapi malahan orang yang lemah-rapuh dan berdosa: Yunus yang pengecut (Yun 1:1-17); Daud yang menghamili Batsyeba (2 Sam 2-27); Petrus yang menyangkal (Mat 26:31-35.65-75) dll.
Matius alias Lewi yang dikisahkan dalam Injil hari ini, profesinya adalah pemungut cukai (pegawai pajak: "Perintah Allah Jangan Anda Kacaukan"). Bisa jadi, ia adalah anak buah Zakheus yang dianggap "kotor" oleh masyarakat Yahudi karena di-cap pengkhianat dan pemeras rakyat.
Satu yang pasti, Tuhan tidak memilih orang yang sempurna tapi orang yang sederhana karena jelaslah bahwa menjadi suci itu sebenarnya berarti menjadi lebih manusiawi, punya rasa perasaaan insani yang disadaridan disyukuri, mengacu pada 3 kalimatNya yang bisa kita ingat hari ini, antara lain:
A."Ikutlah Aku":
Tuhan hadir sebagai pihak yang berinisiatif lebih dulu dalam menyapa hati kita di tengah segala kesibukan dan kerja harian dan pastinya Ia menanti tanggapan positif kita.
B."Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tapi orang sakit":
Ia menerima orang yang "sakit"berdosa dan menolak orang yang "merasa sehat/suci", karena jelaslah Gereja sebenarnya bukan hanya museum para kudus tapi juga rumah sakit buat para pendosa. Ia ingin kita menjadi orang yang rendah hati mengakui diri sebagai "pendosa yang dicintai Tuhan".
C."Yang Kukehendaki bukan persembahan tapi belaskasihan":
Ia mengajak kita untuk tidak berhenti pada iman yang dirayakan/diungkapkan di atas "altar" saja (dengan pelbagai pesta liturgi) tapi yang sekaligus juga harus diwujudnyatakan lewat hidup harian di tengah "pasar" kehidupan kita lewat pelbagai karya nyata yang tulus dan penuh cinta, karena jelaslah iman kita tidak berjalan di atas awan, tapi iman yang membuat hidup kita bisa lebih pantas dan berkualitas.
"Ikan louhan ikan pari - Ikutilah Tuhan setiap hari."
B.
"Contemplatio ad amorem."
1Raj 19:16b.19-21; Gal 5:1.13-18; Luk 9:51-62
"Contemplatio ad amorem - Kontemplasi u/mdptkan cinta".
Itulah sesion yg biasa sy buat di hari terakhir retret spy limpahan cinta Tuhan blh tinggal+hdp di hati/karya harian kita.
Mengacu pd bac injili, Tuhan jg ajak kita u/miliki cinta sejati padaNya, sbuah cinta yg berdimensi "veritas/kebenaran" (figur Elisa), "libertas/kebebasan" (figur Paulus) dan "totalitas/kepenuhan" (figur Yesus) dlm menghayati panggilan sbg "nabi" (bac I), sbg "anak Allah"+sbg "murid Yesus" (Injil).
Adapun 3 kalimat dr Yesus yg bs kt renungkan spy kita miliki "veritas-libertas+totalitas", al:
1. "Serigala punyai liang+burung punyai sarang tp Anak Manusia tdk punyai tempat u/meletakkan kepalaNya": Ia ajak kita u/"lepas bebas", tdk lekat/hanyut-larut pd kemapanan status+privilege/fasilitas.
2. "Biarlah org mati menguburkan org mati tp engkau pergilah+britakan Kerajaan Allah dmana2": Ia ajak kita u/sll mengutamakan Tuhan+memiliki "skala prioritas", tdk suam suam kuku, tdk setengah2+tdk menunda2 stiap karya baik.
3. "Stiap org yg siap membajak tp menoleh k blakang tdk layak u/Kerajaan Allah": Ia ajak kt utk punyai "kualitas", on track", sll berfocus pd tuj dsr, tdk plin plan+tdk mudah diombang ambing oleh tawaran dunia, berhati tegas+tulus walau kdg ditolak/difitnah/disingkirkan krn sentimen/kelicikan org lain.
"Cari bantal di Tarsus - Mari total ikut Yesus."

------------

"Credo - Aku percaya!"
Inilah keyakinan iman yg diharapkan, terlebih ketika hidup kita diterpa badai/gelombang kehidupan.
Mengacu pada bacaan hari ini, para murid diombang-ambingkan angin taufan yang dashyat sampai ombak masuk ke dalam perahu sehingga mereka lupa bhw Yesus sebenarnya ada bersama dengan mereka.
Mungkin kita juga pernah mengalami rasa takut/kecut, gamang/bimbang, linglung/bingung, resah/gelisah dalam hiruk pikuk+carut marut hidup harian, seolah-olah Tuhan tidak ada, cuek dan membiarkan kita berjuang sendiri padahal sebenarnya Dia selalu ada bersama kita, se-kapal dengan kita.
Disinilah, sebenarnya kita diajak untuk selalu percaya dan setia datang kepadaNya, "membangunkan-Nya" lewat aneka doa, sakramen dan olah hidup rohani yang penuh dengan harapan, iman, dan kasih karena sejatinya semakin kita tidak berdoa, semakin buruk yang akan terjadi, bukan?
"Di Krukut minum jamu -
Jangan takut karna Tuhan ada bersamamu."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar