Ads 468x60px

Rahasia Jiwa-jiwa Menderita di Api Penyucian


Rahasia Jiwa-jiwa Menderita di Api Penyucian
Wawancara dengan Maria Simma dari Austria
Sejak tahun 1940 (saat itu ia berusia 25 tahun), suatu jiwa istimewa bernama Maria Simma, mendapatkan kunjungan rutin dari jiwa-jiwa di api penyucian untuk menjelaskan penderitaan mereka dan meminta doa-doa dan Misa agar dapat dibebaskan dari api penyucian. Uskup setempat dan pastor parokinya mengatakan bahwa ia boleh memaklumkan kunjungan-kunjungan ini sepanjang tak didapati kesalahan teologis.
Suatu hari, Suster Emmanuel Maillard, seorang biarawati Perancis yang dikenal karena karya kerasulannya sehubungan dengan Penampakan Bunda Maria di Medjugorje, secara kebetulan menemukan buku Maria Simma "The Souls in Purgatory Told Me" dan membacanya penuh minat: "Buku ini begitu mengejutkanku sebab menceritakan kesaksian-kesaksian yang baru saja terjadi, dan juga menjelaskan dengan sangat baik ajaran Gereja mengenainya ... Langsung saja, aku menulis kepada editor yang mengatakan bahwa Maria Simma masih hidup. Segera, aku menghubunginya, dan dia setuju menemuiku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanku, yang sangat banyak! "
Wawancara ini berlangsung pada tahun 1997 di rumah Maria di Sonntag, sebuah desa yang sangat indah di Pegunungan Vorarlberg di Austria. Berikut ini adalah kutipan dari wawancara Suster Emmanuel dari Medjugorje dengan Maria Simma, diambil dari sebuah buku berjudul: "The Amazing Secret of the Souls in Purgatory", diterbitkan oleh Queenship Publishing Co., P.O. Box 220, Goleta, CA 93116, USA (Phone 800-647-9882, Fax: 805-967-5843):
(Catatan: Maria Simma wafat pada tanggal 16 Maret 2004, di Sonntag, pada usia 89 tahun.)
---------------------------------
Suster Emmanuel Maillard :
Suatu hari, saya membaca dengan penuh antusias sebuah buku mengenai arwah-arwah di Api Penyucian. Saya sungguh terpesona karena isinya menyangkut kesaksian-kesaksian baru-baru ini dan juga menjelaskan dengan baik tentang doktrin-doktrin Gereja Katolik tentang topik tersebut. Buku itu dikarang oleh Maria Simma, dan berjudul The Souls in Purgatory Told Me... (Jiwa-jiwa di Api Penyucian Bercerita Kepada Saya). Segera saya menulis kepada editor yang lantas memberitahu bahwa Maria Simma masih hidup. Secepatnya saya menghubunginya dan dia setuju bertemu dengan saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang banyak!
Saya senang, karena setiap kali saya mendapat kesempatan untuk berbicara atau berceramah tentang jiwa-jiwa yang malang, saya menemukan bahwa ada rasa tertarik yang kuat dari para pendengar. Seringkali, mereka memohon saya untuk bercerita lebih lanjut, mendesak saya lebih jauh, dan bertanya: "Ceritakanlah lebih mendetail, hal-hal lain tentang jiwa-jiwa ini." Saya melihat nyatanya bahwa ceramah saya memenuhi kehausan yang vital, kehausan untuk mengetahui apa yang menunggu kita, masing-masing, setelah kematian.
Harus disebutkan juga disini bahwa topik ini sangat jarang diajarkan lagi di paroki-paroki maupun dalam katekis, praktisnya tidak dimanapun. Jadi ada kekosongan besar, boleh dikatakan suatu keacuhan, bahkan kegelisahan terhadap realitas yang menyangkut hal-hal akhir.
Oleh karena itu buku kecil ini akan membantu untuk menghapuskan kekhawatiran kita terhadap Api Penyucian tetapi juga mengajarkan kita, semoga, untuk mengerti rencana Tuhan bagi kita, takdir kita sungguh-sungguh luar biasa, indah, dan patut mendapat rasa antusiasme kita. Demikian juga, bahwa kita punya kemampuan selama masih di bumi ini untuk memberikan kebahagiaan bagi arwah orang-orang yang sudah meninggal, bagi satu hal, dan untuk menemukan kebahagiaan itu bagi diri kita sendiri juga, dalam hidup kita.
Sekarang, Maria Simma berumur 82 tahun; dia tinggal sendirian di rumah kecil di Sonntag, sebuah desa yang bersahaja di pegunungan Vorarlberg, Austria, dan disanalah saya menemuinya.
-------
PERTAMA KALINYA
Maria, bisakah anda menceritakan kepada kami bagaimana anda pertama kali dikunjungi oleh arwah dari Api Penyucian?
Ya, waktu itu tahun 1940. Suatu malam, sekitar jam 3 atau 4 pagi, saya mendengar seseorang masuk ke dalam kamar tidur saya. Hal itu membuat saya terbangun. Saya mencari-cari siapa gerangan yang dapat masuk ke dalam kamar tidur saya.
Apakah anda ketakutan?
Tidak, saya tidak takut sama sekali. Bahkan sewaktu saya masih kecil, ibu saya mengatakan bahwa saya anak yang spesial karena saya tidak pernah merasa takut.
Jadi, malam itu... ceritakanlah kepada kami!
Saya melihat seorang yang sama sekali tidak saya kenal. Dia berjalan bolak balik secara perlahan. Saya berseru keras kepadanya: "Bagaimana anda dapat masuk kesini? Pergilah!" Tetapi dia terus berjalan dengan tidak sabar disekeliling kamar tidur, seolah-olah dia tidak mendengar perkataan saya. Jadi saya kembali bertanya: "Apa yang sedang anda lakukan?" Tetapi karena dia tetap tidak memberi jawaban, saya turun dari ranjang dan mencoba menjamahnya, tetapi saya hanya menjamah udara kosong. Tidak ada apa-apa disana. Jadi saya kembali ke ranjang, tetapi kembali saya mendengarnya berjalan bolak-balik.
Saya membayangkan bagaimana saya bisa melihat lelaki ini tetapi saya tidak dapat menjamahnya. Saya bangkit kembali untuk mencoba memegang orang itu dan menghentikan dia; kembali saya hanya merasakan kekosongan belaka.
Bingung, saya lantas kembali ke ranjang. Dia tidak muncul kembali, tetapi saya tidak dapat kembali tidur. Hari berikutnya setelah Misa, saya menemui pembimbing spiritual saya dan menceritakan segalanya kepadanya. Dia berkata bahwa jika hal ini terulang kembali, saya jangan bertanya, "Siapakah anda?" melainkan "Apa yang anda inginkan dari saya?"
Malam berikutnya orang tersebut muncul kembali, jelas-jelas orang yang sama. Saya bertanya kepadanya "Apa yang anda inginkan dari saya?" Dia menjawab: "Rayakan tiga Misa Kudus bagi saya dan saya akan dibebaskan."
Jadi saya mengerti bahwa ia adalah arwah di Api Penyucian. Pembimbing spiritual saya menegaskan hal ini.
Dia juga menasehatkan agar saya jangan mengusir jiwa-jiwa yang malang tersebut, tetapi menerima mereka dengan segala kemurahan hati apapun yang mereka minta dari saya.
Dan setelah itu, apakah kunjungan-kunjungan itu berlanjut?
Ya. Selama beberapa tahun, hanya ada tiga atau empat arwah, semua di bulan November. Setelah itu, ada lebih banyak lagi.
SEBUAH LUKA-KASIH
Apa yang diminta oleh arwah-arwah ini dari anda?
Pada umumnya mereka minta dirayakan Misa-misa Kudus dan seseorang hadir pada Misa-misa tersebut; mereka meminta supaya doa-doa Rosario diucapkan dan juga agar seseorang melakukan Perhentian-perhentian Jalan Salib.
*Pada saat ini, suatu pertanyaan utama muncul: Sesungguhnya apakah Api Penyucian tersebut? Saya akan katakan bahwa itu adalah merupakan ciptaan Tuhan yang luar biasa. Ijinkan saya untuk memberikan anda suatu gambaran dari saya sendiri. Misalkan suatu ketika sebuah pintu terbuka dan sesosok mahluk muncul, sangat luar biasa indah, keindahan yang tidak pernah ada di dunia. Anda terpesona, terpesona oleh mahluk cahaya yang indah ini, terlebih-lebih mahluk tersebut menunjukkan bahwa ia sangat mengasihi anda - anda tidak pernah membayangkan kalau anda begitu dikasihi. Anda juga merasakan bahwa anda punya keinginan besar untuk menjadi satu dengannya. Dan api cintakasih yang menyala dalam hati anda mendorong anda untuk menyerahkan diri anda kedalam tangannya.
Tetapi tunggu dulu - anda sadar pada saat ini bahwa anda belum mandi selama berbulan-bulan dan anda bau sekali; hidung anda penuh lendir, rambut anda kotor dan lengket, ada noda besar di baju anda dan lain sebagainya. Jadi anda berkata kepada diri sendiri, "Saya tidak bisa memberikan diri saya dengan kondisi seperti ini. Pertama saya harus pergi dan membersihkan diri: mandi bersih, lantas saya akan segera kembali."
Tetapi cintakasih yang telah lahir dalam hati anda begitu kuatnya, menyala-nyala, begitu dahsyat, sehingga penundaan ini demi untuk membersihkan diri ini menjadi sangat tidak tertahankan. Dan rasa sakit karena absennya anda, meski jika hanya untuk selama beberapa menit saja, adalah luka yang hebat di dalam hati, proporsional terhadap intensitas pernyataan cintakasih - ini adalah sebuah "luka cinta-kasih".
*Api Penyucian tepat seperti ini. Sebuah penundaan yang diakibatkan oleh ketidak-sucian kita sendiri, sebuah penundaan sebelum menerima Tuhan, sebuah luka cintakasih yang menyebabkan penderitaan yang luar biasa, sebuah penungguan, sebuah nostalgia cintakasih. Pembakaran inilah tepatnya, kerinduan ini yang membersihkan kita dari apapun yang masih kotor dalam diri kita. Api Penyucian adalah suatu tempat keinginan, keinginan yang dahsyat akan Tuhan, kerinduan akan Tuhan yang telah kita kenal, karena kita telah menyaksikannya, tetapi dengan siapa kita belum dipersatukan.
Sekarang saya akan menanyakan kepada Maria untuk menjelaskan sebuah poin yang mendasar:
Maria, apakah jiwa-jiwa di Api Penyucian memiliki, setidak-tidaknya, suka cita dan pengharapan di tengah-tengah penderitaan mereka
Ya. Tidak ada arwah yang ingin kembali dari Api Penyucian ke dunia. Mereka memiliki pengetahuan yang jauh melebihi yang kita miliki. Mereka sungguh tidak dapat memutuskan untuk kembali ke kegelapan dunia.
*Disini kita melihat perbedaan dari penderitaan yang kita kenal di dunia. Di Api Penyucian, meskipun penderitaan yang dialami oleh jiwa begitu hebatnya, ada kepastian akan hidup selamanya dengan Tuhan. Ini adalah kepastian yang tidak tergoyahkan. Kesukacitaannya lebih besar daripada penderitaan. Tidak ada apapun di bumi yang dapat membuat mereka ingin kembali kesana, dimana seseorang tidak pernah dapat yakin akan segala sesuatu.
Maria, dapatkan anda menceritakan kepada kami sekarang jikalau Tuhanlah yang mengirimkan arwah seseorang kedalam Api Penyucian, atau apakah arwah tersebut sendiri yang memutuskan untuk pergi ke sana?
Arwah itu sendiri yang ingin pergi ke Api Penyucian, demi untuk menjadi murni sebelum dapat masuk ke Surga.
*Arwah-arwah di Api Penyucian menurut pada kehendak Allah sepenuhnya, mereka bersukacita atas kebaikan, mereka menginginkan yang terbaik bagi kita dan mereka sangat mengasihi: mereka mengasihi Allah dan mereka juga mengasihi kita. Mereka dipersatukan dengan sempurna dengan Roh Allah, terang Allah.
Maria, pada saat ajal, apakah seseorang melihat Allah secara sepenuhnya ataukah dengan cara tidak tampak jelas?
Dengan cara tidak tampak jelas, tetapi, pada saat yang sama, dengan terang yang sedemikian rupa sehingga ini cukup untuk menimbulkan kerinduan yang dahsyat.
*Sesungguhnya, terang yang begitu gemilang dibandingkan dengan kegelapan dunia. Dan masih bukan apa-apa dibandingkan dengan terang seutuhnya yang jiwa akan ketahui ketika jiwa tersebut tiba di Surga. Disini kita bisa merujuk pada "pengalaman-pengalaman orang yang nyaris mati." Jiwa seseorang begitu tertariknya kepada terang ini sehingga sungguh merupakan suatu penderitaan baginya untuk kembali ke bumi ke dalam tubuhnya setelah pengalaman ini.
KEMURAHAN HATI MENEBUS SEJUMLAH DOSA-DOSA
Maria, dapatkan anda menceritakan kepada kami apa peran Bunda Maria terhadap jiwa-jiwa di Api Penyucian?
Dia sering datang untuk menghibur mereka dan untuk memberitahu mereka bahwa mereka telah banyak melakukan hal-hal baik. Dia memberi mereka semangat.
Apakah ada hari-hari tertentu dimana Bunda Maria membebaskan mereka?
Diantara semuanya, Hari Natal, Hari Semua Orang Kudus, Hari Jumat Agung, Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, dan Hari Raya Yesus Naik ke Surga.
Maria, mengapa seseorang masuk kedalam Api Penyucian? Dosa-dosa manakah yang paling membawa ke dalam Api Penyucian?
Dosa-dosa terhadap kemurahan hati, terhadap kasih kepada sesama, kebekuan hati, permusuhan, fitnah, pengrusakan nama baik seseorang - segala hal-hal semacam ini.
Mengatakan hal-hal yang buruk dan fitnah adalah diantara noda-noda yang terburuk yang membutuhkan pemurnian yang lama?
Ya.
*Disini, Maria memberi sebuah contoh yang sungguh mengejutkan dia yang ingin saya ceritakan kepada anda.
Dia telah diminta untuk mencari tahu jikalah seorang wanita dan seorang pria berada di Api Penyucian.
Betapa terkejutnya mereka yang menanyakan hal tersebut, karena wanita tersebut telah berada di Surga sedangkan yang pria masih berada di Api Penyucian. Sesungguhnya, wanita ini meninggal ketika sedang menjalani aborsi, sementara sang pria seringkali pergi ke gereja dan tampaknya menjalani hidup dengan baik dan taat.
Jadi Maria mencari informasi lebih jauh, dan berpikir bahwa dia telah salah duga - tetapi, tidak, ternyata memang benar demikian adanya. Mereka berdua meninggal pada saat yang bersamaan, tetapi sang wanita sempat bertobat secara mendalam, dan sangat rendah hati, sementara sang pria seringkali mengkritik semua orang; dia selalu memprotes dan mengatakan hal-hal buruk tentang orang lain. Inilah sebabnya mengapa dia berada lama di Api Penyucian. Dan Maria menyimpulkan: "Kita tidak bisa menilai dari penampilan."
*Dosa-dosa lain terhadap kemurahan-hati adalah penolakan kita terhadap orang-orang tertentu yang tidak kita sukai, penolakan kita untuk berdamai, penolakan kita untuk memaafkan, dan segala kegetiran yang kita simpan dalam hati.
Maria juga menggambarkan poin ini dengan sebuah contoh yang lain untuk kita pikirkan. Ini kisah tentang seorang wanita yang sangat ia kenal. Wanita ini meninggal dan berada di Api Penyucian, di Api Penyucian yang paling mengerikan, dengan kesengsaraan yang paling hebat. Dan ketika dia datang untuk menemui Maria, dia menjelaskan mengapa sebabnya: dia mempunyai seorang teman wanita; diantara mereka muncul suatu permusuhan yang hebat, yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Dia telah memelihara permusuhan ini tahun demi tahun, meskipun sahabatnya telah berulang-kali meminta untuk berdamai, untuk kembali bersahabat. Tetapi setiap kali dia menolak. Ketika dia jatuh sakit parah, dia terus menutup hatinya, menolak berdamai yang ditawarkan oleh kawannya, sampai kematiannya. Saya percaya contoh ini adalah contoh yang penting mengenai kebencian yang dipelihara. Dan kata-kata kita sendiri juga, bisa merusak: kita tidak akan pernah bisa menekankan betapa suatu kata yang kritis atau pahit bisa sungguh-sungguh membunuh - tetapi juga, sebaliknya, betapa sebuah kata bisa menyembuhkan.
Maria, harap ceritakan kepada kami: siapakah orang-orang yang punya kesempatan terbesar untuk langsung masuk ke Surga?
Mereka yang mempunyai hati yang baik terhadap semua orang. Cintakasih menebus sejumlah besar dosa-dosa.
*Ya, Santo Paulus sendiri mengatakan hal ini!
Apakah cara-cara yang bisa kita lakukan di dunia untuk menghindari Api Penyucian dan langsung masuk ke Surga?
Kita harus melakukan banyak hal bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian, oleh karena mereka menolong kita pada gilirannya. Kita harus memiliki banyak kerendahan hati; ini adalah senjata terbesar melawan kejahatan, melawan Yang Jahat. Kerendahan hati mengusir kejahatan.
*Saya tidak bisa menghindar untuk menceritakan sebuah kesaksian yang sangat indah oleh Father Berlioux (yang menulis sebuah buku yang bagus tentang jiwa-jiwa di Api Penyucian), mengenai bantuan yang diberikan oleh jiwa-jiwa ini terhadap orang-orang yang membebaskan mereka melalui doa-doa dan pengorbanan mereka.
Dia mengisahkan tentang seorang yang membaktikan dirinya demi jiwa-jiwa yang malang, dimana dia telah mengkonsekrasikan hidupnya demi membantu membebaskan mereka.
"Pada saat menjelang ajalnya, wanita ini diserang dengan ganas oleh iblis yang melihat dia lepas dari cengkeramannya. Tampaknya seluruh jurang bersatu melawan dia, mengelilinginya dengan pasukan neraka.
Wanita yang menjelang ajal ini memberontak dengan susah payah untuk beberapa waktu ketika tiba-tiba dia melihat masuk kedalam apartmentnya sejumlah arwah-arwah tak dikenal yang bercahaya menyilaukan indah, yang membuat iblis melarikan diri dan, mendekati ranjang wanita tersebut, berbicara kepadanya dengan dukungan semangat surgawi dan penghiburan. Dengan tarikan nafasnya terakhir wanita itu bertanya, dengan penuh sukacita, dia menangis: 'Siapakah kalian? Siapakah kalian, oh, kalian yang sangat baik terhadap saya?'
"Para pengunjung yang baik hati tersebut menjawab: 'Kami adalah penghuni Surga, yang atas pertolonganmu telah dipimpin kedalam Kebahagian Surgawi. Dan kami pada gilirannya datang dengan penuh rasa terima kasih untuk menolong anda menyeberangi batas kekekalan dan menyelamatkan anda dari tempat yang sengsara ini untuk membawamu kedalam sukacita Kota yang Kudus.'
"Atas kata-kata tersebut, sebuah senyuman muncul pada wajah wanita yang sekarat tersebut, matanya menutup dan diapun tertidur dalam damai Tuhan Yesus. Jiwanya, murni seperti merpati, dipersembahkan kepada Raja segala raja, mendapat banyak pelindung dan pembela sebanyak jiwa-jiwa yang telah ia tolong dulunya, dan ia layak atas kemuliaan, ia masuk dengan kemenangan, ditengah-tengah sorak dan berkat dari mereka yang telah ia tolong bebaskan dari Api Penyucian. Semoga kita, suatu hari, mendapat kebahagiaan yang serupa."
*Jiwa-jiwa yang dibebaskan atas pertolongan doa-doa kita sangat berterima kasih: mereka menolong kita dalam hidup kita; bisa kita rasakan. Saya dengan tegas merekomendasikan supaya anda mengalaminya sendiri! Mereka sungguh-sungguh menolong kita; mereka tahu kebutuhan-kebutuhan kita dan memintakan banyak rahmat bagi kita.
Maria, saya memikirkan tentang Pencuri yang Bertobat yang berada di sebelah Yesus di Salib. Saya sungguh ingin mengetahui apakah yang dilakukannya sehingga Yesus menjanjikannya bahwa hari itu juga seterusnya dia akan berada di dalam Kerajaan bersama Dia?
Pencuri itu dengan rendah hati menerima penderitaannya, mengatakan bahwa hal itu adil. Dan dia menyemangati pencuri yang satunya lagi untuk menerima penderitaannya juga. Dia takut akan Allah, yang berarti memiliki kerendahan hati.
*Suatu contoh lain yang bagus dikisahkan oleh Maria Simma menunjukkan betapa sebuah tindakan yang baik menebus sebuah hidup yang penuh dosa. Mari dengarkan dari Maria sendiri:
"Saya kenal seorang lelaki muda yang kira-kira berumur 20 tahun, di desa yang berdekatan. Desa tempat tinggal orang ini telah ditimpa bencana serentetan tanah longsor yang telah membunuh sejumlah besar penduduk.
"Suatu malam, orang muda ini berada di rumah orang-tuanya ketika dia mendengar tanah longsor tepat di sebelah rumahnya. Dia mendengar jeritan-jeritan yang memekakkan, menyayat hati, 'Selamatkan kami! Datanglah, selamatkanlah kami! Kami terjebak di bawah longsoran ini!'
"Melompat, bangkitlah dia dari ranjangnya dan tergesa-gesa turun ke bawah untuk menyelamatkan orang-orang ini. Ibunya telah mendengar jeritan-jeritan tersebut dan mencegahnya untuk pergi; dia menghalang di depan pintu dan berkata 'Tidak! Biarkan orang-orang lain yang menolong mereka, jangan selalu kita! Terlalu berbahaya di luar, saya tidak ingin ada lagi yang meninggal!' Tetapi dia, karena telah terdorong oleh jeritan-jeritan ini, sungguh ingin menolong orang-orang tersebut; dia mendorong ibunya kesamping. Dia berkata: 'Ya! Saya pergi, saya tidak dapat membiarkan mereka mati seperti ini!' Dia keluar, dan lantas dia sendiri di tengah jalan, tertimbun tanah longsor dan mati terbunuh.
"Tiga hari setelah kematiannya, dia datang untuk mengunjungi saya, pada malam hari, dan dia berkata kepada saya: 'Rayakanlah tiga Misa Kudus untuk saya; olehnya, saya akan dibebaskan dari Api Penyucian.' Saya pergi untuk memberitahu sanak keluarga dan teman-temannya; mereka tercengang ketika mengetahui bahwa hanya setelah tiga kali Misa Kudus, dia akan dibebaskan dari Api Penyucian. Sahabat-sahabatnya berkata: 'Oh, saya tidak akan ingin untuk menjadi dirinya pada saat kematian, jika anda tahu hal-hal buruk yang telah dia lakukan selama ini!'
"Tetapi orang muda ini berkata kepada saya: 'Anda tahu, saya telah melakukan tindakan kasih yang tulus dengan membahayakan diri saya sendiri demi orang-orang tersebut; atas hal inilah Tuhan menerima saya begitu cepat kedalam SurgaNya. Ya, belaskasihan menebus sejumlah besar dosa-dosa...'"
*Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa belaskasihan, satu tindakan kasih yang diberikan secara cuma-cuma, telah cukup untuk memurnikan jiwa orang muda ini dari kehidupan yang immoral; dan Tuhan Yesus telah mempergunakan sebaik-baiknya dari satu saat cintakasih tersebut. Maria bahkan menambahkan bahwa orang muda ini tidak akan pernah lagi mendapat kesempatan untuk mempersembahkan tindakan kasih yang sedemikian besar, dan bisa bertambah buruk. Tuhan dalam belaskasihNya, mengambil nyawa orang tersebut ketika ia muncul di hadapan Allah pada kondisinya yang terbaik, terbersih, oleh karena tindakan kasih tersebut.
Sangat penting kiranya, pada saat menjelang ajal, untuk menyerahkan diri kepada kehendak Allah.
Maria mengatakan kepada saya tentang kasus seorang ibu atas empat anak yang menjelang ajal. Bukannya memberontak dan khawatir, dia berkata kepada Tuhan: "Saya menerima ajal, sepanjang itu adalah kehendakMu, dan saya akan menaruh nyawa saya ke dalam tanganMu. Saya mempercayakan anak-anak saya kepadaMu dan saya tahu bahwa Engkau akan menjaga mereka."
Maria berkata bahwa, karena kepercayaannya yang besar terhadap Tuhan, wanita ini langsung masuk ke Surga dan terhindar dari Api Penyucian.
Oleh karena itu, kita sungguh dapat mengatakan bahwa kasih, kerendahan hati, dan menurut pada kehendak Allah adalah tiga kunci emas untuk dapat langsung masuk ke Surga.
RAYAKAN MISA BAGI MEREKA
Maria, dapatkah anda sekarang memberitahukan kami cara-cara apa yang paling efektif untuk membantu membebaskan arwah-arwah dari Api Penyucian?
Cara yang paling efisien adalah melalui Misa Kudus
Mengapa Misa Kudus?
Karena itulah Yesus Kristus sendiri yang menawarkan diriNya karena kasih terhadap kita. Adalah kurban Yesus sendiri kepada Allah, kurban yang paling indah. Imam adalah wakil Allah, tetapi itulah Allah sendiri yang mempersembahkan diriNya sendiri dan mengurbankan diriNya sendiri bagi kita. Manfaat Misa bagi orang yang telah meninggal bahkan lebih besar bagi mereka yang sangat menghargai Misa Kudus selama hidup mereka. Jika mereka menghadiri Misa Kudus dan merayakan dengan segenap hati mereka, jika mereka pergi ke Misa harian - sesuai dengan waktu yang tersedia bagi mereka - mereka mendapatkan manfaat yang besar dari Misa-misa Kudus yang dirayakan bagi mereka. Disinipun, seseorang menuai apa yang telah mereka taburkan.
*Arwah di Api Penyucian melihat dengan sangat jelas pada hari penguburannya jika kita sungguh-sungguh berdoa baginya atau jika kita hanya sekedar hadir untuk menunjukkan kita ada disana. Jiwa-jiwa yang malang berkata bahwa air mata tidak ada manfaatnya bagi mereka, hanya doa-doa. Seringkali mereka mengeluh bahwa orang-orang pergi ke pemakaman tanpa mengucapkan sepatah doapun kepada Tuhan, tetapi mengeluarkan banyak air mata; ini tiada manfaatnya!
Mengenai Misa Kudus, saya akan mengutip sebuah contoh yang indah oleh Santo John Mary Vianney (dikenal dengan julukan: Cure de Ars) kepada umat parokinya. Dia berkata:
"Anak-anakku, seorang imam yang baik bersedih kehilangan seorang kawan yang sangat dikasihinya, dan dia banyak berdoa demi peristirahatan jiwanya."Suatu hari, Allah menunjukkan kepadanya bahwa sahabatnya berada di Api Penyucian dan sangat menderita. Imam yang suci ini percaya bahwa dia tidak dapat melakukan yang lebih baik selain mempersembahkan Kurban Kudus dari Misa bagi sahabatnya yang baik yang telah meninggal. Pada saat konsekrasi, dia mengambil roti diantara jari-jarinya dan berkata 'Bapa Yang Kudus dan Kekal, marilah kita membuat suatu pertukaran. Engkau memegang nyawa sahabat saya yang berada di Api Penyucian, dan saya memegang Tubuh PuteraMu dalam tangan saya. Baiklah, Bapa yang baik dan penuh belas kasih, bebaskanlah sahabat saya dan saya mempersembahkan kepadaMu PuteraMu dengan segenap wafatNya dan SengsaraNya.'"Permintaan itu dijawab. Sesungguhnya, pada saat ia mengangkat roti tersebut, dia melihat arwah sahabatnya, bersinar dalam kemuliaan, naik ke Surga; Tuhan telah menerima pertukaran tersebut. "Anak-anakku, ketika kita ingin membebaskan dari Api Penyucian arwah orang yang kita kasihi, marilah kita lakukan hal yang sama: marilah kita persembahkan kepada Tuhan, melalui Kurban KudusNya, PuteraNya yang terkasih dengan segenap wafatNya dan SengsaraNya. Dia tidak akan menolak kita apapun."
JANGAN SIA-SIAKAN PENDERITAANMU DI DUNIA
*Ada cara-cara lain, sangat bermanfaat, untuk menolong jiwa-jiwa yang malang: persembahan penderitaan-penderitaan kita, penitensi kita, seperti berpuasa, pengorbanan-pengorbanan pribadi lainnya - dan tentunya penderitaan yang tidak disengaja seperti penyakit.
Maria, anda telah seringkali diajak untuk menderita bagi jiwa-jiwa yang malang, demi untuk membebaskan mereka. Dapatkah anda ceritakan kepada kami apa yang telah anda alami dan lakukan selama saat-saat tersebut?
Pertama kalinya, satu arwah meminta saya jika saya tidak berkeberatan menderita secara fisik selama tiga jam bagi nya, dan bahwa setelah itu saya bisa kembali bekerja. Saya berkata kepada diri sendiri: "Jika itu berakhir setelah tiga jam, saya bisa menerimanya." Selama tiga jam tersebut, saya mendapat kesan bahwa rasanya seperti tiga hari, betapa sengsaranya. Tetapi pada akhirnya, saya melihat jam saya dan saya melihat bahwa hal itu cuma berlangsung selama tiga jam saja. Arwah wanita tersebut mengatakan bahwa dengan menerima penderitaan dengan penuh kasih selama tiga jam, saya telah menyelamatkan dia dari dua puluh tahun di Api Penyucian!
Ya, tetapi mengapa anda hanya menderita untuk tiga jam untuk menghindari dua puluh tahun Api Penyucian? Apa yang menyebabkan penderitaan anda sehingga bernilai lebih?
Karena penderitaan di bumi tidak sama nilainya. Di dunia, ketika kita menderita, kita bisa tumbuh dalam kasih, kita bisa mendapatkan manfaat, yang tidak sama dengan penderitaan di Api Penyucian. Di Api Penyucian, penderitaan cuma untuk memurnikan kita dari dosa. Di dunia, kita memiliki segala rahmat. Kita punya kebebasan untuk memilih.
*Semua ini sungguh menimbulkan semangat karena memberikan arti yang luar biasa bagi penderita-penderitaan kita; penderitaan yang dipersembahkan, secara sengaja atau tidak disengaja, bahkan pengorbanan kecil yang kita buat, penderitaan maupun penyakit, kemalangan, kegagalan... jika kita menjalaninya dengan sabar, jika kita menerimanya dengan rendah hati, maka penderitaan-penderitaan ini dapat memiliki kuasa yang tidak diketahui sebelumnya, untuk menolong banyak jiwa.
Hal terbaik untuk dilakukan, Maria berkata, adalah mempersatukan penderitaan kita dengan sengsara Yesus, dengan menaruhnya ke dalam tangan Maria. Dia adalah satu-satunya yang tahu bagaimana menggunakannya secara terbaik, karena seringkali kita sendiri tidak mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang paling penting di sekeliling kita.
Segala ini, tentunya, Maria akan memberikan kembali kepada kita pada saat menjelang ajal.
Anda lihat, penderitaan-penderitaan yang dipersembahkan ini akan menjadi harta kita yang paling berharga di dunia yang akan datang. Kita harus saling mengingatkan satu sama lain tentang ini dan saling memberi semangat satu sama lain ketika kita menderita.
DAN JANGAN BERDOA DENGAN SETENGAH HATI
*Salah satu cara lain yang efektif, Maria berkata, adalah dengan melakukan Perhentian Jalan Salib, karena dengan merenungkan sengsara Yesus, kita mulai sedikit demi sedikit membenci dosa, dan menginginkan keselamatan bagi semua orang. Dan kecenderungan hati ini membawa kelegaan besar kepada arwah-arwah di Api Penyucian.
Perhentian Jalan Salib juga membawa kita kepada pertobatan; kita mulai bertobat ketika menghadapi dosa.
Poin lainnya, sangat menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian, adalah mengucapkan doa Rosario, seluruh 15 misteri/peristiwa, demi orang-orang yang sudah meninggal. Melalui rosario, banyak jiwa-jiwa dibebaskan dari Api Penyucian setiap tahunnya; harus disebutkan pula disini bahwa adalah Maria, Bunda Allah sendiri yang datang ke Api Penyucian untuk membebaskan jiwa-jiwa. Ini sangatlah indah karena jiwa-jiwa di Api Penyucian memanggil Bunda Maria dengan sebutan "Bunda Belaskasih."
*Arwah-arwah juga memberitahu Maria bahwa indulgensi memiliki nilai yang tinggi bagi pembebasan mereka. Sungguh kejam untuk tidak menggunakan kekayaan ini yang direkomendasikan oleh Gereja bagi kebaikan jiwa-jiwa. Topik mengenai indulgensi akan terlalu panjang untuk dijelaskan disini, tetapi saya dapat merujuk pada naskah yang bagus yang ditulis oleh Paus Paulus VI di tahun 1968 tentang topik ini. Anda dapat bertanya kepada pastor paroki mengenainya, atau mencarinya di toko buku religius setempat.
*Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa cara yang bagus untuk menolong arwah-arwah di Api Penyucian adalah pada umumnya berdoa; segala jenis doa. Saya ingin memberikan anda suatu kesaksian oleh Hermann Cohen, seorang seniman Yahudi yang menjadi Katolik pada tahun 1864 dan sangat menghormati Ekaristi. Dia meninggalkan kehidupan duniawi dan bergabung dengan suatu tarekat religius yang sangat ketat; dia sering melakukan adorasi terhadap Sakramen Mahakudus yang sangat ia hormati. Selama adorasi, dia memohon Tuhan Yesus agar meng-Katolik-an ibunya yang sangat dicintainya. Tetapi, ibunya meninggal tanpa pernah menjadi Katolik. Sehingga Hermann, yang sangat berduka, tersungkur di hadapan Sakramen Mahakudus, dengan kesedihan yang mendalam, dan berdoa: "Tuhan Yesus, aku berhutang segalanya kepadamu, memang benar demikian. Tetapi apa yang pernah aku tolak dariMu? Masa mudaku, harapan-harapanku di dunia, kesejahteraanku, kebahagiaan dari sebuah keluarga, istirahat - mungkin layak untuk didapat - semua dikorbankan segera setelah Engkau memanggil aku. Dan Engkau, ya Tuhan, Kebaikan Abadi, yang berjanji untuk memberikan seratus kali lipat, Engkau telah menolak jiwa ibuku. Ya Tuhanku, aku menyerah pada kemartiran ini, aku akan berhenti berkeluh-kesah." Dia menyerukan kemalangan hatinya. Sekonyong-konyong, suatu suara yang misterius terdengar olehnya:
"Manusia yang kecil imannya! Ibumu telah diselamatkan. Ketahuilah bahwa doa sangat besar kuasanya ketika Aku hadir. Aku menghimpun semua doa-doa yang telah engkau alamatkan kepadaKu demi untuk ibumu, dan Kasih Allah menghantarkannya pada saat menjelang ajalnya.
"Pada saat ajalnya, Aku datang kepadanya; ibumu melihat Aku dan berseru: 'Tuhanku ya Allahku!' Bersukacitalah, ibumu telah terhindar dari kutukan abadi dan puji syukur yang dipanjatkan dengan rajin akan segera membebaskan arwahnya dari belenggu Api Penyucian."
Dan kita tahu bahwa Father Hermann Cohen, segera setelah itu, mengetahui melalui penampakan yang kedua bahwa ibunya telah diangkat ke Surga.
Saya sangat merekomendasikan juga doa-doa Santa Bridget dari Swedia, yang paling direkomendasikan bagi jiwa-jiwa yang malang.
*Bisa saya tambahkan satu hal penting: arwah-arwah di Api Penyucian tidak bisa lagi melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri; mereka sama sekali tergantung pada kita. Jika kita tidak berdoa bagi mereka, mereka sama sekali ditelantarkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyadari kuasa yang sangat besar, kuasa luar biasa yang kita masing-masing miliki untuk membebaskan jiwa-jiwa yang menderita ini.
Kita tidak akan berpikir dua kali untuk menyelamatkan seorang anak yang jatuh dari pohon dan terluka. Tentunya kita akan melakukan apapun baginya. Jadi dengan cara yang sama, kita harus memberi perhatian yang besar kepada jiwa-jiwa ini, yang mengharapkan segalanya dari kita, bahkan pengorbanan yang terkecil sekalipun, berharap setidak-tidaknya doa-doa kita, untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan. Dan ini mungkin cara terbaik untuk belajar bermurah hati.
Saya berpikir, sebagai contohnya , tentang kebaikan hati Orang Samaria dalam kitab Injil, kepada lelaki yang tergeletak setengah mati di pinggir jalan karena luka-luka pendarahan pada tubuhnya. Lelaki ini bergantung total kepada kebaikan hati orang-orang yang lewat.
Maria, mengapa seseorang tidak lagi bisa mendapatkan upah di Api Penyucian seperti ketika masih di dunia?
Karena pada saat ajal, kesempatan untuk mendapatkan upah sudah selesai. Selama kita masih hidup di dunia, kita dapat memperbaiki keburukan yang telah kita lakukan. Arwah-arwah di Api Penyucian 'iri hati' atas kesempatan yang kita miliki ini. Bahkan para malaikatpun cemburu kepada kita, karena kita punya kesempatan untuk bertumbuh selama kita masih ada di dunia.
Tetapi seringkali penderitaan dalam hidup kita membawa pada pemberontakan (terhadap Tuhan) dan sangat sulit bagi kita untuk menerima dan menjalaninya. Bagaimana kita dapat menjalani penderitaan supaya lantas berbuah?
Penderitaan adalah bukti terbesar atas kasih Allah, dan jika kita mempersembahkannya dengan baik maka melalui penderitaan-penderitaan itu kita dapat memenangkan banyak jiwa-jiwa.
Tetapi bagaimana kita dapat menerima penderitaan sebagai suatu karunia dan bukan sebagai suatu hukuman (seperti seringkali demikian), atau sebagai pemurnian?
Kita harus memberikan segalanya kepada Bunda Maria. Dialah yang tahu terbaik siapa yang membutuhkan apa dan penderitaan apa demi untuk diselamatkan.
*Tentang topik penderitaan, saya ingin menghubungkan dengan suatu kesaksian luar biasa yang diceritakan oleh Maria.
Waktu itu tahun 1954, dan serentetan tanah longsor yang mematikan telah menimpa sebuah pedesaan yang berdekatan dengan desa tempat tinggal Maria. Berikutnya, berkali-kali bencana tanah longsor telah terjadi, tetapi longsoran itu telah berhenti di tengah jalan, dengan cara yang mukjijat, sebelum mencapai desa tersebut, sehingga tidak ada kerusakan.
Arwah-arwah menjelaskan bahwa di desa ini telah meninggal seorang wanita yang telah lama menderita sakit dan tidak mendapat perawatan yang semestinya; dia telah sangat menderita selama tiga puluh tahun. Dan dia telah mempersembahkan segala penderitaannya demi untuk desa tempat tinggalnya.
Arwah-arwah menjelaskan kepada Maria bahwa berkat kurban wanita ini sehingga pedesaan itu telah diselamatkan dari bencana tertimbun tanah longsor.
Dia telah menjalani penderitaannya dengan sabar. Maria berkata bahwa jika wanita itu sehat-sehat saja, desa tersebut tidak akan selamat. Dia menambahkan bahwa penderitaan yang dijalani dengan kesabaran dapat menyelamatkan lebih banyak jiwa-jiwa daripada doa (tetapi doa membantu kita tabah dalam penderitaan).
Kita semestinya tidak selalu menganggap penderitaan sebagai hukuman. Penderitaan dapat diterima sebagai penebusan dosa tidak hanya bagi diri kita sendiri tetapi terutama bagi orang lain. Yesus Kristus sama sekali tidak bersalah dan Dia yang paling menderita sebagai penebusan dosa-dosa kita.
Hanya di Surga kita akan mengetahui segala yang telah kita dapat melalui sabar menderita dalam persatuan dengan kesengsaraan Kristus.
Maria, apakah jiwa-jiwa di Api Penyucian memberontak ketika dihadapkan dengan penderitaan mereka?
Tidak! Mereka ingin menyucikan dirinya sendiri; mereka menyadari bahwa hal itu perlu.
PADA SAAT KEMATIAN
Apakah peran penyesalan atau pertobatan pada saat kematian?
Penyesalan sangat penting. Dosa-dosa diampuni, pada tiap kasus, tetapi akibat dari dosa-dosa tetap ada. Jika seseorang berkeinginan untuk menerima indulgensi penuh pada saat kematian - maksudnya langsung masuk ke sorga - arwahnya harus bebas dari segala keterikatan.
*Disini saya ingin bercerita tentang suatu kesaksian yang sangat penting yang diberikan oleh Maria. Dia telah diminta untuk mencari tahu tentang seorang wanita yang dianggap kerabatnya telah masuk neraka, karena dia telah menjalani hidupnya dengan penuh dosa. Dia mendapat kecelakaan, jatuh dari kereta, dan meninggal karenanya. Arwah seseorang memberitahu Maria bahwa wanita ini telah diselamatkan, diselamatkan dari Neraka, karena pada saat kematiannya, dia berkata kepada Tuhan: "Engkau benar, dengan mengambil nyawaku, karena dengan demikian aku tidak lagi dapat menghinaMu." Dan ini menghapus segala dosa-dosanya. Contoh ini sangat menyolok, karena menunjukkan bahwa satu detik kerendahan hati, pertobatan pada saat kematian, bisa menyelamatkan kita. Ini tidak berarti bahwa dia tidak masuk ke dalam Api Penyucian, tetapi dia telah terhindar dari Neraka yang mungkin layak diterimanya karena kenajisannya.
Maria, saya ingin bertanya kepadamu: pada saat kematian, apakah ada waktu dimana jiwa masih memiliki kesempatan untuk kembali kepada Tuhan, bahkan setelah kehidupan yang penuh dosa, sebelum masuk dalam keabadian - saat antara menjelang kematian dan kematian sebenarnya?
Ya, ya, Tuhan memberikan beberapa menit bagi tiap orang untuk menyesali dosa-dosanya dan memutuskan: saya menerima atau saya tidak menerima untuk menghadap Allah. Disana, kita melihat sebuah film dari kehidupan kita. Saya mengenal seorang pria yang percaya kepada ajaran-ajaran Gereja, tapi tidak terhadap kehidupan kekal. Suatu hari, dia sakit keras, dan menderita koma. Dia melihat dirinya sendiri dalam suatu ruangan dengan sebilah papan dimana semua perbuatan-perbuatannya dituliskan, baik yang baik maupun yang buruk. Lantas papan itu menghilang beserta dinding-dinding ruangan, dan betapa indahnya. Lantas dia terbangun dari koma dan memutuskan untuk merubah hidupnya.
*Ini sangat mirip dengan kesaksian-kesaksian dari "pengalaman nyaris-mati"; pengalaman cahaya supernatural sedemikian sehingga orang-orang tersebut tidak dapat lagi hidup seperti gaya hidup mereka sebelumnya.
Maria, pada saat kematian, apakah Allah memperlihatkan diriNya dengan intensitas yang sama kepada semua jiwa-jiwa?
Masing-masing diberikan pengetahuan akan kehidupannya dan juga kesengsaraan-kesengsaraan yang akan datang; tetapi tidak sama bagi setiap orang. Intensitas penampakan Allah tergantung pada masing-masing hidup seseorang.
Maria, apakah iblis diperbolehkan untuk menyerang kita pada saat kematian?
Ya, tetapi manusia juga memiliki karunia untuk menolaknya, untuk mengusirnya pergi. Jadi, jika manusia tidak menginginkan apapun dari iblis, maka iblis tidak dapat melakukan apa-apa.
Itu berita yang bagus! Ketika seseorang menyadari bahwa dia akan segera meninggal, apakah cara terbaik baginya untuk bersiap-siap?
Menyerahkan dirinya secara total kepada Tuhan. Persembahkan segala kesengsaraannya. Bergembiralah sepenuhnya dalam Tuhan.
Dan sikap apa yang mesti kita miliki didepan seseorang yang akan segera meninggal? Apakah yang dapat dilakukan seseorang bagi orang tersebut?
Berdoalah dengan tekun! Persiapkanlah dia untuk kematian; seseorang harus mengatakan kebenaran.
Maria, nasihat apa yang anda berikan kepada siapapun yang ingin menjadi santa/santo di dunia ini?
Bersikap sangat rendah hati. Kita tidak boleh memikirkan diri kita sendiri semata-mata. Kesombongan adalah jebakan iblis yang terbesar.
Maria, harap beritahu kami: dapatkah seseorang meminta kepada Tuhan agar bisa menjalani Api Penyucian di dunia, agar tidak perlu lagi melaluinya setelah kematian?
Ya. Saya mengenal seorang imam dan seorang wanita muda yang keduanya menderita penyakit TBC dan dirawat di rumah sakit. Wanita muda itu berkata kepada sang imam: "Marilah minta kepada Tuhan agar dapat menderita di dunia sebanyak mungkin agar dapat langsung masuk ke Surga."
Sang imam menjawab bahwa dirinya sendiri tidak berani untuk memintanya. Di dekat mereka ada seorang Suster anggota tarekat yang mendengar segala percakapan tersebut. Sang wanita muda meninggal lebih dahulu, sang imam meninggal kemudian, dan arwah sang imam menampakkan diri kepada Suster tersebut sambil berkata: "Jika saja saya memiliki kepercayaan yang sama besar dengan wanita muda tersebut, saya juga pasti telah langsung masuk Surga."
Terima kasih, Maria, atas kesaksian yang indah ini.
sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar